I miss her

1.9K 146 19
                                    

Jam makan siang kali ini aku tidak ke kantin, melainkan ke pos satpam. Aku takut jika ke kantin lantai dua pasti bertemu Reno, sedangkan di kantin lantai dasar sudah pasti penuh.

Aku langsung menghampiri pak Bayu yang tengah duduk membaca koran.

"Assalamualaikum, pak Bayu". Salamku sembari tersenyum lebar.

"Waalaikum salam, eeh mbak Zehan. Sini mbak, duduk". Pak Bayu mempersilahkan aku untuk duduk, tanpa menolak aku segera mendaratkan pantatku di kursi yang berada disamping pak Bayu.

"Mbak Zehan tidak ke kantin? Atau sudah makan siang?". Tanyanya.

"Aku sedang tidak berselera makan di kantin, pak. Kalau boleh tau ada pedagang yang lewat tidak ya pak disaat jam makan siang seperti ini?".

"Oh ada mbak, biasanya tukang bakso dan tukang mie ayam langganan saya lewat sini, tukang siomay juga lewat tapi hanya hari senin dan rabu saja. Mbak Zehan mau makan apa memangnya?".

"Aku mau bakso deh kalo gitu".

"Kebetulan mbak, saya juga sedang menunggu tukang bakso untuk makan siang. Sebentar lagi juga lewat kok mbak".

Aku mengangguk.

Setelah sekitar sepuluh menit menunggu akhirnya tukang bakso keliling lewat juga didepan kantorku, melihat itu pak Bayu segera menghentikan tukang bakso dan memesan dua porsi.

"Nih mbak baksonya, dijamin enak mbak. Silahkan dinikmati". Ujar tukang bakso sembari memberikan semangkuk bakso padaku.

Aku tersenyum dan menerima semangkuk bakso itu lalu kucium aromanya yang sangat harum.

"Hmmm, dari wanginya saja sudah enak mas, pasti rasanya mantap ini". Ucapku menimpali.

"Pasti mbak, insyaallah ketagihan mbaknya". Sahut tukang bakso lagi.

Aku mengangguk. Dan mulai mencicipi satu sendok kuahnya yang masih hangat.

Enak.

Tak ingin menunggu lama aku segera memakan bakso dan kawan-kawan, yang rasanya benar-benar nikmat sekali. Apalagi dimakan diluar ruangan seperti ini, plus pemandangan yang lumayan indah, menurutku.

Hanya menghabiskan waktu lima menit bagiku untuk memakan semangkuk bakso. Hah, sudah kenyang ternyata.

Aku melirik pak Bayu yang juga baru selesai makan bakso.

"Gimana pak Bayu? Mau nambah?". Tanyaku.

Pak Bayu menggeleng. "Aduuhh, perut saya sudah penuh mbak, sudah tidak muat diisi apapun lagi".

Aku terkekeh mendengar jawaban pak Bayu, selain baik pak Bayu juga lucu, aku cukup terhibur jika sedang bersamanya.

"Berapa mas?". Tanyaku kepada tukang bakso.

"Lima belas ribu, mbak". Jawabnya.

Aku memberikan uang tiga puluh ribu kepada tukang bakso.

"Nih mas, sekalian sama punya pak Bayu". Ucapku.

Pak Bayu yang merasa namanya dipanggil menoleh kearahku.

"Lho? Mbak Zehan, saya bayar sendiri saja, tidak perlu di bayarin mbak". Tolak pak Bayu.

"Tidak apa-apa, pak. Jangan merasa tidak enak hati, aku juga sering merepotkan bapak".

"Ya sudah, terimakasih banyak mbak Zehan, semoga mbak Zehan sehat selalu dan dimudahkan rezekinya, juga segera dipertemukan dengan jodohnya. Aamiin". Doa pak Bayu.

Awalnya aku tersenyum mendengar doa dari pak Bayu, tetapi saat pak Bayu mengucapkan tentang jodoh, tiba-tiba senyumku menghilang, pikiranku langsung tertuju pada satu orang yang saat ini sedang aku hindari. Rasanya begitu menyayat hati, ketika aku sedang terbang disaat itu juga aku langsung jatuh, seperti itu perumpamaannya.

Love Fat WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang