halte

1.3K 186 16
                                    

Sekolah Rayna berjalan kaya biasanya. Nilai-nilai Rayna yang sempet turun dikebut lagi biar nanti grafik semester ini nggak turun.

Sekarang, Rayna lagi di halte nungguin transportasi umum. Waktu bimbingan lagi berjalan, Kak Reyna sempet chat Rayna kalo dia gak bisa jemput, dan lagi lagi kini baterai ponsel Rayna sudah habis. Jadi, Rayna mutusin buat naik transportasi umum.

Keadaan sekolah sudah cukup sepi, dan dengan Rayna pulang terakhir karena tadi sempet ada bimbingan olimpiade matematika sepulang sekolah tentunya kini ia kesepian di halte sekolah. Ditambah waktu menjelang maghrib, sehingga matahari udah mulai hilang, terganti oleh awan gelap yang membuat keadaan jalanan kini semakin suram.

Dari jauh Rayna lihat segerombolan cowok, tapi feeling Rayna bilang kalo mereka bukan anak baik. Waktu Rayna lirik, gerombolan itu jalan ke arah halte.

Salah satu dari mereka nunjuk ke arah Rayna pakai jarinya, disitu pikiran Rayna udah negatif banget. Insiden sama Mark cukup bikin Rayna trauma buat berhubungan sama cowok asing.

"Eh cantik," ucap salah satunya.

"Bajingan," batin Rayna sambil memainkan handphonenya, berpura-pura tak mendengar.

"Pulang sekolah ya?" tanya yang lainnya.

"Sendirian aja, mau ditemenin nggak?"

Salah satu dari mereka duduk di samping Rayna dan mepet sambil ngadahin tangannya ke pundak Rayna dari belakang.

Rayna cuma bisa diem nahan tangis. Tapi Rayna sama seperti perempuan pada umumnya, ketika itu sudah menyesakkan, maka berakhir turun juga air matanya.

"Goblok banget lo Rayna anjing kenapa nungguin sendirian di jam segini," batin Rayna dengan mati matian menahan isakannya.

"Eh jangan nangis dong." Beberapa cowok yang tadi sempat menjata jarak kini ikut mendekat pada Rayna, dan akhirnya Rayna benar benar dikelilingi oleh lelaki tak tau diri tersebut.

Tak berhenti sampai disitu, salah satu dari mereka lagi ngangkat dagu Rayna dan hapus air mata dia.

"Kenapa? Takut? Gausah takut kita ga apa apain kamu kok."

"Hari ini pake warna apa?" tanya lelaki yang disamping kanan Rayna.

Tangan lelaki itu sudah berada di bahu Rayna, dan langsung Rayna tepis dengan cepat.

"Jangan pelit dong, pengen tau doang."

"WOI ANJING LO SEMUA NGAPAIN BANGSAT?!" teriak lelaki yang baru datang, nggak lupa suara motornya yang terdengar berhenti tak jauh dari situ.

Semua pandangan yang awalnya menuju ke Rayna, kini beralih ke lelaki yang baru datang tersebut. Rasanya malu bukan main, Rayna bener bener nggak mau ngangkat wajahnya.

"BERANI NYA SAMA CEWEK DOANG. BANCI SEMUA LO PADA!!" teriaknya lagi.

Rayna dengan tangisnya yang sesenggukan tentunya masih sibuk untuk menghapus dan mengelap ingusnya. Tak peduli dengan apa yang ada didepannya, Rayna cuma bisa bersyukur kini ia tak lagi dikelilingi oleh lelaki bejat tersebut.

"Wah ada jagoan."

"Lo siapa? Pacarnya?"

"Gak usah sok pahlawan lo."

"Maju sini kalo berani, kenapa di motor doang?" pancing salah satunya.

"Oke, siapa takut."

Setelah kalimat itu terlontar, yang didengar Rayna cuma pukulan pukulan, dan bantinyan helm yang entah gimana modelannya. Rayna cuma nutup wajahnya karena dia bener bener nggak suka liat orang berantem.

"Cabut aja lah anjing," ucap salah satu lelaki didepan Rayna serta diiringi suara rintihan dan langkah kaki yang perlahan semakin menjauh.

"Aaaa," rintih satu lelaki yang tiba tiba terdengar jelas ditelinga Rayna. Familiar.

Rayna langsung membuka matanya dan mendongak untuk lihat sekelilingnya. Terkejut bukan main rasanya karena cowok yang nolongin dia tiduran di pinggir jalan sambil ngerintih kesakitan.

Mi Piace✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang