Pagi yang cerah untuk memulai hari. Seulgi masih bersiap di kamarnya untuk berangkat sekolah. Seulgi tak bisa mengenakan dasi sekolahnya dengan baik jadi hanya dia gantungkan di leher. Ia memakai makeup tipis walaupun dilarang , bukan seulgi namanya jika menaati peraturan sekolah.
"Seulgi.. ayo makan dulu nak" teriak sang ayah dari luar kamarnya. Seulgi sedikit terkejut, tumben sang ayah mengajaknya sarapan. Apa ayahnya ingin membicarakan sesuatu dengannya? Kenapa? Mungkinkah Irene mengadu tentang dirinya? Memang Irene tak dapat di percaya. Padahal setelah keluar dari ruang BK kemarin Seulgi meminta pada Irene untuk tidak melaporkan hal ini pada ayahnya.
"Cih sialan.. padahal aku sudah terharu kemarin dia berhasil membuatku keluar dalam keadaan baik tanpa hukuman." Keluh Seulgi, ia segera mengambil tasnya dan turun ke bawah. Mungkin ini akan menjadi yang pertama kalinya, sang ayah akan memarahi kelakuannya.
Seulgi berjalan pelan menuju meja makan, di lihatnya banyak sekali menu makanan yang tersedia, kemaren Irene tidak menyiapkan makanan sebab ia pergi. Seulgi duduk di kursi depan ayahnya. Gadis itu mengambil satu roti dan mengoleskan selai strawberi di atasnya. Baru saja ia membuka mulut untuk melahapnya , sang ayah sudah membuka obrolan pagi.
"Sayang.. ada yang mau papa bicarakan" ucap Ayahnya.
Seulgi tetap diam menunggu ayahnya lanjut bicara. Ia menatap ayahnya dengan datar.
"Maaf kemarin papa tak mengangkat telepon dari mu, di kantor sedang ada masalah... " ucap papanya. Seulgi masih tetap diam tak berbicara sepatah katapun. Ia hanya melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda tadi.
"Tapi kata Mama mu , ia yang datang menggantikan papa. Katanya , dia panggil ke sekolah hanya karena kesalahpahaman, apa kamu tidak apa apa nak?" Tanya ayahnya.
Seulgi terkejut, apa yang di katakan Irene pada papanya? Kenapa sekarang papanya malah menanyakan kondisi Seulgi dan bukan memarahinya?
"Aku baik baik saja" jawab Seulgi singkat, ia tak mau membahas hal itu lebih jauh.
"Oh ya satu lagi.. karena masalah di kantor papa kemarin, pak Mentri meminta papa untuk melakukan riset dan pekerjaan dinas ke luar negri selama satu bulan" ucap ayahnya dalam nada yang sedih. Baru tiga hari ia bertemu dengan putrinya, kini ia harus pergi meninggalkannya lagi.
Seulgi yang mendengarnya langsung berhenti memakan rotinya. "Yah paaa.. kemarin papa janji bawa Seulgi ke DisneyLand hari minggu besok.. kok batallll?" Keluh Seulgi.
"Maaf sayang.. tapi jika bukan papa yang pergi siapa lagi yang bisa mengurus masalah ini? Kita bisa ke DisneyLandnya kapan kapan aja ya" jelas ayahnya.
Seulgi bangkit berdiri , mengambil tasnya dan berlari pergi dari ruang makan. Ia menangis, sang ayah ingin mengejarnya namun lengannya di tahan oleh Irene. Tanpa berucap apapun , Irene mengejar Seulgi yang berlari keluar rumah. Dan beruntung, Seulgi memang berlari keluar, namun langkahnya tertahan karena harus mengenakan sepatu terlebih dahulu.
Irene menahan lengannya Seulgi sebelum gadis itu kabur lagi. Ia sedikit menarik lengan gadis itu hingga terpeleset dan jatuh di tubuh Irene.
"Dasi kamu belum terpasang dengan baik" ucapnya. Tangan Irene menuju bagian belakang leher Seulgi dan merapikan posisi dasi Seulgi hingga memasangkan dasi itu dengan rapi.
"Apa mau mu?" Tanya Seulgi, ia sudah berdiri dengan baik sekarang, wajahnya memerah karena menahan tangis dan marah.
Irene menggeleng, "makeup mu terhapus karena air mata, tapi kamu tetap cantik"
"Hah?" Seulgi bingung, kenapa Irene mengatakan hal tidak penting? Harusnya Irene memarahinya bukan? Kenapa malah melakukan hal tidak penting seperti membenarkan dasinya dan juga mengatakan hal aneh? Jantung Seulgi berdegup sangat kencang sekarang, ia rasa pasti karena masih merasa marah pada papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLEAM || SEULRENE
RandomSeulgi jatuh cinta untuk yang pertama kalinya pada seorang wanita. Dan wanita itu adalah Irene, mama barunya Seulgi Di saat cahaya lainnya mulai redup, dia hadir dengan cahayanya GxG Cerita ini merupakan fiksi atau sebatas khayalan penulis semata, t...