Begitu tiba di rumah, Doyoung langsung berjalan menaiki tangga tanpa mengatakan apa pun. Ia juga tidak menghiraukan panggilan ibunya dan terus melangkah menuju kamar.
Doyoung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah mengganti pakaiannya. Ia meraih ponsel yang sebelumnya disimpan di atas tempat tidur dan melihat banyak pesan masuk. Doyoung menghela napas panjang dan meletakkan ponselnya di atas tempat tidur tanpa berniat untuk melihat isi pesan-pesan tersebut. Ia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih dan kembali mengingat obrolannya dengan Jinhye.
Syarat.
Syarat apa yang bisa membuat kedua orang tuanya membatalkan perjodohan ini? Minta dibelikan mobil? Apartemen? Atau sekalian saja rumah?
Doyoung benar-benar tidak ingin melakukan perjodohan konyol ini.
Doyoung ingin bertunangan dengan seseorang yang disukainya suatu saat nanti. Bukan lewat perjodohan seperti ini. Ia bahkan tidak mengenal Jinhye dengan baik. Jadi kenapa dia harus menerima perjodohan ini?
Tok ... Tok ... Tok ...
Doyoung memiringkan kepalanya ke arah pintu saat mendengar suara tersebut. "Siapa?" tanyanya sedikit berteriak.
"Ayah."
"Masuk," sahutnya seraya beranjak dan mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur.
Tuan Kim masuk dengan pakaian tidur yang melekat di tubuhnya lalu duduk di sofa kecil yang berada di kamar Doyoung.
"Bagaimana pendapatmu tentang Jinhye?" tanya Tuan Kim tanpa basa-basi.
"Biasa saja," jawabnya dengan raut datar.
Menghela napas pelan, Tuan Kim menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan pandangan yang tidak lepas dari Doyoung.
"Kau harus mengenalnya. Dia gadis yang baik."
"Dari mana ayah tahu?"
"Jangan banyak bertanya," sahut Tuan Kim perlahan berdiri lalu menatap Doyoung yang masih duduk. "Kau harus pergi menemuinya lagi agar bisa saling mengenal. Ibumu akan memberikan nomor Jinhye padamu."
Doyoung menatap Tuan Kim malas tanpa berniat untuk menjawab ucapan sang ayah.
"Ada yang ingin kau katakan?" tanya Tuan Kim sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamar Doyoung.
Doyoung berdehem pelan setelah terdiam beberapa saat. "Aku akan mengajukan syarat," katanya serius.
"Syarat apa?" tanya Tuan Kim dengan dahi mengerut.
"Kembalilah duduk, Yah. Ini akan berlangsung lama."
Tuan Kim menuruti ucapan sang anak dan kembali duduk. "Kau mau bertunangan dengan Jinhye jika ayah mengabulkan syaratmu?"
Doyoung mengangguk yakin. "Semua syaratku."
Tuan Kim menganggukkan kepalanya dengan helaan napas pelan. "Baiklah. Katakan apa yang kau mau."
"Aku tidak mau bekerja di perusahaan ayah."
Tuan Kim terdiam beberapa saat mendengar ucapan Doyoung kemudian mengangguk. "Baiklah. Lalu apa lagi?"
Doyoung terbelalak melihat respon Tuan Kim yang biasa saja. "Ayah mengizinkanku untuk tidak bekerja di perusahaan?" tanyanya tidak percaya.
Tuan Kim mengangguk. "Ayah bisa menyuruh kakakmu untuk melanjutkan bisnis perusahaan kita."
Doyoung merasa heran karena ayahnya menyetujui syaratnya tanpa pikir panjang. Bagaimana bisa? Bukankah dulu ayahnya menyuruh dia kuliah di jurusan bisnis agar bisa melanjutkan perusahaan keluarga? Kenapa sekarang seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED ✔
Fanfiction"Apa yang kau lihat?" "Menurutmu?" "Jangan terus menatapku seperti itu." "Ini mataku. Terserahku mau menatap siapa." __________________ Kim Doyoung dan Park Jinhye terpaksa harus menuruti keinginan kedua orang tua mereka yang menyuruh keduanya untuk...