10 | Pamit Untuk Kembali

2.8K 218 0
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya!
Happy reading❤️

***

Suara azan membangunkanku, semalam aku tertidur di ruangan Sarah. Wanita itu masih terbaring di kasur rumah sakit. Sudah berapa jam dia menutup mata? Mengapa dia tak kunjung sadarkan diri? Orang tua Sarah pun belum sampai ke Indonesia. Ponselku dipenuhi banyak nontifikasi, pertama kali aku membuka pesan dari orang tua Sarah. Mereka mengatakan bahwa keadaan cuaca tiba-tiba saja buruk sehingga jadwal penerbangan di tunda sampai keadaan membaik di sana.

Dengan berat hati aku meninggalkan Sarah di ruangan dan berjalan pelan menuju musholla. Beberapa orang yang ku temui menanyakan keadaan Sarah. Musholla memang sudah ramai, banyak orang menunggu waktu salat.

Lepas salat subuh aku kembali ke ruangan Sarah. Memeriksa keadaannya, dia masih sama seperti semalam. Kapan dia akan tersadar?

"Sus, saya minta dokter Sarah dijaga. Tidak ada yang boleh memasuki ruangan kecuali saya dan keluarganya. Saya akan pulang sebentar dan kembali lagi ke sini," pesanku pada perawat yang akan menjaga Sarah.

Aku bergegas menuju rumah, di rumah pun aku hanya sekedar mandi lalu sarapan. Mama dan Papa sangat pengertian dengan keadaanku yang sekarang. Mereka bahkan tidak banyak bicara. Mereka tahu jika Sarah satu-satunya sahabat yang sangat dekat denganku.

"Yas, nanti siang Mama mau ke rumah sakit kamu. Mama mau jenguk Sarah sekalian bawa makan siang buat kamu," sahut Mama ketika sedang sarapan bersama.

"Oke boleh," balasku senang. Sudah lama Mama tidak pernah berkunjung ke tempatku bekerja. Dulu waktu pertama kali aku bekerja di RS Harapan mama sering datang untuk memberikanku semangat. Aku tidak pernah risih dengannya tetapi aku sudah cukup dewasa jadi sekarang Mama tidak pernah berkunjung lagi.

"Kita bakal adain liburan keluarga. Mumpung kakak kamu ada di rumah. Nanti Papa bikin jadwalnya ya,"  sahut Papa.

Demi apa aku langsung girang mendengar ucapannya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan liburan keluarga. Biasanya kami akan berlibur ke pegunungan. Entah kenapa gunung menjadi tempat wisata favorit kami. Menurutku pemandangan gunung memang indah, apalagi semilir angin.

Mendengar penuturan mereka membuat aku semangat dalam menjalani pekerjaan.

Setelah selesai sarapan dan mencuci piring aku kembali lagi ke rumah sakit.

Langkahku semakin pelan ketika berada di depan ruangan Sarah. Aku mendengar suara rintihan dari dalam ruangan. Dengan cepat aku mendorong pintu. Sarah terjatuh dari ranjangnya. "Astagfirullah Sarah, kenapa kamu bisa jatuh?" tanyaku cemas sembari membantunya kembali berbaring di ranjang.

"Ak—ku hanya ingin minum, tapi tanganku tidak sampai," tuturnya pelan. Aku bersyukur dia sudah sadar. Dengan cepat aku memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya. Sarah sudah berhasil melewati semuanya. Dia akan segera membaik.

"Orang tua kamu dalam perjalanan ke sini, mereka baru saja sampai bandara," kataku pelan. Sarah menganggukkan kepala, ia merasa terbebani.

"Kenapa kamu harus kayak gini sih? Kenapa kamu membiarkan tubuh kamu mengkonsumsi coklat Sar? Kamu tau kan itu berbahaya," tanyaku kesal.

"Aku nggak enak aja nolak pemberian orang. Lagian aku nggak papa kok kalo obat alergi aku nggak kadaluarsa. Gara-gara obat itu aku harus di sini. Aku mau pulang!" keluh Sarah.

Aku tertegun melihat sikapnya seperti itu, dia seperti anak kecil yang merengek minta mainan. Dengan cepat aku menutup mulut Sarah yang sudah terbuka lebar.

"Aku mau bekerja dulu kamu disini aja nggak perlu kemana-mana, jangan bandel Sarah!" peringatku dengan tatapan tajam. Dia hanya menjawab dengan omelan pelan.

My Handsome Captain | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang