20 | Aku Kembali

2K 143 0
                                    

Dengan perjalanan yang begitu panjang akhirnya kami tiba di Yogyakarta, kami mendarat di lapangan yang jauh dari rumah sakit sehingga kami harus menggunakan taksi untuk ke rumah sakit bertemu Pak Rian. Udara dan keadaan disini terasa berbeda. Marga dan Farel merasa senang bisa kembali dengan selamat ke Yogyakarta, mereka seperti baru saja melihat gedung-gedung tinggi yang menjulang.

"Akhirnya sampai juga," gumamku.

Kakak Ipar mendekatiku, dia seakan ingin mengatakan sesuatu padaku.

"Yasmin, maaf Kakak tidak bisa mengantar kamu ke rumah sakit, Kakak harus kembali ke bandara. Satu jam lagi ada jadwal penerbangan menuju Bangkok, titip Kak Nania, ya."

"Iya siap. Hati-hati," kataku melambaikan tangan padanya. Baling-baling itu mulai berputar kembali menjauhi tempatku berdiri sekarang.

Kami memberhentikan dua taksi yang akan membawa ke rumah sakit. Di dalam taksi Aku hanya memandang keluar jendela, melihat pemandangan yang aku rindukan selama hampir empat bulan.

"Mama diluar kota? Kenapa dia harus bekerja terlalu keras, padahal gajiku masih bisa untuk membiayai kehidupan kita, kenapa Mama keras kepala," desis Sarah saat melihat notifikasi masuk ke ponselnya.

"Karena Mama kamu kesepian. Kalo mama kamu nggak kerja dia sendirian di rumah, nggak ada hal yang dia lakukan," sahutku pada Sarah.

"Tapi dia bisa kan membuka butik di rumah? Atau jangan pergi keluar kota, aku sendirian sekarang. Aku merindukannya tapi dia nggak ada di rumah," kata Sarah kecewa.

"Nanti bicarakan baik-baik sama tante Nisa, kamu nggak boleh marah. Bagaimanapun dia ibu kamu, bicarakan baik-baik," kataku.

Sarah mulai merasa tenang saat aku mengatakan hal itu. Tak terasa taksi telah membelah sedikit kemacetan dan berakhir di rumah sakit. Semua orang bahkan sudah menunggu di koridor rumah sakit. Terutama keluargaku, mereka ada disana. Lantas aku segera memeluk mereka, aku merindukan mereka. Dengan air mata yang mulai turun aku mengatakan, "Mama, Papa. Aku rindu kalian."

"Kami juga merindukanmu sayang, Mama bersyukur kamu baik-baik aja," kata Mama pelan, aku mengangguk dalam dekapan mereka.

"Alhamdulillah kalian baik-baik saja, saya khawatir dengan keadaan kalian karena tiba-tiba kalian menolak untuk penerbangan saat itu." Pak Rian tersenyum setelah perkataanya. Diikuti dokter Maya yang ada di sampingnya.

Pak Rian dan dokter Maya kembali bekerja, semua laporan yang ada padaku sudah aku serahkan semuanya pada beliau. Marga dan Farel telah diantar pulang oleh keluarga mereka. Tetapi disini masih ada keluargaku dan Ayah Sarah bersama istrinya.

"Sarah mari kita pulang. Mama kamu sedang berada di Surabaya. Mama kamu sudah memberi izin supaya kamu tinggal bersama kami," kata Pak Andi—ayah Sarah.

Sarah memalingkan wajah tidak suka karena keberadaan Vanya di sana. "Sarah mau mengunjungi rumah Arya, kemarin ibunya meninggal dunia. Setidaknya Sarah harus memberi ucapan bela sungkawa," kata Sarah.

"Biar Mama sama Papa antar kamu kesana ya?" tanya Vanya. "Nggak perlu, kamu bukan siapa-siapa saya!" tolak Sarah tegas.

Aku melupakan satu hal, Arya telah kehilangan orang yang dicintai kemarin jadi aku harus ke rumahnya, setidaknya memberikan ucapan penyemangat.

"Sarah aku ikut! Mama sama Papa bisa pulang dulu. Yasmin janji nggak akan lama."

"Sarah! Sarah!" sahut Pak Andi.

Sarah sudah berjalan mendahuluiku, dia berjalan cepat menuju pintu keluar. "Sarah nggak akan kenapa-kenapa Om, Yasmin akan menemani dia," kataku pergi menyusul Sarah. Wanita itu berjalan cepat tanpa menghiraukan sahutanku.

My Handsome Captain | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang