1 | Relawan

8.1K 412 9
                                    

Sabtu, 11 Juli 2020
#MY HANDSOME CAPTAIN
HAPPY READING❤KAWAN

Mohon maaf teman-teman jika membaca cerita ini banyak typo, aku hanya penulis amatiran dan bukan penulis profesional. Bisa tolong diingatkan ya. Akan segera di perbaiki. Terima kasih.

****

Sudah menjadi tugas seorang dokter menyelamatkan pasien dalam keadaan kritis. Aku tahu hidup dan mati bukan berada di tangan seorang dokter. Aku hanya berusaha keras untuk menyelamatkan nyawa pasien. Sangat menyedihkan ketika melihat pasien berada di ambang kematian.

Di Yogyakarta tepatnya di Rumah Sakit Harapan aku bekerja sebagai dokter spesialis bedah umum. Beberapa tahun lalu aku mengabdikan diri menjadi dokter di rumah sakit ini.

Menjadi seorang dokter membuatku tahu bahwa kematian akan datang tanpa menyapa ataupun memberi kabar, kapan pun bisa datang.

Malam ini udara terasa dingin. Aku mendapat shift malam bersama rekanku. Saat ini kami berada di taman rumah sakit, menetralkan pikiran sejenak karena beberapa menit lalu kami baru saja menangani pasien kecelakaan yang hampir saja meninggal. Dengan usaha para tenaga medis dan tentunya izin Allah, pasien itu terselamatkan meski denyut nadinya sempat berhenti.

"Dokter Yasmin, silakan diminum." Gadis yang usianya lebih muda dua tahun dariku mendekat. Dulunya dia hanya koas di rumah sakit ini kemudian dia menjadi dokter residen, sampai akhirnya kami selalu bersama dan berteman baik.

Dia memiliki sifat ramah, ceria, dan rendah hati, jarang ada seorang dokter seusianya yang bersifat demikian. Hanya saja, dia sering menyimpan kesedihannya sendiri.

Dia menyodorkan segelas kopi hangat yang mungkin baru saja dibeli di kantin rumah sakit. "Makasih, Sar."

Rajwa Sarah Malika, sebuah nama yang sangat cocok untuk menggambarkan parasnya yang cantik nan sederhana itu.

Usia tidak membatasi untuk bergaul bukan? Aku senang memiliki teman sepertinya. Jujur saja, aku sering dikata dingin dan irit bicara oleh para tenaga medis lain yang bekerja di rumah sakit, karena mereka jarang melihatku tertawa.

"Beruntung kita bisa menyelamatkan beliau, jujur aja selama berada di ruang operasi jantungku dag-dig-dug, memikirkan bagaimana nasibnya? Meskipun sudah beberapa kali aku mengalami pasien seperti itu tetap saja rasanya menegangkan," sahut Sarah sembari meneguk minumannya.

Aku tersenyum kecil, "Benar apa katamu, meskipun sudah bertahun-tahun aku berada di ruangan itu tetap saja rasanya menegangkan. Hm... sudah menjadi tugas kita Sar, janji kita dulu harus kita laksanakan."

Kami berdua menghembuskan napas, rasanya beberapa menit lalu kami melupakan bernapas karena keadaan yang begitu menegangkan. Merasa sudah cukup menetralkan pikiran dan fisik, aku dan Sarah kembali untuk berjaga. Aku memang seorang dokter tapi aku sering mengidam insomnia mungkin karena aku bekerja terlalu keras.

Aku melepas jas dokter setelah sampai di ruangan, dan membanting tubuh diatas kursi. Meskipun tidak senyaman kasur di rumah. Tetap saja, kursi ini membuatku selalu nyaman. Beberapa menit aku mencoba menutup mata namun ponselku ternyata berbunyi.

"Assalammualaikum Yasmin, kamu pulang malam ini? Mama sudah siapkan sup ayam buat kamu."

Suara itu jelas selalu ku rindukan, dia orang yang selalu mengkhawatirkan keadaanku. Dia juga orang yang mendukung setiap langkahku hingga akhirnya aku sampai di titik ini.

"Waalaikumussalam maaf Ma, Yasmin lupa kalo malam ini ada shift di rumah sakit. Yasmin malam ini nggak pulang, maaf nggak ngasih tahu Mama dulu," balasku dengan nada kecewa.

My Handsome Captain | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang