Setelah selesai rapih-rapih, Kitapun keluar kamar hotel jalan-jalan mengitari pulau sumbawa, bagusnya luar biasa, di sini masih asli banget udaranya, seger dingin banget. Mungkin karena deket pantai jadi udaranya dingin banget.
"Kita berasa kaya lagi di puncak yak, dingin banget." ucap Diki.
"tungguin Gue yak, Gue mau ambil sweeter, sumpah dingin banget." timpal Adit.
"huuu.. lagian sok-sokan sih pake celana pendek, sama kaos doang, tadi kan udah di ingetin sama Pak Abdul kalau disini malam itu dingin pake banget." ujar Fajar. karena Fajar sepanjang jalan ngobrol sama Pak Abdul, jadi Dia di beri tahu sama si Bapak kalau disini malam itu dingin banget gaes, tapi Adit malah enggak mau dengerin, jadi lah Dia salah kostum, dan Kita berempat harus menunggu Dia balik ke kamar buat ganti kostum, padahal tadi dia yang paling bawel saat Aku sedang mandi. ada sekitar 20 menit, Adit balik lagi ke loby.
"Key, nih pake." ujar Adit.
"tengkyu Didit, uu Lu tau aja kalo gue masih ke dinginan." ucap Gue.
"yaudah yuk ah jalan, nanti keburu malem."
Kita pun bergegas jalan, dan menyusuri sepanjang jalan tempat disini lumayan jauh-jauh yang berdagang, ada setengah jam Kita berjalan dan akhirnya menemukan kedai kopi.
"Gaes Kita mampir dulu yuk, gue aus dan dingin banget." ujar Diki.
"pegel lagi, udah jauh dan lumayan juga nih kita jalan." sahut Fajar.
Kitapun segera masuk, dan memesan minum dan makanan.
"Gaes kayanya abis ini Kita balik aja deh ke hotel, kalo kelamaan kita di luar apa lagi Kita juga enggak tau mau kemana bisa-bisa beku kita ini." ucap Adit, yang kedinginan dengan tangan yang memeluk tanganku.
"ye dingin si dingin, tangan bisa aja." celetuk Fajar.
"iya ada benernya juga kata Adit, abis ini mending Kita istirahat di hotel terus nanti gue bakal rencanain buat besok kita traveling." sahut Revan. Kitapun segera meminum kopi dan makanan yang tersaji di depan Kami.
***
Kamipun sudah selesai makan malam, dan ngopi menghangatkan tubuh kita, Aku sudah pakai sweeter tambah jaket basball punya Adit saja masih dingin, asli disini itu udaranya masih bagus, dan bangunannya belum sebanyak di Bandung, bahkan di Ibukota Jakarta yang tanah kosong langsung di bangun mall-mall atau apartement, beserta gedung-gedung besar. Disini masih kosong sepi, ada beberapa rumah yang Kita lewati rumah warga cuma enggak terlalu banyak dan rumah mereka itu di jaga oleh Anjing-Anjing besar hitam. mungkin untuk penunggu rumah. Saat Kita sedang asik berjalan, dan Membuat video dan selfie-selfie ada sebuah gapura yang berisikan sesajen, orang disini masih mempercai nenek moyang, atau mungkin warganya ada yang memeluk Agama Hindu.
"Gaes, itu apaan yak?" tanya Diki saat sedang memvideokan jalanan, dan gak sengaja menyorot ke arah Gapura.
"enggak tau, udah enggak usah kepo, Kita kesini mau happy-Happy bukan mendapat masalah." sahut Adit, dan Revan. Kitapun segera berjalan dengan secepat mungkin.
"eh tungguin dong... Gue capek banget nih." ucap Fajar dengan nafas tersenggal-senggal.
"duhh.. kegedean badan sii lu, jadi belom apa-apa udah capek aja." ucap Adit dengan mendorong badannya Fajar.
"ayok, Ndut cepet dikit lagi sampe hotel nih." sahut Revan.
"Kamu capek enggak?" tanya Revan ke gue.
"Kalo capek emang mau gendong?" sahut gue menantang.
Revanpun segera jongkok membelakangi Aku.
"ayok naik.." ucap Revan.
"iih orang gue cuma bercanda kok."
"udah ayok buruan."
Guepun enggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, Gue langsung nemplok di bahu belakang Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Seorang Dokter
Fiksi RemajaSeorang gadis cantik, yang merantau di kota orang tinggal sendiri, dan di kelilingi banyak orang baik di sekitarnya, memiliki empat orang sahabat sejati membuat hidupnya berwarna, dan mengantarkannya kesuksesan. Dan Dia menjadi seorang Dokter yang s...
