PROLOG

12.1K 918 33
                                    

Suasana hening mendominasi ruang keluarga karena sejak tadi tidak ada satu orang pun yang berbicara. Keluarga Kim tengah berkumpul bersama untuk membahas kembali perihal perjodohan Doyoung.

Tuan Kim duduk di sofa single dengan menyilangkan kedua kakinya, sementara Nyonya Kim duduk di samping Doyoung yang tengah menundukkan kepalanya karena terlalu malas untuk membahas soal ini.

Doyoung sudah menolak perjodohan ini dua hari yang lalu sebelum kedua orang tuanya menunjukkan foto perempuan yang akan dijodohkan dengannya. Ia tidak peduli siapa identitas perempuan tersebut karena ia sama sekali tidak tertarik dengan perjodohan konyol ini.

"Kita akan bertemu dengan keluarga Park besok."

Suara berat Tuan Kim membuat Doyoung mendongak dan menatap ayahnya terkejut. Ia jelas-jelas sudah menolak perjodohan ini, tapi kenapa ayahnya berbicara seperti itu? Ini namanya pemaksaan!

"Ibu harap kau menerima perjodohan ini. Pernikahan kakakmu juga hasil perjodohan. Dan dia hidup bahagia bersama istrinya."

Doyoung menghela napas panjang mendengar ucapan Nyonya Kim. Dia dan kakaknya jelas sangat berbeda dalam menyikapi apa pun. Lagi pula kakaknya juga pasti akan menolak jika dia tidak jatuh cinta pada pandangan pertama pada kakak ipar-itu yang dia dengar dari cerita kakaknya. Dan Doyoung tidak percaya dengan hal-hal seperti itu.

"Kau harus bertemu dengannya dulu, baru bisa memutuskan untuk menerima atau menolak. Dan ayah harap kau mengambil keputusan yang tepat."

Doyoung sangat tahu, apa pun keputusan yang ia ambil, orang tuanya pasti tidak peduli dan tetap melakukan semuanya sesuai rencana. Doyoung tahu karena ia selalu mengalami hal tersebut. Selama ini, semua yang dilakukan orang tuanya memang tidak membuatnya merasa dirugikan. Ia bahkan merasa menjadi seseorang yang lebih baik setelah menuruti apa yang diinginkan kedua orang tuanya. Seperti masuk kuliah dan mengambil jurusan bisnis, misalnya. Doyoung tidak pernah menyesal mengikuti keputusan orang tuanya hingga sekarang dia akan memasuki semester akhir.

Tapi kali ini berbeda, ini menyangkut kehidupannya di masa depannya. Dan dia tidak bisa menerima perjodohan ini begitu saja.

"Kau dengar, kan?"

Doyoung beralih menatap ayahnya. Ia benar-benar ingin menolak, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain menganggukkan kepalanya. Hanya untuk sekarang. Ia memilih mengiyakan ucapan sang ayah karena terlalu malas untuk mendengar topik pembicaraan ini.

Tuan Kim tersenyum melihat Doyoung dan beralih menatap Nyonya Kim. "Beritahu keluarga Park, kita bisa bertemu besok."

🌱🌱🌱

"Keluarga Kim memberitahu jika besok kita bisa bertemu."

Jinhye mengalihkan perhatiannya dari ponsel dan menatap ibunya dengan kedua mata membulat.

Keluarga Kim? Keluarga laki-laki yang akan dijodohkan dengannya?

"Jinhye, kau dengar? Besok kita akan bertemu dengan keluarga calon tunanganmu."

Jinhye mendesah pelan mendengar ucapan ayahnya. Ternyata dugaannya benar. "Aku sudah bilang dari awal, Yah. Aku tidak ingin dijodohkan seperti ini."

"Tidak ada penolakan, Jinhye. Kakakmu juga menerima dijodohkan dan akan menikah tahun depan."

Jinhye mendengkus kesal mendengar ucapan ibunya. "Dia kan dijodohkannya dengan orang yang disukainya, tentu saja mau. Aku juga tidak akan menolak jika ayah dan ibu menjodohkanku dengan seseorang yang kusukai."

"Memangnya ada orang yang kau sukai? Bukankah selama ini kau hanya menyukai para idol? Ayah dan ibu tidak mungkin menjodohkanmu dengan salah satu dari mereka."

Jinhye mengalihkan pandangannya ke arah tangga begitu mendengar ucapan tersebut. Ia menatap laki-laki yang lebih tua tiga tahun darinya itu dengan sebal. "Aku terlalu sibuk kuliah sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukannya."

Tentu saja ucapannya barusan adalah kebohongan besar. Karena Jinhye selalu menyisihkan waktunya untuk menjadi fangirl, kapan pun itu. Bahkan saat tengah sibuk menulis laporan, Jinhye tidak ragu untuk mencuri sedikit waktunya dan memilih berselancar di youtube hanya untuk melihat video yang bisa menjadi penyemangatnya. Dan tentunya, hanya dia yang tahu soal ini.

"Ah, benarkah?" sahut Jinyoung tidak percaya sembari mendudukkan dirinya di tempat kosong di samping Jinhye. "Kalau begitu kau harus menerima perjodohan ini agar bisa merasakan rasanya kebahagiaan."

"Berhentilah mengatakan hal-hal menggelikan seperti itu."

"Kau belum merasakannya, Jinhye," balas Jinyoung dengan kekehan pelan. "Aku yakin kau akan menyukainya."

"Tidak akan," sahut Jinhye tegas.

"Pergi ke kamarmu dan tidurlah. Besok kau harus ke salon sebelum menemui mereka."

Jinhye membulat mendengar ucapan ibunya. "Aku tidak mau."

"Baiklah. Tidak perlu ke salon. Biar ibu saja yang mendandanimu."

"Bukan itu maksudku, Bu. Aku tid-"

"Park Jinhye, Ayah melakukan ini untuk kebaikanmu sendiri."

Jinhye mengatupkan rahangnya mendengar nada bicara ayahnya yang penuh peringatan. Baiklah. Percuma saja ia menolak. Ayah dan ibunya pasti akan melakukan semuanya sesuai dengan keinginan mereka.

"Pergi ke kamar."

Jinhye beranjak dari sofa begitu mendengar ucapan sang ayah dan berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang sengaja dihentakkan. Agar mereka tahu, bahwa Jinhye sedang marah sekarang.

Haruskah ia mengancam kedua orang tuanya dengan kabur dari rumah agar perjodohan ini batal?

Jinhye langsung membuang pemikiran tersebut seraya menggelengkan kepalanya. Kedua orang tuanya tidak akan mempan dengan hal-hal seperti itu.

Dan Jinhye tidak punya pilihan lain, mau tidak mau ia harus bertemu dengan keluarga Kim besok.

@.@ @.@ @.@

Hai, halo:))
Semoga kalian suka sama cerita baruku hehe
Kali ini castnya Doyoung wkwk
Jangan lupa pendapatnya^^


Adakah yang tertarik untuk baca? wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adakah yang tertarik untuk baca? wkwkwk

UNEXPECTED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang