10. I am Irene

5.3K 610 24
                                    



Jalan yang aku tempuh untuk sampai di sini tidak lah mudah. Sangat jauh dan menyakitkan. Di buang dan di lecehkan oleh ayah kandungku sendiri. Aku selalu hidup sendirian. Tak ada yang perduli dengan keberadaanku. Sakit.. rasanya lebih baik aku mati saja. Lagi pula tak akan ada yang menyadari bahwa aku pergi. Aku ingin menyusul ibuku. Hanya dia yang peduli padaku, tapi karena kebengisan ayah , ibu sampai harus meregang nyawa. Aku benci laki laki itu.

Semua sudah berakhir, aku berdiri di sisi tebing , mengambil nafas panjang dan menutup mata. Menikmati hembusan angin untuk yang terakhir kalinya. Aku siap untuk mati. Namun anak itu mengulurkan tangannya. Memegang tanganku agar tidak terjatuh. Lucu bukan, dia hanya anak kecil yang mungkin berusia 8 tahun memegang tangan ku.

Dia berusaha menarikku kembali naik. Memanggil semua orang di sekitarnya untuk membantuku. Hingga akhirnya aku kembali menyentuh tanah. Ku dengar nafas anak itu tersengal. Sepertinya aku memang sangat berat.

"Kakak.. jangan jatuh" ucapnya terbata karena nafasnya belum kembali teratur.

Aku menatapnya, anak perempuan itu tersenyum padaku. Air matanya menunjukan sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Walau aku membuatnya kelelahan , anak itu tetap tersenyum padaku.

"Kakak tidak boleh jatuh.. nanti kakak hilang seperti ... mamaku" ucapnya pelan. Aku masih diam membisu, tanpa kusadari air mataku terjatuh begitu saja tanpa peringatan. Anak perempuan itu tampak terkejut lalu mengulurkan tangannya, memberikan sebuah permen lolipop dari kantung celananya.

"Ini.. seulgi tidak suka melihat orang secantik kakak menangis.. biasanya papa akan memberikan permen saat Seulgi menangis.. jadi seulgi berikan permen ini untuk kakak, supaya kakak tidak menangis lagi" anak yang baik dan manis, dia juga malah ikut terisak. Aku merasa bersalah padanya.

Dia memaksaku mengambil permen darinya, hingga pemen loli itu sudah berada di tanganku. Dia tersenyum, mata monolidnya semakin menghilang. Itu adalah eye smile termanis yang pernah ku lihat.

"Nama aku Seulgi.. nama kakak?" Tanya gadis kecil itu.

"Joohyun.." aku menjawab dengan ragu ragu.

Anak itu tersenyum lagi, apakah tidak ada yang lain selain tersenyum? Gadis itu bangkit berdiri dan  sekali lagi mengulurkan tangannya padaku. "Ayo pergi dari sini kak Joohyun. Bahaya di pinggir tebing"

Awalnya aku ragu namun anak itu meyakinkan aku untuk percaya padanya. Aku meraih tangan mungil gadis itu, aku bangkit berdiri.gadis itu menarikku pergi menjauhi tebing, kami berhenti di sebuah toko baju.

"Baju kakak kotor, pilih yang baru." Ucapnya padaku,

bagaimana aku bisa beli baju baru? Uang saja tidak ada. Aku hanya diam dan melihat ke dalam toko, jujur saja aku sangat ingin membeli baju baru, tapi apa daya. Sepeserpun aku tidak punya.

"Ayok kak.. masuk aja.. pilih baju yang kakak inginkan" ucapnya bersemangat

aku menatap nya sendu "tapi kak tidak punya uang unttuk membelinya." Aku menjawab nya pelan, berusaha tak mengecewakannya.

"Seulgi tak bilang kalau kakak harus beli , toko ini milik nenek.."jawab gadis itu. Aku malah semakin merasa tidak enak padanya. Sudah membahayakan nyawanya sekarang malah minta baju gratis.

Aku menggeleng dan tampaknya gadis kecil itu kecewa.

"Kakak tunggu di sini saja.. jangan pergi dulu" ucap gadis itu sebelum ia menghilang dari bilik pintu toko. Aku menunggunya, ntah kenapa. Tak sampai lima menit ia keluar kembali sambil membawa sesuatu di tangannya.

GLEAM || SEULRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang