why?

363 57 4
                                    

Besok istirahat gue tunggu diatap.

Satu pesan masuk diponsel sejeong, siapa lagi yang akan mengirim pesan perintah tanpa basa-basi selain makhluk satu spesies dengan manusia tapi dengan internal yang berbeda, sehun.

Ngapain?


Nggak bisa ya lo tuh nggak usah banyak tanya.

Nggak.


Serah lo deh, yang jelas gue tunggu lo besok.

Kayak mau ngajak tawuran aja.


Bacot banget deh lo.

Kasar banget!


Ya lo udah dibilangin juga masih nanya mulu.

Yaudah sih biasa aja.
(Read)

Entah kenapa sehun merasa tidak enak hati setelah mengirimkan kata-kata sedikit kasar kepada sejeong. Sehun bahkan membaca berulang kali pesannya dengan sejeong.

"Apa gue keterlaluan ya? Perlu minta maaf? Nggak deh kayaknya, masih wajar kan? Wajarlah. Tapi beneran nggakpapa nih? Tau ah pusing gue!" Sehun menggerutu dengan dirimya sendiri, karena telah mengatakan hal yang sedikit kasar, tapi untuk minta maaf egonya jelas lebih tinggi.

Berbeda dengan sehun, sejeong tidak begitu peduli dengan kata-kata yang diberikan sehun padanya, mungkin sedikit kesal tapi bukannya sejeong selalu kesal dengan sehun.

Dibanding harus memikirkan pesan dari sehun, sejeong lebih fokus pada chattingannya dengan doyoung. Sejeong merasa dia dan doyoung memiliki banyak kecocokan. Doyoung tidak seformal dandanannya, yang setiap ke sekolah baju masuk rapi dengan ikat pinggang dan dasi almamater. Doyoung anak yang seru, dan memaklumi kenakalan-kenakalan remaja yang masih bisa dikatakan wajar, meskipun doyoung sendiri termasuk anak yang patuh pada peraturan.

***

Bel tanda istirahat sudah berbunyi, dengan langkah terpaksa sejeong tetap harus keatap menemui sehun. Dia bahkan menolak ajakan wendy dan krystal untuk kekantin, meskipun sebenarnya dia sangat ingin ikut mengisi perutnya.

Sesampainya diatap orang yang mengajaknya bertemu sudah berdiri disamping pagar pembatas yang mengelilingi atap gedung menghadap keluar pagar. Jika saja membunuh orang tidak berdosa dan bukan suatu tindak pidana mungkin sejeong sudah mendorongnya, sedikit sadis memang, tapi sejeong benar-benar sudah muak dengan perbudakan ini.

"Ada apa?" Tanya sejeong tanpa basa-basi.

"Ada urusan OSIS apa lo kemarin?" Tanya sehun sambil memutar tubuhnya menghadap sejeong.

"Bukan urusan lo"

"Urusan gue dong, bisa aja kan lo bohongin gue"

"Gue kasih tau pun lo juga nggak akan paham"

"Sejak kapan urusan OSIS pindah ketoko buku?" Tanya sehun seraya mendekatkan dirinya ke sejeong, hingga menyisakan sedikit jarak diantara mereka.

Sejeong diam, bukan hanya karena dia terkejut sehun tau kalau dia berbohong tapi juga karena jarak mereka yang terlalu dekat.

"Kenapa diem? Nggak bisa ngejawab?" Tanya sehun.

"Apaansi, ngapain lo deket-deket" ucap sejeong sambil mendorong sehun agar menjauh darinya.

RAIL [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang