call

2.2K 280 15
                                    

Sekarang Jeno sama Rayna udah sampai ditaman dan duduk bersampingan, tepat dibawah lampu taman.

"Kemaren Renjun kerumah," ujar Jeno mulai pembicaraan.

"Ngapain? " tanya Rayna penasaran.

"Main doang, kata nya kangen. Ada ada aja emang," jawab Jeno sambil ketawa.

"Cowo bisa kangen kangenan ya?" tanya Rayna heran.

"Bisa lah," jawab Jeno.

"Jangan jangan, Renjun ho—" ucap Rayna terpotong.

"Homo? Gila lo?" tanya Jeno sambil tertawa.

"Kali aja." Emang ngawur mulutnya.

"Nyokap lo udah tau ya gue pindah ke luar?" tanya Jeno berhati-hati.

"Iya, udah gue ceritain. Tapi nggak papa kok, gue bilangnya lo pindah ke sana karena emang pure ngikut orang tua."

Jeno ngerasa bersalah banget ke Rayna, lagi lagi karena kebodohan dia, Rayna bohong lagi ke mamanya.

"Lo nggak pernah keberatan bohong sama mama lo?" tanya Jeno.

"Agak sih, tapi yaudah lah, udah terlanjur juga. Gapapa ray, serius. Gue sayang banget sama lo, gue gamau reputasi lo buruk di mata mama," jawab Rayna meyakinkan Jeno. Rayna yakin 100% Jeno sedang takut, terlihat dari matanya.

Rayna mengambil tangan Jeno, kemudian dielus pelan, "Anggep aja yang dulu gapernah terjadi, toh sekarang juga baik baik aja kan?"

"Iya ray, tapi itu catatan buruk banget gak si? Ngapain coba gue dulu begitu?" ungkap Jeno.

"Hari ini ya hari ini. Apa yang udah terjadi di hari lalu nggak perlu disesali, cukup dijadikan pelajaran aja. Dan ya, sekarang waktunya fokus ke hari yang akan datang, progress lo gimana, ntar mau ngapain. Lebih enak mikirin itu, percaya deh," tutur Rayna.

"Lo masih sama ternyata. Bacot banget, tapi gue suka."

"Yaelah, bucin amat," ucap Rayna.

"Suka suka gue dong," balas Jeno tak terima.

"Gue belom tanya nih, sekolah lo gimana?" timpal Jeno lagi, menyinggung tentang sekolah Rayna yang sedari tadi belum ia tanyakan sama sekali.

"Entah ya, kurang tau juga. Nilai gue agak turun, padahal perasaan juga lancar lancar aja, nggak ada problem," jawab Rayna dengan wajah kebingungan.

"Belajar nya udah diimbangin doa belum?" tanya Jeno.

"Iya itu sih mungkin penyebabnya hehe," jawab Rayna sambil tertawa kikuk.

Setelah pembicaraan yang cukup berat itu, keduanya diam. Rayna diem diem senyum sambil melirik Jeno. Bersyukur sekali Jeno sudah benar benar berubah, padahal baru sebentar Jeno disana, tapi sekarang sudah semanis ini.

"Tetep kaya gini ya," bisik Rayna.

"Iya, diusahain," ucap Jeno sambil menganggukkan kepalanya.

"Btw, tau nggak? Jaemin sekarang udah jadian loh sama si Rania," ujar Rayna.

"Tau dong," jawab Jeno pd.

"Tau dari mana coba?"

"Jaemin lah, gini gini juga masih contact," tutur Jeno

"Yayaya, cogan bebas," jawab Rayna sambil mengangguk anggukkan kepalanya.

"Makasi cantik," balas Jeno usil.

"Gajadi cogan, lo jelek."

"Terserah kanjeng ratu aja deh.

"Eh iya, mau ngomong sesuatu." Jeno teringat sesuatu. Lusa sudah waktunya ia pulang ke.

"Iya apa?" Rayna menoleh ke Jeno.

"Lusa udah jadwalnya ba— "

drrtt

drrtt

+6285478346723 is calling

Decline | Accept

"Halo, dengan siapa? ada perlu apa?" tanya Jeno memulai pembicaraan.

"Oit jen, gimana kabarnya?" tanya kembali penelpon tersebut.

"Gue Mark."

"Sok lah mabar sama gue besok, lo lagi disini kan?"

titttt

Jeno langsung matiin panggilannya dan ngehela nafas kasar.

"Belom mati aja nih orang," batin Jeno.

"Siapa ray?" tanya Rayna penasaran.

"Temen," jawab Jeno singkat sambil masukin hpnya ke kantong.

"Beneran? Kok asem gitu mukanya?" tanya Rayna lagi.

"Udah, beneran nggak ada apa apa, lupain," jawab Jeno sambil memaksakan senyumnya ke arah Rayna.

Rayna paham, ada yang nggak beres disini.

Mi Piace✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang