1.

290 46 0
                                    

sudah hampir enam bulan pernikahan ini berjalan. setiap pagi fara selalu melakukan hal yang sama bahkan menjadi rutinitas.

menengok sekilas ke jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh, dia langsung berlari ke kamar berpintu putih gading tersebut. mengambil satu stel pakaian lengkap dari kemeja, celana sampai dasi dan kaus kakinya.

cklek. suara pintu lain yaitu kamar mandi terbuka menampilkan sosok co-ceo muda dari perusahaan keluarga wijaya. siap lagi kalau bukan ditto hadafi wijaya. hanya menggunakan celana pendek rumahan tanpa baju dan menyampirkan handuk di leher sudah menjadi pemandangan biasa untuk fara, ya walaupun waktu awal-awal dia suka kaget sendiri.

"mas ditto, ini bajunya udah aku siapin ya" ucapnya tersenyum sambil menunjuk kasur ditto yang sudah siap dengan baju kerjanya.

"ga perlu far-" omongan ditto kembali terputus untuk yang kesekian kalinya oleh fara, "aku ke dapur lagi ya mas, takut gosong" selak fara.

pukul tujuh teng, fara sedang mengepak makanan yang akan dibawa suaminya dan itu bertepatan dengan ditto yang terlihat sudah siap untuk berangkat kerja.

"duh kebiasaan deh aku suka telat ck" ucap fara pada dirinya sendiri. buru-buru dia ikuti langkah suaminya.

untung belum keluar rumah, "mas mas, mas ditto tunggu" seru fara yang berhasil memegang lengan ditto yang hendak melewati pintu rumah.

"kenapa lagi fara?"

mata fara sesaat tertuju ke penampilan ditto yang lagi-lagi tidak memakai pakaian yang sudah dia siapkan.

"i- ini-" disodori oleh fara sekotak makanan isi nasi goreng lengkap dengan lauk-lauknya, "kamu kan ga sempet sarapan, jadi ini makanannya aku siapin buat kamu bawa. lagi juga makanan di luar belum-"

"far"

"belum tentu bersih kan mas? ini ada nasi-"

"fara"

"goreng kesukaan kamu sama-"

"asyafara!"

"lauk..." fara otomatis terdiam setelah dipanggil sekeras itu. dia bisa merasakan kotak makan tersebut didorong ditto sampai menyentuh ke perutnya. bahkan ditto membiarkannya tetap di tangan fara.

"cukup, far. udah berapa kali aku bilang ke kamu, ga perlu susah susah siapin baju, air panas apalagi makanan buat aku makan. lagi juga kamu pun tau aku ga suka bawa bekal ke kantor. urusin hidup kamu sendiri, ga usah repot-repot urus aku, karena aku ga minta. paham?"

"tapi tugas aku sebagai is-"

"fara, jangan pernah nganggep kamu itu istri aku. kamu harus inget sama janji kamu, aku pergi dulu" setelah mengucapkan serentet kalimat menyakitkan itu ditto benar-benar pergi, meninggalkan fara yang sudah siap menangis lagi.

kenapa semuanya terasa berat padahal dia yang menyetujui dan menginginkan perjodohan ini terjadi. bahkan fara sudah menikmati mencintai sendirian sejak lama. hingga akhirnya menangis juga masuk ke dalam rutinitasnya hampir setiap pagi.

***

tujuh bulan yang lalu.

seorang ditto yang dikenal baik, friendly sampai semua orang di sekitarnya mengira kalau ditto tidak akan pernah bisa marah. ternyata salah. di dalam mobil yang semakin membuat suasana mencekam, ditto melihat lawan bicaranya tidak bersahabat.

"jadi kamu ga jadi nolak perjodohan ini, far? hah?"

fara yang ditanya tidak berani menoleh. "iya. aku ga tega liat wajah orang tuaku, kalo aku nolak perjodohan kita"

"gitu ya? kamu tau kan kalo perjodohan ini cuma buat usaha mereka maju, mereka ga mikirin kebahagiaan kita faraa"

enggak dit, aku bahagia banget malah. sangkal fara dalam hati.

setelah meyakinkan dirinya sendiri lalu menghirup nafas sebanyak mungkin, fara menolehkan kepalanya ke ditto. "kenapa ga kamu aja yang nolak perjodohan ini? hm? kenapa harus aku sendiri? apa karena image yang kamu jaga?"

dor dor dor bagai ditembak dengan pertanyaan yang dikeluarkan fara, giliran ditto yang bungkam.

"kamu egois ya mas ternyata" tambah fara.

"oke! kita nikah bulan depan. apa yang mau kamu lakuin setelahnya?"

"maksud kamu mas? ya jadi istri yang baik"

"halah klise banget omongan kamu, far. perlu kamu tau dan selalu diinget bahkan setelah kita nikah, sissy, sahabat kamu dan pacarku, aku ga akan ninggalin dia sampe kapanpun"

"aku tau kok mas. karena itu aku janji untuk tetep biarin kamu berhubungan sama sissy, asal bukan di rumah" sebetulnya fara ragu atas omongannya.

"deal"

"ayok kita bilang ke orang tua kita kabar bahagia ini" tambah ditto kemudian menjalankan mobilnya lagi.

- to be continued -

it was you; kmgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang