Move To Korea?

1.3K 91 13
                                    

RENO ADRIAN POV.

"No, lo nggak ikut liat ribut-ribut di bawah?." Anwar yang baru datang setelah mengambil kopi di dapur langsung menepuk pundakku.

Aku menggeleng cuek. Saat ini aku tengah mengoperasikan komputer di lantai atas, memantau jalannya event.

"Ssshhhh, panas, panas!," pekik Anwar setelah menyeruput kopinya. "Gila, panas banget nih kopi, si Mbak Tum kayaknya punya dendam kesumat deh sama gue." Ocehnya dengan menyalahkan staf yang bertugas di dapur.

"Lo nya aja yang serakah! Udah tau masih panas, tetep aja di minum!." Celetukku tanpa menoleh ke arah Anwar.

"Lo kok malah belain Mbak Tum sih, No, dari pada temen sendiri! Ah jahat lo! Biadab! Suka lo ya sama Mbak Tum? Hayooo.. ngaku lo! Gue bilangin Mbak Tum baru tau rasa lo, jadi PEBINOR lo, No!." Cerocos Anwar.

"Berisik, War! Keluar sana! Gue nggak konsen nih!." Bentakku.

"Cih, lagu lo, No, kaya cewek PMS, marah-marah mulu. Udahan dulu pacaran sama laptopnya, noh di bawah mantan lo sama bu bos lagi jambak-jambakan."

Gerakan tanganku pada keyboard terhenti begitu saja setelah mendengar ucapan Anwar barusan. Dengan cepat aku menoleh ke arah Anwar.

"Maksud lo?." Tanyaku kurang paham.

"Huh, dasar tukang marah, emosian, bolot, tolol lagi! Mati aja lo, No, kagak guna hidup lo, sumpah dah." Maki Anwar.

"Anwar!." Tegasku.

"Eh iya-iya, vissss, No. Becanda gue. Jangan ngambek dong. Itu, di bawah Zehan sama Bu Sesan lagi berantem."

Aku menaikkan satu alisku.
"Berantem? Karena apa? Apa Mr.Rey ada di sana?."

"Gue nggak tau, baru denger beritanya dari Mbak__ eh No lo mau kemana? No? Warno!."

Aku tidak peduli ketika Anwar memanggil-manggil namaku. Aku langsung beranjak dari tempatku dengan tergesa-gesa. Aku ingin melihat apa yang terjadi pada Sakura.

Aku berlari menuruni anak tangga sampai ke lantai bawah. Saat sudah berada di sana, aku tidak melihat Sakura atau pun ibunya Mr.Rey. kemana mereka? Apa Anwar membohongi ku? Di sini hanya ada beberapa staf dan... geng SIMJAC yang tengah bergunjing.

Aku menatap tajam ke arah geng SIMJAC yang kebetulan mereka berdiri membelakangi ku, jadi mereka tidak tau ada aku di sini.

"Gue juga nggak nyangka tau. Gue kira si kerbau guling itu bener-bener sebatang kara."

"Yapp, gue juga percayanya gitu. Soalnya selama ini, si gendut itu hidupnya ngenes banget. Baju dekil, penampilan kuno, wajah jelek, item, iiiihhh pokoknya menjijikan banget. Eh... nggak taunya, dia anak orang terkaya se-Korea, guys!."

Apa? Anak orang terkaya se-Korea? Siapa? Sebenarnya apa yang sedang geng SIMJAC bicarakan?. Ah aku harus lebih dekat lagi agar bisa mendengar lebih jelas yang mereka gosipin.

"Makanya, mulai sekarang berhenti gangguin si gentong China, itu. Bila perlu, pepet aja dia supaya kita kecipratan uangnya, ya enggak?."

"Yoiiiii, bener banget. Si Zehan kan bego plus sok polos. Kita minta maaf dikit aja, dia pasti maafin, kok."
Hah? Zehan? Sakura maksdunya? Yang mereka bicarakan sedari tadi itu Sakura? Anak orang terkaya se-Korea itu... berarti Sakura?.

"Hahahaha, ya-ya-ya bener banget. Ya udah nanti kita pikirin lagi rencana selanjutnya, pokoknya si gembrot itu harus bisa kita manfaatin, gue yakin bokapnya tajir melintir. Ah nggak tau lagi dah gue mau ngomong apaan. Intinya gue iri banget sama tuh si gendut."

Love Fat WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang