19.

204 30 0
                                    

dengan terburu-buru ditto langsung bangun dari meja kerjanya lalu pergi keluar. di saat akan menggunakan lift, dia ketemu lagi sama fadil. "eh dit lu mau kemana?"

"cari fara"

"hah? nanti aja, kita kan mau ada rapat tender dit"

"suruh sekretaris lu reschedule"

"ga bisa lah udah mepet"

ditto berdecak karena merasa pergerakannya tertahan. "yaudah lu aja yang pimpin rapatnya hari ini. nanti kasih laporannya ke gua, gua udah ga ada waktu" bales ditto yang nepuk bahu fadil sekali kemudian masuk ke dalam lift menghiraukan panggilan sepupunya itu.

untuk sekarang yang terpenting hanya fara. toh kalau dia memaksakan tetap rapat pasti tidak akan bisa fokus.

kenapa juga ditto bisa lupa menaruh buku jurnalnya di tempat logistik. memang dulu ketika masih kuliah, ditto sering bermain ke kantor ayahnya sekalian belajar tentang perusahaan keluarganya dan di ruang penyimpanan barang menjadi tempat favoritnya ketika bosan.

kalau saja dia tidak lupa akan buku tersebut, hari ini ditto sedang hidup dengan bahagianya bersama fara.

masuk ke mobil lalu langsung menancap gasnya. di hati ditto terus berdoa semoga masih bisa bertemu fara, walaupun mungkin fara akan membenci kehadirannya, tidak apa-apa yang penting ditto bisa melihat wajah perempuan yang sudah lama dia cari dan tunggu.

sekitar setengah jam ditto sudah masuk bagian depan perumahan elit itu, dan tanpa dia sadar serta ketahui mobilnya dengan mobil al yang membawa fara saling berpapasan.

"far faraa!" serunya ketika sudah sampai di depan rumah al.

"aku tau kamu di dalem. keluar far, ini aku ditto!"

senyum ditto merekah disaat pintu gerbang tersebut mulai terbuka namun kembali diam, karena yang keluar bukan fara tapi lagi adik dari al yaitu lala.

"kak fara ga ada disini"

"bohong kamu!"

lala mengangkat bahunya, "ga percayaan banget. emang ga ada ditto"

"kalian bawa kemana fara? tega ya kalian misahin kita berdua"

melihat ditto remeh lala membalas perkataan lawan bicaranya itu, "tega? justru kamu yang tega. kemaren kemana aja, hah? lagi kalo ga percaya cek aja ke dalem, kita bahkan ga tau keberadaan kak fara dimana"

merasa diberi izin, ditto langsung menerobos masuk ke pekarangan rumah keluarga arsyad. lala menahan pak satpam yang niatnya mau mencegah ditto masuk sambil berkata, "biarin aja pak, saya yang bakal pantau dia di dalem"

"kalo ada apa-apa panggil saya ya non"

lala mengangguk mengiyakan, kemudian ikut masuk ke dalam rumah. tangannya bersedekap, sedangkan ditto mencari bagai orang kebakaran jenggot. memanggil-manggil fara sekeras mungkin, berlari ke lantai atas lalu kembali turun ke bawah, hampir semua ruangan dia cek.

"ga ada kan?" lala ikut berteriak.

"udah lah emang dia ga ada disini" tambahnya.

ditto berjalan mendekat ke lala, diangkat jari telunjuknya tepat di depan wajah lala. "saya tau kamu bohong. ini-"

betapa kagetnya lala ketika ditto berhasil menemukan barang fara yang sangat berharga yaitu cincin nikah mereka. "cincin nikah kami. fara akan kembali, saya akan cari dia kemanapun itu. pegang omongan saya"

lala hanya tertawa, "fara pergi atas kemauannya. dia udah terlanjur merasakan banyak sakit hati karena kamu"

"terserah saya ga peduli" bales ditto lalu keluar dari rumah megah tersebut.

ingin rasanya melapor ke pihak berwenang. tapi jika ditto melakukan hal tersebut, pasti akan berujung lebih runyam.

***

"gimana bagus kan?"

fara lebih dulu berjalan ke bibir pantai yang ada di belakang rumah keluarga arsyad. ternyata tumah tersebut hanya dihuni oleh sepasang suami istri yang diperkerjakan untuk membersihkan sekaligus menjaga.

senyuman fara terbentuk begitu aja ketika hembusan angin menabrak wajahnya. "bagus al, aku suka"

mendengar fara yang menyukai tempatnya, al bisa bernafas lega.

maafin aku ya far, karena cuma cara ini yang bisa buat kamu jauh dari ditto. batin al yang ikut senyum melihat pujaan hatinya bahagia.

setelah dari pantai, al dan fara kembali ke rumah. al menunjukan kamar yang akan ditempati oleh fara nanti.

"far"

"iya al?"

"hmm ada yang mau aku tanya"

fara meletakkan tasnya di atas nakas, "mau tanya apa al?"

haruskah al menanyakan suatu hal yang terus berputar di kepalanya sejak ditto tibatiba datang ke rumahnya.

"ibu kamu udah tau kondisi rumah tangga kamu sama ditto?"

gelengan menjadi jawaban fara, mana mungkin dia mengabari orang tuanya, mana sanggup fara mengecewakan mereka.

"kenapa?" tanya al lagi karena merasa kurang puas.

"aku tunggu ditto kabarin ke orang tuanya dulu al"

anehnya sampai hari ini fara belum mendengar apapun dari orang tuanya. bahkan sebaliknya seperti tidak ada apa-apa.

sedangkan al, jujur dia mulai kesal. bagaimana bisa fara tidak memberitahu orang tuanya lebih dulu.

"aku ga mau bikin orang tua aku sedih al. ayah nitipin aku ke ditto. seenggaknya aku mau ayah ngerasa ga menyesal nantinya" tambah fara tersenyum.

"bahkan anak ini ketika lahir aku mau ditto yang memberinya nama"

"fara kamu serius?"

kini fara mengangguk, "gimana pun dia ayah dari anak yang aku kandung, aku juga ga mau ngebuat anak ini benci sama ditto"

merasa cukup, al membuang nafasnya sebelum keluar dari kamar fara, "aku keluar sebentar. kamu boleh rapihin barang-barang kamu dulu"

terlalu sakit hati al mendengar fara seperti celah untuknya menggantikan ditto tidak ada.

tbc

it was you; kmgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang