Ugh, Damn!

2.4K 150 27
                                    

Sejak kejadian paket sialan itu tujuh jam yang lalu hingga kini emosiku masih belum mereda. Benar-benar iblis laknat semua mereka itu!.

Aku sampai lupa pada rasa sakit diseluruh tubuhku dan digantikan dengan sebuah emosi yang berkobar. Sial! Bedebah kalian SIMJAC!.

Zehan, sabar! Kau sudah terlalu banyak mengumpat hari ini.

Baiklah, aku mulai mengatur nafasku, ku tarik nafas dalam lalu ku hembuskan perlahan dan kulakukan berkali-kali, semoga mampu membuatku sedikit lebih tenang.

Huh... lumayan lebih lega.
Setelah itu perutku terasa sangat lapar, aku lupa belum mengisi perutku sejak tadi, kalau aku selalu lupa mengisi perutku, mungkin aku bisa menjadi langsing. Ah indahnya.

Oke, aku akan membuat makanan terlezat untuk menghilangkan rasa laparku.

_____

Setelah sekitar setengah jam selesai makan, terdengar suara bel apartemenku, tanpa banyak berfikir aku langsung beranjak.

Aku segera berjalan kearah pintu dan membuka pintu apartemenku. Lalu setelah itu aku mendadak tak bisa nafas dan urat nadiku seakan putus tiba-tiba.

"Hai". Sapanya dengan senyum manis, sangat manis sekali. Hhhh, aku sudah mengucapkannya berkali-kali tentang senyumannya yang legit itu namun tak pernah membuatku puas mengantakannya.

"Kinara". Ucapku girang dan langsung memeluk Kinara dengan antusias.

Pria yang tadi menyapaku mengerucutkan bibirnya. Benar! Yang say hai tadi adalah Reno, dan di samping Reno ada Kinara, jelas aku langsung menyambut Kinara daripada Reno, tak mungkin aku membuat temanku sakit hati.

Kinara membalas pelukanku dan mengelus punggungku.

Aku mendengar Reno bergumam sesuatu tapi aku tidak peduli dan tidak mau mendengarnya.

"Bagaimana kabarmu, Ze? Apa sudah mendingan?". Tanya Kinara.

Aku mengangguk. "Sedikit lebih baik, Kin. Ayo masuk". Aku menarik tangan Kinara untuk masuk kedalam apartemenku sedangkan Reno ku biarkan dia berdiri diambang pintu.

Reno mendengus kesal. "Kau tak menyuruhku masuk, Sakura?". Tanya Reno dengan lesu.

"Mmm sepertinya tidak, jadi kau tetap diam disitu". Ucapku dengan sangat-sangat terpaksa. Ku lirik Kinara tersenyum dan aku ikut tersenyum, rasanya begitu bahagia bisa membuat temanku tersenyum seperti ini, tak apalah aku korbankan perasaanku demi Kinara.

Reno berdecih. "Kau jahat sekali, Sakura. Bahkan tadi kau juga tak menjawab sapaanku". Gerutu Reno.

Aku ingin sekali tertawa terbahak-bahak saat ini ketika melihat ekspresi Reno yang imut seperti itu.

"Kau ini! Jangan banyak menggerutu, Reno! Mirip sekali dengan ibu-ibu rempong yang tak dapat arisan". Ledekku.

"Aku tak percaya kau sakit, Sakura. Bahkan ku rasa mulutmu sangat sehat sekali setelah menghinaku sedemikian rupa". Cicit Reno.

"Sudah-sudah. Mau sampai kapan kalian beradu mulut seperti itu? Reno, masuklah". Kinara angkat bicara dan menyuruh Reno masuk. Helow! Aku merasa Kinara pemilik apartemen ini, yang dengan seenaknya menyuruh Reno masuk. Tapi tak apalah, aku juga tak tega melihat Reno menekuk wajah seperti itu.

"Kin, terimakasih sudah repot-repot menjengukku. Aku sangat bahagia mempunyai teman sepertimu". Kataku dengan tulus.

"Sama-sama, Ze". Sahut Kinara.

"Kau tidak mau mengucapkan terimakasih juga kepadaku, Sakura? Padahal aku yang memaksa pulang kantor lebih cepat dan buru-buru kesini". Ucap Reno.

Dududu! Reno! Bisa diam dulu tidak?! Jangan membuat suasana semakin menegang! Aku takut Kinara berfikiran macam-macam lagi padaku!.

Love Fat WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang