What's wrong with Alio?

2.6K 194 6
                                    

Keesokan harinya...
Aku datang ke kantor lebih pagi dari biasanya, hanya untuk menyelesaikan tugasku yang subuh tadi dikirim oleh bu Ela melalui email. Aku juga tak mengerti mengapa bu Ela aneh sekali terhadapku, masa belum waktunya bekerja sudah dikasih tugas baru. Arrgghh! Dasar Ela.

Aku tak mampu berkutik jika sudah disuruh atasan, aku takut sekali jika aku membantah nanti malah aku akan dikeluarkan dari perusahaan. Kalau sampai dikeluarkan aku mau bekerja dimana lagi? Sangat sulit mendapatkan perkerjaan sesuai keinginanku karena kendala pada berat badanku. Hanya ini kantor satu-satunya yang mendapatkan posisi cukup ringan namun gaji dan fasilitasnya sangat memuaskan, sesuai harapanku.

Oke, aku tidak akan menyianyiakan kesempatanku ini.

Aku membuka pintu kantor yang masih sepi sekali, aku yakin aku orang kedua yang datang ke kantor ini setelah pak Bayu.

Tadi saat aku datang pun pak Bayu terheran-heran padaku, dia menanyakan ini dan itu tentang alasanku datang ke kantor pagi buta begini.

Tapi rasanya nyaman juga jika keadaan kantor sesepi ini, aku bisa bernafas bebas, dan telingaku tidak sakit mendengar hinaan orang-orang.

Baiklah aku akan memulai pekerjaanku, namun alangkah baiknya aku buat kopi pahit dulu lah, biar segar dan tidak ngantuk nantinya.

Aku beranjak lagi dari ruanganku dan berjalan kearah dapur kantor. Tanganku dengan lincah mengambil gelas dan menuangkan kopi dengan sedikit gula yang memang sudah tersedia rapih diatas meja dapur kantor. Setelah selesai aku langsung membawanya ke ruanganku, tetapi masalahnya saat aku hendak berbelok kearah ruanganku tiba-tiba aku menabrak seseorang dan...

Brusshh!
Kopi panasku membanjur kemeja seseorang yang tak sengaja bertabrakan denganku.

"Re-Reno?".

Reno menatapku sekilas lalu matanya menelusuri kemeja putihnya yang terkena kopiku juga badannya yang bergerak tak mau diam. Aku mengerutkan dahi tak mengerti.

"Sakura, kenapa diam saja? Kopi mu panas sekali dan panasnya mengenai tubuhku. Kau akan tetap diam?". Ucapnya.

Aku menepuk jidatku, bodoh sekali aku, tak sadar jika kopi ku itu benar-benar panas, pantas saja sedari tadi Reno bergerak gelisah sembari mengibas-ngibaskan tangannya.

"Ma-maaf Reno, tunggu disini sebentar". Aku segera berlari kearah dapur lagi dan mengambil kain lap bersih serta sepotong es batu yang ada di freezer kulkas kantor.

"Nih taroh dibagian perutmu yang terkena air panas". Aku memberikan es batu yang sudah dibungkus kain lap.

Reno menerimanya dan langsung menelusupkan tangannya kedalam kemeja putihnya.

"Bagaimana? Sudah tidak panas lagi kan?". Tanyaku khawatir. Bagaimana tak khawatir? Jika Reno kenapa-napa kemudian keluarganya menuntutku bahkan melaporkan ku ke polisi, bisa mati berdiri aku. Tidak! Aku tidak mau dipenjara, dipenjara itu tidak enak, walaupun dapat makan gratis tetapi tetap saja tak enak dikurung setiap hari.

Reno menekuk wajahnya. "Masih panas". Cicitnya.

Aku semakin merasa bersalah, aku pun bisa merasakan betapa panasnya air mendidih mengenai kulit tubuh, pasti panas sekali seperti terbakar api.

"Aduh bagaimana ya, aku tidak tau apa yang harus dilakukan jika air panas mengenai kulit tubuh, karena aku tidak pernah masuk ekskul PMR. Ya sudah aku akan ambil es batu yang lebih besar lagi. Tunggu disini". Kataku dan berlari lagi ke dapur, kuambil es batu yang masih berbentuk balok kecil.

"Siniin kain lapnya". Aku merebut kain lap dari tangan Reno lalu ku ganti es batu kecil didalam kain lap itu dengan es batu balok.

"Panas". Rengek Reno.

Love Fat WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang