~~Reuni~~

1.4K 178 70
                                    

Aku...Aku menang! HAHAHA! Terimalah karena sudah meremehkan ku waktu itu, Izekiel! Aku tersenyum penuh kemenangan. Izekiel terdiam dengan wajah yang sulit diartikan. Dia pasti syok. Tebasan terakhir itu sungguh kejutan bukan?

Aku melirik ke arah Remo yang tersenyum sambil mengacungkan ibu jari. Aku mengangguk dan tertawa pelan. 'Terima kasih, Remo. Kau guru yang hebat!' batin ku dalam hati.

"Pemenang dari duel ini adalah Tuan Putri Athanasia!" pembawa acara

Aku menaikkan sebelah alis. Setelah aku menang, Izekiel akan di-blacklist dari istana? Kalau benar-benar di-blacklist bukannya memperburuk citra kerajaan ya?

PUK!

Seseorang menepuk pundak ku. Aku menoleh dan mendapati papa dan Felix. Mereka tersenyum bangga pada ku. Aku pun ikut tersenyum.

"Gerakan yang bagus. Kau belajar dari bocah itu?" papa bertanya.

"Iya. Gerakan itu sangat keren," aku tersenyum sejuta watt.

Papa mengangguk pelan. Felix tersenyum ceria. "Tuan Putri tahu? Gerakan yang Tuan Lucas dan Anda gunakan itu tipe yang sulit dipelajari," Felix berbisik pelan.

"Kalau begitu, Athy dan Lucas hebat bukan?" mata ku berbinar-binar sambil menatap papa.

Papa mengangguk dan mengusap-usap kepala ku. Para bangsawan tercekat melihat perilaku papa. Apa? Kalian baru melihat papa yang seperti ini bukan?

"Duke Alphaeus. Duel ini dimenangkan oleh putri ku. Sesuai kesepakatan yang dibuat, putra mu tidak akan menjadi teman bicara putri ku dan waktu pertemuannya dengan putri ku hanya dua bulan sekali," ucap papa dengan tegas.

"Yang Mulia-" ucapan Paman Putih terpotong.

"Tidak ada negosiasi. Ini kesepakatan lama bukan?" papa melirik sekilas, "ayo kita pulang, Athanasia."

Aku mengangguk. Felix memberi ku sebuah mantel, dia bilang di luar dingin. Aku mengangguk dan memakainya.

Kami meninggalkan ruangan di mana para bangsawan masih terbingung-bingung. Syukurlah semua berjalan lancar dan Jennette tidak diperkenalkan hari ini. Kami hanya diam saat keluar dari Istana Amethyst. Begitu sampai di kereta kuda, papa terkekeh pelan.

"Kau lihat wajah Si Putih?" papa bertanya.

Aku terdiam sejenak. Bisa dibilang, wajah Paman Putih tadi penuh dengan ekspresi syok. Cukup menyenangkan bagi ku. Hm, bagaimana ya? Istilahnya pembalasan. Dulu akulah yang penuh ekspresi syok saat bertemu Paman Putih, sekarang giliran dia.

"Itulah yang terjadi jika macam-macam dengan ku. Aku cuma mau hidup tenang dan dia malah mengganggu," aku mendengus kesal.

Papa mengusap-usap kepala ku. Aku melirik ke luar, Istana Garnet baru saja terlewat. "Papa ikut ke Istana Emerald?" aku bertanya.

"Lilian belum memberi tahu mu?" papa balik bertanya.

"Memberi tahu apa?"

"Debut mu belum selesai. Lagu keenam belum dimulai."

Aku mengerutkan dahi. Lagu keenam? Bukannya request ku waktu itu menari dengan Lucas di lagu keenam? Lucas kan belum pulang.

"Lucas kan belum pulang," ucap ku.

"Memang."

Ha? Terserahlah. Mungkin papa mau berdansa lagi dengan ku?

DUK!

Kereta kuda berhenti. Felix membukakan pintu dan papa turun terlebih dahulu. Tepat saat aku turun, mata ku membulat.

Di halaman depan Istana Emerald, di taman bunga mawar ku, para pelayan dan beberapa kesatria berkumpul. Mereka tidak memakai seragam, tetapi gaun simpel dan setelan kasual. Di sekeliling mereka, ada meja penuh makanan dan minuman. Lampu taman dipasang menggantung mengelilingi area taman. Musik pengiring juga ada meskipun tidak tahu asalnya dari mana. Belum lagi suhunya hangat padahal sudah malam.

Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang