|PROLOG|

532 34 8
                                    

Follow dulu sebelum membaca <3
....

"RAFAAA!"

Mata liar penuh amarah Argan menatap sekeliling bangunan bekas pabrik gula ini. Sisa hujan masih menetes dari atap seng yang berlubang dimakan usia. Aroma lembab dan tumpukan dedaunan memenuhi lantai semen dingin yang Argan pijak.

Setelah menerima telepon dari orang yang tidak dikenal, Argan langsung meluncur ke tempat ini. Ia tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Rafa. Meskipun ia harus mengorbankan nyawanya sendiri.

Gemuruh di dada Argan menggebu. Air mukanya garang. "WOI! KELUAR LO!"

Argan berlari dari satu ruangan ke ruangan lain untuk mencari keberadaan Rafa. Hampir frustasi laki-laki itu namun ia tidak akan menyerah begitu saja. Rafa harus segera ditemukan.

Langit semakin gelap. Atmosfer mencekam sukses membuat bulu kuduk berdiri. Tidak ada lampu atau penerang apapun di tempat ini.

"RAFAAA!"

Tepat saat Argan mengacak rambutnya jengah, sebuah cahaya menyorot terang dari balik punggungnya. Argan kontan berbalik. Lima jarinya berusaha melindungi mata dari silaunya cahaya itu.

"Nyari cewek lo aja gak becus! Gimana mau jagain dia?!" Ketus Leo sambil turun dari motor sport miliknya. Ia mendekat dengan membiarkan cahaya dari motornya tetap menyala.

Argan menatap pongah penuh ancaman. "DIMANA RAFA?!" Rahangnya mengeras.

"Gak usah ngotot gitu dong nanyanya. Santai, Bro!" Ujar Leo pura-pura bersahabat.

Tubuh Leo tertarik ke depan saat tangan Argan meremas kuat kerah bajunya. "JAWAB!" pekik Argan tepat di depan wajah Leo.

Leo mendorong tubuh Argan hingga cengkeraman itu terlepas. Ia menyunggingkan sebelah senyum. "BEGO! RAFA GAK ADA DI SINI!" Sedetik kemudian laki-laki itu tertawa terbahak-bahak. "DASAR BEGO!"

Bruk!

Argan naik pitam. Ia melayangkan sejurus tinjuan yang tepat mengenai tulang pipi Leo. Tidak hanya sekali, Argan kembali meninju pipi Leo yang satunya hingga senior sekaligus saingan beratnya itu tersungkur mencium lantai.

Argan menarik kerah baju Leo. "Indak usah cari gara-gara jo Den kalau Ang masih nio hiduik! [Gak usah cari gara-gara sama gue kalo elo masih mau hidup!]"

Leo tidak mengindahkan ancaman Argan. Ia justru tersenyum lebar meskipun darah mengucur dari sudut bibirnya.

"Den indak takuik! [Gue gak takut!]" Bisik Leo pelan.

Bruk!

Argan ambruk. Seseorang baru saja memukul hebat punggungnya dengan sebilah kayu. Melihat kondisi Argan yang setengah sadar, Leo lantas bangkit dan memerintahkan orang itu untuk menghabisi Argan.

"Kasih dia pelajaran untuk darah gue ini." Titah Leo sambil menyentuh sudut bibirnya yang masih nyeri.

Argan masih bisa mendengar suara Leo namun setelah pukulan demi pukulan yang diberikan itu, Argan tidak tahu lagi apa yang terjadi setelahnya. Dunianya runtuh. Penglihatannya menghitam. Argan benar-benar kehilangan kesadaran.

📷📷📷

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon maaf lahir dan batin 😊

Alhamdulillah akhirnya sequel Lensa Argan berjudul POTRET RAFA bisa aku publish juga

Mohon dukungannya ya semoga aku bisa menulis cerita ini sampai tuntas :)

Ada yang kangen sama Argan Mahesa? Eaaaa

Aku mau tahu dong, siapa sih yang paling kalian kangenin? Udah pada baca Lensa Argan kan ya?
Kalau belum, sok di baca dulu baru lanjut ke sini biar nyambung hehe

Ya udah segini dulu ya prolognya. Aku mau makan kue lebaran dulu wkwk

Bye!

Sabi follow ig aku @rekha_sandy :)

Salam, Rekha

Potret RafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang