Goes Home Together

1K 85 66
                                    

ANDIN ZEHAN SAKURA POV.

Aku berlari kearah kamar hotelku, untung saja semua bajuku masih didalam koper, jadi sangat mudah untukku kembali ke Jakarta.

Rasanya sangat menyakitkan sekali, ketika tahu Reno sedang berbaring lemah diranjang rumah sakit. Apalagi Reno hanya mempunyai Tulip sebagai keluarganya. Ah, rasa bersalahku semakin besar saja. Kalau aku tidak lupa untuk mengabari Reno semenjak menginjakkan kaki di Bali, mungkin Reno tidak akan seperti ini.

Reno... bertahanlah, tetaplah hidup demi Tulip dan juga aku. Berjanjilah padaku untuk selalu bersamaku dan tidak akan pernah meninggalkanku apapun yang terjadi.

Tes!
Sebutir air kristal berhasil lolos dari sudut mataku. Tangan kananku dengan cepat menghapus jejak airmata itu, aku tidak ingin menikmati apapun bentuk tangisan. Hanya tangisan bahagia saja yang akan ku keluarkan.

Aku sudah siap, koper sudah berada digenggaman tanganku.

Aku langsung keluar dari kamar hotel, berjalan dengan sedikit berlari.

Saat sudah berada diluar hotel, aku melihat mr.Rey yang sedang berdiri dengan beberapa bodyguard nya, dan juga tiga mobil sudah berbaris rapih.

Aku tidak berniat menghampirinya, aku sudah berjalan kearah lain, namun salah satu bodyguard mr.pemaksa yang bernama Ken, melangkah mendekatiku.

"Nona? Tunggu sebentar."

Aku menghentikan langkahku.
"Ada apa? Kalau kau berniat menghalangiku, mending minggir sekarang juga! Karena aku akan tetap pulang ke Jakarta!." Tegasku.

Ken menggeleng.
"Tidak nona, saya tidak akan menghalangi nona, justru saya diperintahkan mr.Rey untuk mengantar nona pulang. Pesawat pribadi mr.Rey pun sudah siap."

Aku terdiam sesaat. Apa aku ikut saja ya dengan mereka? Supaya cepat dan tidak ribet ini dan itu. Tetapi, kenapa mr.pemaksa melakukan ini? Bukannya dia tidak mengizinkanku pulang ke Jakarta?.

Ck, paling sifat labilnya mulai lagi!.

"Baiklah, aku akan ikut dengan kalian." Ujarku.

"Iya, nona. Sini, biar saya yang membawa kopernya. Nona silahkan masuk ke mobil." Ajak Ken sembari menunjuk mobil mr.pemaksa yang terparkir dibelakang mr.pemaksa.

Dengan gerogi aku mengayunkan kakiku menuju mobil. Rasanya canggung juga setelah berdebat sengit dengan mr.pemaksa.

Tapi bodoamatlah. Tidak penting juga! Intinya sekarang aku harus pulang ke Jakarta untuk menemui Reno.

Aku melirik kearah mr.Rey yang masih berdiri dengan mata yang menatap tajam kearahku. Kedua tangannya ia masukkan ke saku celananya.

Kami masih saling diam, baik aku ataupun mr.pemaksa tak ada yang memulai membuka suara.

"Mari, nona." Titah bodyguard mr.pemaksa yang lainnya sembari mempersilakan aku untuk memasuki mobil.

Aku mengangguk, dan ketika kakiku sudah akan aku angkat, suara yang paling mengintimidasi mulai terdengar ditelingaku.

"Kau tidak akan mengucapkan kata apapun kepada saya, Sakura?."

Aku diam sejenak. Kemudian perlahan aku membalikkan badanku menghadap mr.pemaksa.

"Terimakasih, sudah memberikan tumpangan untukku pulang." Cicitku.

Aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa, hanya itu yang terlintas dalam otakku. Kalaupun setelah ini aku dikeluarkan dari kantor, ya sudah, tak apa, aku terima, karena ini adalah keputusanku.

Love Fat WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang