Over Emosional

969 88 28
                                    

ANDIN ZEHAN SAKURA POV.

Aku merasakan semburat amarah yang dipancarkan melalui mata ibunya Mr.Rey. Ternyata benar dugaanku, suara itu adalah suara dari nenek sihir ini. Ck, aku yakin dia akan mengeluarkan cacian super pedas lagi padaku.

Lihat saja, dalam hitungan ke tiga, nenek sihir ini pasti akan mengangkat suaranya.

Satu...
Dua...
Ti...

"Hey! Sedang apa kau disini, gendut?!."

Tuh kan! Aku bilang juga apa.

"Apa yang kau lakukan di mansion putraku?! Bukankah kau masih di Bandung?! Apa jangan-jangan, kau memaksa ikut dengan Rey ke Jakarta?! Iya?!."

Aku yang masih ingat tengah menyalakan kompor, segera berbalik badan dan mematikan kompor terlebih dahulu sebelum menghadap  ke nenek sihir lagi.

Aku masih merapatkan mulutku.

"Masih mencoba menggoda putraku? Hah? Setelah dramamu di Bandung, lalu sekarang kau berniat mendekati Rey lagi? Iya?! Jawab saya, gendut! Tidak tau malu sekali kau! Sudah saya beri hati malah meminta jantung! Jika ini ada hubungannya dengan perjanjian kita, kau salah besar memahaminya! Maksud saya, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu sebagai sekertaris Rey, hanya di kantor saja! Tidak untuk di rumah juga! Paham?!." Bentaknya sembari menunjukku dengan jari telunjuknya, tak ketinggalan pula matanya melotot tajam kearahku.

"Nyonya Hudson yang terhormat, harus berapa kali aku ingatkan, bahwa aku tidak pernah berniat menggoda Mr.Rey, dan aku__."

"Halaaaah! Tidak usah berpura-pura kau! Saya tau sekali hatimu yang busuk itu! Wanita rendahan sepertimu, akan melakukan segala cara agar rencananya berhasil! Benar, bukan?! Cih, najis!." Ucapnya memotong pembicaraanku.

"Maaf nyonya, apa anda sedang membuka aib anda sendiri?." Sindirku.

Wajah nenek sihir itu kian merah padam, matanya menyorot kearahku, ibarat singa yang menemukan mangsanya.

"Kurang ajar! Jaga bicaramu, wanita murahan! Jangan seenaknya mengkulitiku! Demi apapun saya sangat membenci makhluk sepertimu!." Ujarnya dengan nada tinggi.

"Sedang apa kau disini, huh? Sedang apa?!. Lanjutnya.

Aku masih diam, tak berniat menjawab ucapannya.

"Lidya! Jelaskan pada saya, kenapa wanita murahan ini ada di mansion putraku?!." Kini nenek sihir itu bertanya ke bibi Lidya.

"Anu nyonya, nona muda__ nona muda tinggal disini atas permintaan__."

"APAAAA?! wanita gembrot ini tinggal di sini?! Apa telinga saya tidak salah dengar?! Rakus sekali dia! Sudah menjadi sekretaris amatiran, dan sekarang menginginkan tinggal di sini?! Pelet apa lagi yang kau berikan pada putraku?!."

"Nyonya, tolong jangan memarahi nona muda__."

"Diam kau, Lidya! Jangan sampai mulutmu itu saya robek dengan pisau ini! Jangan ikut campur! Kembali ke depan, semuanya!." Perintah ibunya Mr.Rey kepada para maid yang tengah menyaksikanku dan nenek sihir ini.

Aku melirik bibi Lidya, bibi Lidya menatapku dengan tatapan cemasnya. Aku tersenyum sambil mengangguk, memberi isyarat kepada bibi Lidya bahwa aku baik-baik saja, bahwa aku mampu menghadapi nenek sihir ini sendirian.

Semua maid sudah kembali ke tempatnya, hanya bibi Lidya yang masih berdiri dibelakang nenek sihir. Sepertinya bibi Lidya belum percaya jika aku mampu berdiri tegak sendirian.

"Lidya! Apa kau tuli?! Kembali bekerja, sekarang!." Bentak ibunya Mr.Rey lagi.

Aku kembali memberi isyarat kepada bibi Lidya dengan mengedipkan mataku sembari mengangguk. Bibi Lidya mulai percaya padaku, lalu perlahan pergi meninggalkanku dan nenek sihir ini di dapur.

Love Fat WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang