2.

228 37 0
                                    

langit senja dengan angin sejuk menerpa mereka yang sedang menikmati pemandangan jakarta dari puncak gedung. duduk berdampingan saling menggenggam tangan.

"aku ngerasa bersalah sama fara, dit"

ditto merubah posisi duduknya untuk berhadapan dengan si cantik sissy. "mau berapa kali lagi kamu bilang ngerasa bersalah, hm?"

"yaa fara itu sahabat aku dan sekarang istri kamu ditto"

"terus bersalahnya dimana sayang? fara sendiri kok yang izinin kita tetep kayak sekarang. lagi pula pernikahan aku sama fara itu cuma buat orang tua"

"tapi cepat atau lambat kamu mungkin bakal suka juga sama fara, dia perempuan yang baik juga penurut. aku udah kenal fara dari awal tahun kuliah"

ditto ngegelengin kepalanya ga setuju, "ga akan pernah terjadi"

"serius kamu, dit?"

"aku serius sissy. sekarang liat ke mata aku, apa aku bohong atau enggak?"

selalu begini, sissy merasa jantungnya berdetak lebih cepat setiap ditto menatap dalam nan serius dan itu salah satu dari beratus alasan dia menjatuhkan hatinya ke seorang ditto.

perlahan ditto menggeser duduknya lebih maju, mendekat ke sissy lalu dua tangannya naik menangkup wajah mungil sang kekasih. "aku ga akan pernah ninggalin kamu ssy. aku janji, tolong tunggu sebentar lagi"

"iya aku percaya sama kamu" balas sissy lirih yang kemudian matahari terbenam itu menjadi saksi terpautnya bibir mereka, merasakan rasa sayang satu sama lain.

***

badannya sudah terasa sakit seperti salah posisi tidur. bangun perlahan lalu membuang nafas lalu menyibakkan rambut tidak terlalu pendeknya ke belakang.

"aku ketiduran di sofa lagi ya ternyata"

berjalan ke kamar mandi untuk melihat pantulan dirinya di kaca, "huh kenapa hari ini mataku bengkak banget sih. kayaknya tadi aku nangis ga lama"

begitulah fara, terlalu sering menangis sampai dia pun lupa seberapa lama mengeluarkan air mata. kalau sudah lelah pasti akan tertidur di tempatnya menangis bisa sofa, meja makan bahkan yang terparah pernah di balkon rumahnya.

sehabis membersihkan diri, kegiatan fara berikutnya adalah menyiapkan makan malam. biasanya fara akan membuatkan sup ayam untuk makanan dan teh manis hangat untuk minuman ditto pulang dari kerja, dua menu tersebut adalah usul dari mertuanya yang mengatakan bahwa ditto sangat suka makan atau minum yang hangat setelah beraktivitas di luar.

kepala fara terbaring dengan tangan sebagai bantalan di atas meja makan. kebiasaannya yang lain ketika menunggu ditto pulang, menaruh jam kecil di dekatnya untuk melihat waktu.

pukul 09.00.

10.00

11.45

entah sudah keberapa kali fara hampir tertidur, tidak ada kabar sama sekali dari ditto kapan akan pulang atau mengabari dirinya sedang dimana.

mas ditto

asyafara d. p.
mas, udah dimana?
sup ayam sama teh manis hangat
udah aku buatin yaa
kalo udah deket rumah juga kabarin
supaya aku bisa siapin air panasnya

pukul satu pagi juga masih belum ada balasan.

"kamu mau pulang jam berapa sih mas?"

ting
ting
ting

bunyi notifikasi messangernya membuat fara semakin segar sampai dia membaca isi pesan tersebut,

mas ditto
aku ga pulang hari ini
aku nginap di apartemen sissy
kamu tidur duluan aja far

nafas keluar begitu susahnya dari pernafasan fara. dia sudah memprediksi suaminya ada dimana kalau sudah lupa rumah begitu.

"kenapa ya mas aku menganggap kamu tempat aku kembali padahal kamu enggak? apa aku yang bodoh, dit?" tanyanya sambil melihat ke bawah. tidak, fara tidak boleh menangis lagi malam ini.

fara tau ini sudah larut malam tapi dia butuh teman juga, ditekan speed dial nomor 2.

danial ganteng
calling...

nama kontak al memang sudah seperti itu dari dulu sejak terakhir dia mengganti nomor hpnya sekitar enam tahun yang lalu, dan yang menambahkan kata ganteng adalah al sendiri.

danial arsyad adalah laki-laki yang sudah fara kenal sejak kecil, bahkan mereka sudah bertemu dari masing-masing belum bisa bicara alias bayi. ya, ibu teman satu sekolah.

"ha- halo al, kamu masih bangun?" fara bertanya hati-hati.

"oh.. hmm kenapa far? baru tidur lima menitan kayaknya"

membulat sempurna mata fara, "eh ya ampun aku ganggu tidur kamu lagi ya al. yaudah yaudah tidur lagi aja deh hehe"

"suami kamu lagi? si ditto itu ga pulang?" giliran danial yang bertanya dan dia sudah terbangun dari tidur sepenuhnya.

agak lama fara diam. al memang pendengar dan pengingat yang baik, bahkan sepertinya dia sudah hafal alasan dari fara yang menghubunginya pagi-pagi buta begini.

"mau sampe kapan, far?"

"maksud kamu, al?"

diacak rambut al agak frustasi mendengar pertanyaan balik dari dara, "jangan pura-pura ga tau asyafara. berhenti jadi perempuan yang ga pinter, kemana asyafara yang juara ipk tertinggi di jurusan manajemen? kamu layak ngejalanin hidup yang lebih baik, far, bukannya nikmatin sakit hati begini"

fara tersenyum, inilah danial si laki-laki yang bekerja sebagai produser salah satu stasiun tv terbesar di indonesia mencintai seni sepenuh hati bahkan cintanya terlihat pada tato yang dimilikinya.

"al, kamu tau pepatah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian kan?"

"iya tapi beda faraa. kenapa harus ditto yang harus jadi suami kamu sih, dari awal aku udah ga suka sama tingkahnya"

"mungkin emang udah jalan dari tuhan?"

iya fara selalu mencari nilai positif dari apa yang dia alami, mungkin memang sudah cerita hidupnya seperti ini. tapi satu yang selalu fara minta, fara mau ending yang bahagia.

to be continued.

it was you; kmgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang