Mungkin memang benar jika apa yang kita rencanakan tidak selalu berjalan sesuai kenyataan. Itu yang bisa sehun simpulkan saat ini. Di hari libur ini, dia berencana melakukan gerakan hidup sehat sehari yang dimulai dengan lari pagi, namun sepertinya takdir tak merestui rencananya. Udara sejuk yang beberapa waktu lalu dia hirup sekarang sudah berubah menjadi aroma khas rumah sakit. Bukan karena ada nasib buruk menimpanya, hanya saja dia berada disini karena sejeong.Setelah menerima telfon entah dari siapa, sejeong meminta sehun untuk mengantarnya ke salah satu rumah sakit. Sebenarnya sehun masih belum mengerti dengan situasi yang sedang terjadi, hanya saja dia tetap mengantar sejeong tanpa bertanya banya hal. Disepanjang perjalanan air mata sejeong tidak pernah berhenti mengalir, gadis itu juga tidak mengeluarkan sepatah katapun. Sehun sempat khawatir dengan keadaan sejeong, tapi dia juga bingung harus bersikap seperti apa.
Dan sekarang, lengkap dengan style lari pagi nya, dia berdiri bersama sejeong didepan ruang UGD. Gadis itu masih menangis, sehun ingin menenangkan, tapi sehun tak mengerti bagaimana cara menenangkan perempuan. Saat sehun masih menatap ke dinding-dinding rumah sakit yang ada disekitarnya, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama sejeong, otomatis itu membuat sehun dan sejeong menoleh.
"Jungwoo..." jawab sejeong dengan suara bergetar, sesaat setelah menoleh kearah jungwoo yang berjalan mendekat kearahnya.
Sehun meneguk saliva, mengarahkan pandangannya kearah lain, situsi ini lebih canggung dari beberapa saat lalu, saat dia hanya berdua dengan sejeong.
"Gimana keadaan doyoung?"
Sejeong menggeleng, "gue juga belum tau, sorry banget kalau gue ganggu lo, tapi jujur gue nggak tau harus kasih tau siapa lagi selain lo."
"Nggakpapa, gue seneng lo ngasih tau gue, gue udah hubungin orangtua doyoung, dan mereka udah jalan kesini."
Keadaan kembali hening, sejeong masih menangis, bibirnya tidak henti-hentinya memanjatkan doa agar keadaan doyoung baik-baik saja. Jungwoo juga terlihat khawatir, hanya saja sangat terlihat dia menghindari kontak mata dengan sehun, begitu pula dengan sehun. Keadaan ini terlalu canggung untuk mereka berdua.
Waktu berjalan terasa lebih lambat dari biasanya. Air mata sejeong seperti sudah tidak mampu lagi menetes, kedua matanya juga mulai membengkak. Tapi belum ada satupun tenaga medis yang menangani doyoung keluar dari ruangan tempat kekasihnya itu ditangani. Sejeong benar-benar tidak menyangka, dia kira hari ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan untuknya dan doyoung, tapi apa yang dia kira atau harapkan tidak sesuai dengan apa yang Tuhan gariskan. Tawa yang dia harapkan, tapi tangis yang yang Tuhan kehendakkan. Kesenangan yang dia bayangkan, diganti kekhawatiran yang yang yang harus dirasakan.
Jika perasaan sejeong sedang campur aduk,dan air matanya belum mau berhenti menetes, maka lain halnya dengan sehun. Dia juga ikut prihatin atas apa yang menimpa pacar sejeong, meskipun mungkin tidak sampai se khawatir sejeong ataupun jungwoo, karena sehun juga tidak kenal dekat dengan doyoung. Hanya saja rasa prihatinnya harus sedikit terganggu karena kakinya yang mulai lelah. Karena sejak dia berangkat untuk lari pagi, hingga saat ini dia berada di rumah sakit, sehun sama sekali belum duduk--kecuali diatas motor, saat perjalan ke rumah sakit bersama sejeong. Jujur, sehun ingin sekali meng istirahatkan kakinya. Tapi sialnya, satu-satunya kursi yang tersisa hanya disamping jungwoo. Jika berada di antara jarak satu meter dengan jungwoo saja sudah membuatnya tertekan, apalagi harus duduk bersebelahan. Karena merasa sudah tidak kuat menahan jeritan tulang-tulang kakinya yang ingin diistirahatkan, jadilah sehun berniat beralasan untuk mencari minum. Selain mengistirahatkan kakinya, dia juga butuh bernafas sedikit bebas dan terhindar dari keadaan canggung ini. Tapi sepertinya hari ini dewi keberuntungan sedang tidak berpihak pada sehun. Baru saja dia mengambil satu langkah untuk berpamitan pada sejeong, ada dua orang mendekat kearah mereka. Sepertinya sepasang suami istri, dan kalau sehun tidak salah terka, sepertinya itu orang tua doyoung, melihat dari bagaimana pandangan mereka tertuju pada jungwoo, dan air mata yang menghiasi pipi perempuan paruh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIL [SELESAI]
AléatoireOrang yang berbeda-beda Rasa yang berbeda-beda Cara yang berbeda-beda Untuk satu hal yang sama yaitu "CINTA"