jalan

1.1K 141 29
                                    

"Mau jalan nggak?" tawar Jeno kepada Rayna.

"Mau," jawab Rayna antusias.

"Laper banget," eluh Jeno sambil memegang perutnya.

"Ya siapa suruh nggak makan. Nih," protes Rayna kemudian memberikan piring berisi makanan yang tadi dititipkan oleh Oma. 

"Suapin dong, tangan gue sakit," ujar Jeno memelas.

"Alay banget. Sakit kenapa emang?" tanya Rayna, kemudian Jeno menunjukkan lukanya di siku dan kakinya.

"Lo habis ngapain lagi sih astaga?!"

"Jatoh kemaren," jawab Jeno lirih.

"Jatoh darimana? Motor?" tanya Rayna gemas. Benar-benar gemas. Kalo bukan pacarnya mungkin Jeno sudah dicaci maki.

"Heem."

"Kokbisa? Kebut-kebutan lo dijalan?"

Jeno menatap Rayna dengan raut lucunya, mencoba merayu agar Rayna tak marah.

"Hadeh, ada ada aja," ujar Rayna sembari menggelengkan kepalanya, kemudian mengambil kotak P3K didekat ranjang Jeno.

"Kan gue mau nyalip mobil box depan gue, terus ternyata ada mobil parkir dipinggir jalan," tutur Jeno.

"Ya kalo gitu lo yang salah, goblok banget nyalip lewat kiri," maki Rayna tak tertahan.

"Buset, kasar juga mulut lo ya," ujar Jeno.

"Hhhh diem," ucap Rayna sembari menaruh jari manisnya di bibir, kemudian menghela napas.

Rayna sadar omongannya semakin kesini, semakin liar. Mau ngilangin habit ini tapi juga udah terlanjur terbiasa, susah.

Setelah mengobati luka Jeno, Rayna duduk diatas ranjang Jeno untuk menyuapi pacarnya yang manja itu.

"Aaa!" perintah Rayna kepada Jeno untuk  membuka mulutnya.

Jeno langsung melahap makanan yang berada di sendok tersebut, kemudian mengunyahnya.

"Anak pinter," ucap Rayna sambil mengelus kepala Jeno.

"Lagi dong lagi dong," ujar Jeno sembari bertingkah seperti anak kecil.

"Anak anj—"

"Raynaaaaa," sela Jeno menghentikan ucapan Rayna.

"Anjing teros," sindirnya dan hanya dibalas tawa kecil dari Rayna.

"Aaa." Jeno membuka mulutnya, kemudian Rayna menyuapinya lagi.

"Lo beneran gapapa yang jatuh kemaren?" tanya Rayna dan hanya dibalas anggukan oleh Jeno karena ia sedang mengunyah.

"Gaada keluhan lain kan?" tanyanya lagi dan dibalas gelengan oleh Jeno.

"Oma marah?"

Jeno membalasnya dengan gelengan sembari terus mengunyah. Saat makanannya sudah masuk baru ia menjawab, "Oma gatau, jangan bilang sama beliau."

"Ohh iya iya."

Setelah selesai makan, Jeno langsung bersiap-siap untuk mandi.

"Jadi jalan?" tanya Rayna saat Jeno mengambil bajunya di lemari.

"Jadi dong."

"Kuat?" tanya Rayna lagi, memastikan kekasihnya tak apa.

"Kuat ah santai, luka gini doang. Biasa," jawab Jeno dengan sombongnya.

"Yaudah deh."

Setelah Jeno masuk kedalam kamar mandi, Rayna membereskan kamar Jeno. Tak lupa membuka lebar jendelanya agar udara dari luar masuk.

Dari jauh, Jaemin bisa lihat jendela tersebut terbuka dan Rayna lah yang muncul disana.

•••

jaemin

gimana

rayna

sukses hihi

makasiii banget

jaemin

iya sama sama

rayna

SENENG BANGET GUE HAHAY

jaemin

WKWK YOIII

CONGRATS

•••

"Jeno." panggil Oma sembari mengetuk pintu kamar Jeno, tapi karena Jenonya lagi mandi, jadi Rayna yang bukain pintu tersebut.

"Jeno nya mandi Oma," jawab Rayna sembari mempersilahkan oma Jeno masuk.

"Ohh iya iya. Gimana? Berhasil?" tanya Oma excited.

"Berhasil dong Oma," jawab Rayna tertawa senang sambil menunjukkan piring Jeno yang kini sudah kosong.

"Hebat banget kamu. Sini ikut Oma." ajak beliau dan diangguki oleh Rayna.

"Emangnya Jeno ada apa nak sampai begitu?" tanya Oma penasaran.

"Ada problem Oma sama Kayla hehe. Kayla takut banget kalo Jeno marah marah, makannya Kayla samper kesini," jawab Rayna menjelaskan.

"Jeno emang kalo terlanjur marah emang serem banget auranya. Kemaren pulang-pulang ditanya Oma bukannya dijawab malah langsung jalan ke kamar," ujar oma Jeno.

Rayna paham dan sudah tidak kaget lagi, memang seperti itulah watak Jeno. Mau diapakan saja juga tak bisa, karena dari sananya mungkin begitu.

Tapi Rayna tidak goyah, hatinya masih tetap untuk Jeno. Jika mencari seseorang yang lebih dan lebih, tak akan ada ujungnya. Jadi menurut Rayna, syukuri apa yang telah dimiliki sekarang, coba terima walaupun terkadang rasanya susah. Karena sejatinya manusia selalu punya sisi lebih dan kurangnya masing-masing.

"Iya Oma, Kayla juga ngerasa gitu. Tapi Kayla tetep sayang banget sama dia," ujar Rayna tulus kepada Oma Jeno.

"Makasih ya Kayla sudah menyukai Jeno apa adanya. Oma doain kamu langgeng sama Jeno, Oma dukung!" ucap Oma, berhasil membuat perasaan Rayna menjadi berkali-kali lebih baik.

"Oma, Rayna," panggil Jeno sembari berjalan turun di tangga.

"Rayna?" tanya Oma bingung.

"Kalo sama yang lainnya dipanggil Kayla Oma. Khusus Jeno panggilnya Rayna," tutur Jeno.

"Oalah gitu toh."

"Cantik banget kan Oma pacarnya Jeno?" tanya Jeno dengan percaya diri, kemudian melirik Rayna sembari tersenyum bangga.

"Cantik banget, cocok udah sama Jeno," jawab Oma seakan tiba-tiba menjadi Rayna-Jeno shipper. 

"Hehe, makasih Oma. Oma juga cantik,"  puji Rayna dengan tawa ringannya.

"Manis banget astaga," batin Jeno sembari meneliti paras Rayna.

"Oma, Jeno ijin mau keluar sama Rayna ya," pinta Jeno kepada Omanya.

"Kemana nak?"

"Ada deh. Biasa Oma, anak muda," jawab Jeno sembari tertawa ringan, tak lupa eye smilenya yang sangat menarik.

"Iya deh iya. Jangan lupa waktu ya kalo pacaran, inget pacarmu itu anak orang. Jangan lupa juga ijin ke mamanya Kayla," tutur Oma kepada Jeno.

"Siap Oma."

"Kayla pamit dulu ya Oma," pamit Rayna sembari bersalaman dengan oma Jeno.

"Iya sayang, hati hati ya dijalan. Oh iya, Oma titip salam juga ya buat orang tua kamu," ucap Oma sambil mengelus kepala Rayna.

"Iya Oma, nanti disampein."

"Yaudah Oma, Jeno berangkat ya," ucap Jeno sambil bersalaman juga, kemudian berjalan ke mobilnya.

"Sering sering main kesini ya cantik," ucap Oma sambil melambaikan tangannya.

"Iyaa Oma siap," jawab Rayna sambil mengambil sikap hormat kemudian turut melambaikan tangannya.

Mi Piace✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang