36 : Feeling

3K 414 8
                                    

Deringan ponsel membuat seseorang bergerak di balik selimutnya. Ia mengerang pelan lantas menyibakkan selimut dan mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

"Halo?" ucapnya tanpa melihat identitas sang penelepon.

"Cepat mandi. Kau harus memakan sup pereda mabuk yang kubuat sebelum pergi ke kampus."

Sambungan telepon terputus sebelum Jinhye sempat mengatakan apa pun. Ia menyimpan ponselnya sembarang dan mendudukkan tubuhnya. Jinhye menatap kosong dinding kamarnya dan kembali mengingat ucapan Doyoung barusan.

Jinhye memijit pelipisnya saat kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Dan sekilas bayangan muncul di kepalanya, membuat Jinhye mengerang pelan. Jinhye tersadar sepenuhnya ketika kejadian semalam kembali berputar di kepalanya.

"Apa yang telah kulakukan semalam?" gumamnya dengan wajah pucat.

Jinhye menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tidak. Ia pasti mimpi. Ya, hanya mimpi. Jinhye mencoba menenangkan diri kemudian beranjak dari tempat tidur. Namun pandangannya tertuju pada tangannya yang terasa aneh. Ada cincin yang melingkari jari manisnya. Itu berarti, apa yang diingatnya sama sekali bukan mimpi. Dan Jinhye benar-benar ingin menghilang dari muka bumi sekarang juga karena menyesali apa yang sudah ia lakukan semalam.

"Bagaimana aku bisa bertatap muka dengan-nya nanti?"

Jinhye menggeram kesal dan menghentakkan kedua kakinya.

Setelah selesai menghabiskan sup pereda mabuk buatan Doyoung, Jinhye bersiap untuk pergi ke kampus. Ia menghela napas panjang kemudian melangkah menuju pintu. Baru saja Jinhye membuka pintu sedikit, ia kembali menutupnya karena melihat Doyoung berdiri di samping pintu.

Suara bel yang dibunyikan langsung terdengar. Jinhye menghela napas dalam ketika mengetahui siapa pelakunya.

Ia merutuki dirinya sendiri dan kembali membuka pintunya sebelum Doyoung menekan password apartemen agar pintu terbuka.

"Selamat pagi," ucap Doyoung dengan senyuman lebar.

"Hai," balas Jinhye dengan senyum yang dipaksakan. Ia berjalan mendahului Doyoung dan melangkah dengan cepat. Ingin menghindar sebisa mungkin agar lelaki itu tidak membahas soal kejadian semalam.

"Kau sudah makan sup yang kubuat?" tanya Doyoung ketika mereka berada di dalam lift.

Jinhye menganggukkan kepalanya. "Terima kasih. Maaf merepotkan."

Doyoung tersenyum lebar melihat wajah Jinhye yang sangat memerah. Perempuan itu pasti sedang menahan rasa malu. "Kita berangkat bersama, kan?"

Jinhye terkejut dan mendongak menatap Doyoung, tapi kemudian kembali menunduk karena ia merasa sangat malu. "Aku bisa berangkat sendiri."

Doyoung bergeser mendekati Jinhye dan perlahan menggenggam jemari perempuan itu. "Tidak apa-apa," ucapnya ketika Jinhye berusaha melepaskan diri. "Kau bisa bersikap seperti biasa. Jangan malu-malu. Lagi pula semuanya sudah terjadi dan aku sudah tahu soal perasaanmu. Jadi, jangan ditutupi lagi."

Jinhye menelan salivanya dengan susah payah kemudian mengangguk pelan. "I-iya."

Jinhye tiba-tiba merasa gugup dan malu di saat bersamaan.

Mereka berjalan menuju basemant dengan tangan yang masih berpegangan. "Naik mobilku?" tawar Doyoung.

"Punyaku saja," kata Jinhye pelan.

"Aku yang bawa?"

"Biar aku saja."

Doyoung menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Jinhye. Ia membukakan pintu mobil untuk Jinhye kemudian menyusul setelah-nya.

UNEXPECTED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang