32 | Memohon Restu

1.9K 162 6
                                    

Hari berlalu begitu cepat, setiap pulang bekerja aku selalu menyempatkan waktu untuk pergi ke pelabuhan, berharap bisa melihat Arzanka pulang. Sudah beberapa minggu aku tidak mendengar kabarnya, Bisma juga tidak datang lagi ke RS, dia sedang berada di luar kota.

Aku benar-benar merindukannya.

Seperti saat ini, aku seorang diri makan di restoran tanpa adanya teman. Sarah sedang pergi dua hari lalu ke Bandung, dia sedang mengurus cabang butik milik ibunya. Kak Nania dan Kak Frans sedang berlibur ke Manila. Mama dan Papa masih bekerja. Aku benar-benar kesepian sekarang.

Sejak dua puluh menit lalu aku duduk di pojok restoran sambil menatap keluar jendela, hanya ada segelas late dan kentang di meja. Semua pekerjaan telah aku selesaikan, kenapa hari cutiku selalu terbuang sia-sia.

"Yasmin?" Seseorang memanggil namaku dengan pelan, aku menoleh ke samping. Sebentar, aku mengenal siapa wanita yang memanggil namaku.

"Tante Yulia?" panggil sumringah. Aku merindukan Arzanka tapi aku malah bertemu dengan ibunya.

"Boleh Tante duduk disini?" tanyanya pelan.

"Tentu boleh, Tante kesini sama siapa?" tanyaku kembali.

"Sendirian, Tante habis beli sayuran di minimarket, kebetulan Tante haus jadi mampir kesini. Kebetulan juga ini adalah restoran favorit Arzanka. Kamu sendirian?"

"Iya sendiri, bagaimana kabar Tante?"

"Alhamdulillah seperti yang kamu lihat, Tante baik-baik aja, kamu kenapa nggak pernah main lagi ke rumah Tante? Padahal Tante kangen kamu loh, Tante mau jenguk kamu di RS cuma takut ganggu kerjaan kamu."

"Eh iya Tante, Yas akhir-akhir ini sibuk. Belanjanya banyak banget, mau ada acara?" tanyaku pelan.

"Nggak ada, persiapan buat Arzanka pulang dari Papua."

"Kapan Arzan pulang, Tan?" tanyaku pelan.

"Tante nggak tau pasti, kata atasan Arzanka malam ini atau pun malam berikutnya." Aku mengangguk paham.

Benar-benar mertua idaman, beliau sangat menghormatiku, padahal aku bukan siapa-siapa. Kami bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Aku merasa nyaman bercerita dengannya. Sama halnya aku bercerita dengan Mama.

Kami telah menghabiskan waktu yang begitu banyak, hingga akhirnya aku mengantar pulang tante Yulia ke rumahnya. Rumah masih sama seperti dulu, tante Yulia membawaku masuk ke rumah melihat sekeliling. Rumah sangat sunyi, aku tidak bisa membayangkan betapa kesepian dirinya saat Arzanka tak ada di rumah.

"Sayang ya, rumah sebesar ini hanya ada Tante sendirian. Rumah ini dibangun dengan uang milik Arzanka sendiri, dia ingin memberikan rumah ini untuk kami. Tapi, Om Adam lebih dulu dipanggil Allah. Tante berharap suatu hari nanti, ketika Arzanka sudah memiliki istri, akan tinggal disini kalo nggak keberatan."

"Yasmin, kamu sudah memiliki calon suami?" Pertanyaan itu sontak membuatku terdiam. "Nggak ada Tante."

"Syukurlah, Arzanka masih memiliki kesempatan untuk meminangmu." Apa yang baru saja aku dengar? Mengapa beliau mengatakan hal itu? Aku tidak bermimpi kan.

"Mm, Tante sudah sore. Yas mau pulang, bolehkan Tan?" tanyaku pelan.

"Boleh dong, hati-hati di jalan ya."

"Assalammualaikum."

"Waalaikumussalam."

Perlahan mobilku menjauh dari pekarangan rumahnya. Aku tersenyum mengingat bagaimana perlakuan baik dari ibunda Arzanka, calon mertua seperti itulah yang diidamkan para wanita. Termasuk aku, beruntung bertemu dengannya.

My Handsome Captain | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang