Jinhye menatap ibu dan ayahnya bergantian kemudian menghela napas panjang.
Tuan Park dan Nyonya Park berdiri di depan gerbang rumah mereka dan tersenyum lebar pada Doyoung yang mengantarnya.
"Ayo masuk ke dalam. Ibu sudah memasak untukmu," ajak Nyonya Park.
"Iya. Ayo masuk dulu," tambah Tuan Park.
Doyoung tersenyum menanggapi ucapan Tuan dan Nyonya Park kemudian menganggukkan kepalanya setelah terdiam beberapa lama. "Iya, aku akan masuk dan makan bersama," balasnya yang membuat dua orang di hadapannya tersenyum lebar.
Jinhye menatap Doyoung tajam sementara lelaki itu hanya tersenyum padanya kemudian berjalan mengikuti orang tuanya.
"Aku tidak punya pilihan lain selain mengiyakan ajakan orang tuamu. Bukankah tidak sopan jika menolak maksud baik dari seseorang? Apalagi orang itu lebih tua darimu."
Jinhye mendelik begitu mendengar ucapan Doyoung.
Kini mereka sedang berada di ruang makan. Keduanya duduk berdampingan, sementara ayah dan ibu Jinhye entah ke mana. Sepertinya ibunya sibuk menyiapkan makanan bersama para pelayan di dapur, sedangkan ayahnya, Jinhye tidak tahu. Mungkin pergi ke kamar.
"Wah, aroma masakannya benar-benar sangat enak."
Jinhye mendesah panjang dengan mata terpejam saat mendengar ucapan tersebut.
"Hei, kau calon tunangan adikku?"
Doyoung bangkit dari kursi dan sedikit membungkukkan badannya pada lelaki yang baru saja menyapanya. Sepertinya dia adalah kakak Jinhye. "Iya. Namaku Kim Doyoung," ucapnya seraya mengulurkan tangannya.
"Park Jinyoung," ucapnya membalas uluran tangan Doyoung dengan senyuman lebar.
"Kenapa kau dan ayah sudah pulang?" tanya Jinhye begitu Jinyoung duduk di depannya.
"Ayah menyuruhku untuk bekerja setengah hari. Jadi aku menurutinya. Kenapa? Kau iri?" balas Jinyoung dengan cengiran.
Jinhye mendengkus mendengar ucapan Jinyoung, tidak berniat untuk membalas dan memilih untuk memainkan ponselnya.
"Oh iya, kau senior Jinhye di kampus?"
Doyoung menganggukkan kepalanya. "Iya."
"Bagaimana dia saat di kampus? Apa dia termasuk mahasiswi terkenal?"
"Jika kalian ingin membicarakanku, bisakah melakukannya saat aku tidak ada?" ujarnya kesal.
Jinyoung menggeleng kemudian menatap Jinhye dengan wajah menyebalkan. "Tidak. Aku tidak suka membicarakan seseorang di belakang. Aku lebih suka bicara di depan."
Jinhye menatap Jinyoung kesal kemudian bangkit dan berjalan meninggalkan ruang makan.
Doyoung hanya tersenyum melihat pertengkaran kecil antara adik dan kakak tersebut. Dia dan kakaknya juga sering bertengkar seperti itu ketika mereka bertemu.
"Jadi, apa jawaban dari pertanyaanku tadi?"
Doyoung menatap Jinyoung kemudian menggaruk dahinya yang tidak gatal. "Sepertinya dia tidak terlalu terkenal," jawabnya ragu. Takut-takut sang kakak tidak menyukai jawabannya.
"Sudah kuduga," seru Jinyoung. "Bagaimana bisa terkenal jika sifatnya seperti itu. Dia sangat menyebalkan" katanya kemudian menatap Doyoung dan tersenyum. "Iya kan?"
"Hah? Ah," Doyoung tertawa canggung, bingung harus bagaimana menanggapi ucapan lelaki di depannya itu. "Sepertinya dia sedikit pendiam di kampus."
"Benarkah?" tanya Jinyoung tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED ✔
Fanfiction"Apa yang kau lihat?" "Menurutmu?" "Jangan terus menatapku seperti itu." "Ini mataku. Terserahku mau menatap siapa." __________________ Kim Doyoung dan Park Jinhye terpaksa harus menuruti keinginan kedua orang tua mereka yang menyuruh keduanya untuk...