14 | Hari Pertama

2.4K 181 1
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya!
Happy Reading ❤️

***

Semua tenaga medis sudah berkumpul di ruang rapat. Mereka sudah bersiap sejak waktu subuh. Ini akan menjadi kebiasaan mereka untuk bangun pagi. Mereka tampak tak sabaran untuk memulai aktivitas. Lembaran kertas sudah berada ditangan masing-masing. Hari ini setiap dokter akan berkeliling dari desa satu ke desa lain sesuai jadwal mereka.

"Dokter Maya dengan dokter Sandi. Dokter Sarah dengan dokter Marga. Dokter Clara dengan dokter Doni. Dokter Gina dengan dokter Arya. Dan saya dengan dokter Farel. Rute perjalananya sudah ada di kertas masing-masing. Untuk wilayah yang agak jauh sudah disediakan mobil dan untuk wilayah yang dekat bisa jalan kaki. Ada yang mau ditanyakan?" jelasku rinci.

"Apakah nanti hari berikutnya seperti ini, Dok?" tanya Doni.

"Tidak, setiap hari pasangan kita bergantian agar saling mengenal dan mampu berkomunikasi baik. Berikan layanan terbaik, jangan merusak nama rumah sakit kita. Saya percaya kalian bisa melakukannya," balasku.

Aku mendapat tugas di desa yang cukup jauh sehingga aku dan Farel harus mengendarai mobil. Farel ini adalah juniorku, dia setahun lebih muda daripada aku. Dia juga dikenal sebagai dokter yang baik dan amanah.

"Sar, kamu nggak papa kan sama Marga?" tanyaku pelan. "Loh emang kenapa? Nggak papa kan jadwalnya bakal berubah setiap waktu. Lagian Marga kan orangnya humoris jadi nggak garing amatlah nanti, aku dapat desa yang jauh jadi mau naik mobil. Kamu hati-hati ya," cetus Sarah. Aku menganggukkan kepala mantap.

Sarah memang wanita yang bisa diandalkan, dia pasti bisa membantu masyarakat yang kesulitan. Mobilku berjalan mendahului Sarah. Farel mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Semua peralatan medis sudah disiapkan di bagasi mobil.

Sampailah kami di tempat tujuan. Tempatnya cukup indah dan mengagumkan. Anehnya, desa tersebut ada di pinggiran jalan raya, benarkah ini desanya?

"Sebenarnya kita harus masuk hutan ini Dok, baru kita akan sampai di desanya. Ini masih area perkotaan. Jadi kira-kira kita bakal menempuh jarak 40 meter jalan kaki karena mobil nggak bisa masuk, bagaimana?" sahut Farel, sudah aku tebak desanya bukanlah disini. Disini masih sebuah perkotaan.

Dengan gerakan cepat kami mengeluarkan semua peralatan dalam bagasi dan menggendongnya, tak peduli seberapa besar dan beratnya.

Perjalanan memasuki hutan baru pertama kali aku lakukan. Hutan ini tidak akan membuat kita tersesat karena masih ada beberapa rumah penduduk dan jauh dari hewan buas. Seraya berjalan mataku terus menyorot melihat keadaan sekitar. Sangat sunyi dan tentram. Tempat seperti inilah yang aku sukai. Kami harus berjalan lebih hati-hati karena banyak ranting berjatuhan bisa saja membuat kaki terluka.

"Rel, sebentar mau minum dulu," sahutku pelan. Pria itu berada di belakangku. Kami memutuskan beristirahat sebentar dan kemudian melanjutkan perjalanan.

Sampai akhirnya kami keluar dari hutan dan menemukan sebuah perkampungan yang dekat dengan pantai. Seperti surga yang tersembunyi. Banyak anak-anak bermain di tepi pantai. Dan yang menjadi pertanyaan apakah mereka tidak bersekolah? Arlojiku menunjukkan pukul sepuluh pagi artinya anak masih berada di sekolah.

"Kalian pasti tenaga medis yang dikirim dari kota kan? Perkenalkan saya kepala desa disini, saya akan menuntun kalian," ujar seseorang berbadan gemuk dan sedikit botak. Aku menganggukkan kepala.

"Baru tahu jika disini ada sebuah desa tersembunyi. Kita harus kemana dulu ya Pak?" tanyaku. "Kita ke  sana dulu," balas kepala desa menunjuk ke arah timur. Aku mengikutinya dari belakang. Kami memasuki desa dan disambut baik oleh masyarakat.

My Handsome Captain | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang