36 | Pilihan Papa

2.1K 144 2
                                    

Mobilku memasuki halaman rumah, aku sempat melihat sebuah mobil asing berwarna abu dengan nomor plat yang sama sekali tidak aku ketahui. Firasatku mengatakan bahwa Kak Frans memiliki mobil baru. Tak ingin lama berada di luar, setelah memarkiran mobil aku buru-buru masuk ke rumah meminta makan-makan bersama mereka. Tapi semua tak seindah apa yang aku bayangkan.

Seorang pria sedang duduk di ruang tamu dengan wajah tampan, bajunya berwarna putih dengan lengan yang digulung seperempat membuat jam tangan hitamnya terlihat, rambutnya tertata keatas dengan rapi mirip orang luar. Siapa pun yang melihatnya akan jatuh cinta. Tapi entah kenapa aku masih berharap pada Arzanka.

"Assalammualaikum."

"Waalaikumussalam," balas mereka serentak termasuk pria itu.

"Yasmin kenalin ini dokter Abhizar, pria yang Papa bicarakan malam itu," kata Papa membuatku mengangguk dan tersenyum canggung. Tidak mungkin aku masuk ke dalam kamar, artinya aku tidak menghargai tamu yang datang.

Dia adalah pria pilihan Papa. Apa hanya sampai sini takdir cintaku bersamanya? Apa kami tidak bisa bersama? Lalu untuk apa kami dipertemukan beberapa kali? Aku sulit melupakannya.

"Yasmin nggak perlu canggung. Saya nggak bermaksud apa pun. Saya hanya ingin bersilaturrahmi."

"Oh, iya."

"Yasmin, apa kamu setuju jika kalian ta'arufan? Mama dan Papa sudah menyetujuinya, keluarga Abhi juga menyetujuinya. Bagaimana pendapat kamu?" Papa membuka perbincangan, jika aku menerimanya artinya aku tidak menghargai perjuangan keras Arzanka, dia sudah berperang dengan hati dan pikirannya membuat dia mengalami kecelakaan.

Aku tidak mungkin mengkhianatinya begitu saja.

"Maaf Abhi, Pa, Ma. Untuk saat ini Yasmin belum mau membuka hati, Yasmin ingin kita berteman saja. Insya Allah nanti jika kita berjodoh pasti dipertemukan jalannya," balasku.

"Yas—"

"Nggak papa kok Om, lagian Abhi datang kesini murni untuk bermaksud baik dengan Yasmin. Tapi kalo Yasmin membutuhkan waktu untuk melupakan pria yang dicintainya, Abhi bersedia menunggu, Yasmin tidak perlu mengkhawatirkanku," potong Abhi merasa tak enak.

"Makasih," singkatku.

Papa menatap ke arahku dengan pandangan yang tidak mengenakan, Papa ingin aku ber ta'aruf dengannya tapi aku malah menolak mentah-mentah. Aku berharap dia tidak terluka.

Kami hanya membicarakan masalah yang tidak terlalu pribadi, hanya ada obrolan ringan. Aku terpaksa harus menjawab dan membuat nyaman seseorang yang sedang diajak mengobrol. Sampai kemudian pria itu pergi satu jam sebelum waktu maghrib.

Giliran Papa bertanya padaku. "Kamu akan bersikap seperti ini terus? Sampai kapan? Dia pria baik! Abhi mau menunggumu, kenapa kamu menyia-nyiakan pria seperti dia?" Sekarang aku bingung harus menjawab apa. Dari tutur kata, jawaban, semuanya terlihat bijak. Namun aku masih teguh pada pendirianku, aku ingin bersama Arzanka.

"Yasmin nggak semudah itu jatuh hati. Yasmin masih menghargai perjuangan Arzanka Pa, Papa mungkin nggak tahu kalo Arzanka mengalami kecelakaan saat pulang dari rumah kita. Papa melihat Arzanka adalah pria tangguh, tapi Papa nggak tau seberapa terlukanya Arzanka karena ucapan Papa dan perlakuan Papa saat itu, Yasmin akui Abhi pria yang soleh, tapi Yasmin nggak bisa menerimanya," jelasku menolak.

"Terserah kamu," singkatnya meninggalkan aku dan Mama di ruang tamu.

Mamah memegang kedua bahuku dari belakang dengan erat, mencoba menegarkanku. "Mama sudah berusaha membujuk Papa, tapi kali ini Mamah nggak bisa meluluhkan hatinya. Pilihan itu ada pada Papa, kamu harus bisa mengikhlaskan Arzanka," kata Mama pelan.

My Handsome Captain | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang