15 | Selamat Malam, Yasmin

2.6K 170 5
                                    

Malam telah tiba, setelah melaksanakan salat isya kami kembali berkumpul di depan posko untuk makan malam sembari menikmati semilir angin dengan background jutaan bintang serta bulan jingga yang bersinar di langit. Malam ini terasa berbeda karena kita mengadakan makan bersama di depan posko bersama masyarakat sekitar.

Kami sedang menunggu kedatangan mobil yang membawa makanan dengan berbagi cerita masing-masing. Bahkan dari mereka ada yang bernyanyi, semua terdengar menyenangkan.

Ponselku bergetar sebuah pesan masuk dari Mamah.

---

Moms❤

Yasmin gimana kabarnya? Mama nggak bisa tidur kamu seharian nggak chat Mama.

Mama nggak usah khawatir, Yasmin baik-baik aja
Salam sayang Mama, Papa, Kak Nania

---

Semua peristiwa yang akan aku lalui selama disini akan menjadi sebuah kenangan yang indah dan manis, belum tentu aku bisa merasakannya lagi nanti. Bersyukur aku bisa berada disini bersama mereka menempuh pahit dan manisnya menjadi seorang dokter.

"Makanannya sudah sampai!" seru Marga.

Makan malam yang tak akan pernah aku lupakan, makan malam bersama orang-orang di desa. Nasi beserta ayam bakar yang sudah dikemas rapi dalam kotak siap kami santap, sebelumnya kami berdoa bersama.

Makan malam berjalan dengan lancar, semua dibersihkan seperti semula dan mereka bergegas untuk tidur. Besok akan menjadi hari yang begitu melelahkan. Perjalanan jauh menuju pedalaman desa.

Mataku tak kunjung mau menutup padahal semua orang di dalam kamar telah tertidur, Sarah bahkan sudah bermimpi indah. Insomniaku kambuh, aku keluar posko yang ternyata masih ada beberapa orang yang tengah duduk di tepi pantai. Dengan langkah pelan aku menuju dapur membuat teh insomnia berharap aku bisa tertidur.

Malam ini begitu dingin, jaket tebal telah menutupi seluruh tubuhku. Dapur dalam keadaan sepi tidak ada siapapun, dengan cepat aku keluar dapur dan akan kembali ke posko wanita. "Astaghfirullah," pekikku terkejut.

Sosok pria bertubuh tinggi yang wajahnya entah kemana tidak dapat aku lihat berdiri tepat di depanku bagaimana mungkin aku tidak terkejut. Beberapa detik aku memejamkan mata dan kemudian membukanya perlahan. "Kenapa?" sahutnya pelan.

Setelah menyadari bahwa yang didepanku adalah orang, tubuhku melemas. Hampir saja aku terkena serangan jantung karenanya.

"Kamu ngagetin aku! Ngapain disini?" ocehku pelan.

"Aku mau buat teh, lagian kenapa lampunya nggak dinyalain? Udah jam sepuluh belum tidur?" tanyanya beruntun sembari melirik arloji yang terpasang di pergelangan tangan kirinya.

"Nggak papa, kamu ngapain masih di sini? Bukannya harus kembali?" tanyaku balik.

"Ditanya malah tanya balik. Aku pulangnya nanti satu jam lagi, aku tau kamu sering insomnia. Gimana kalo kita duduk di tepi pantai? Banyak orang di sana jadi nggak akan menimbulkan fitnah," tawarnya.

Daripada aku berdiam diri didalam kamar lebih baik aku bersamanya mencari udara yang lebih segar walaupun cukup dingin karena angin malam berhembus cukup kencang. Di tepi pantai yang berisi bebatuan kami duduk dengan berjarak, di sini juga masih banyak warga yang menikmati pantai, bahkan beberapa dari mereka malah membakar ikan dan makan bersama.

My Handsome Captain | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang