21.

205 25 4
                                    

rapat selesai setelah dua jam. di rapat pertama, mereka membicarakan tentang kontrak juga hal apa saja yang harus diperhatikan dalam kegiatan audit tersebut. semua berjalan sebagaimana mestinya, tidak ada argumen bahkan lancar.

"baiklah kalau begitu, pekerjaan bisa dimulai dua hari lagi" ucap fajar selaku sekretaris direksi di pihak danial. lalu dari pt. kelautan bahari pada rapat tersebut ada tiga orang juga, danial, fajar, dan reza perwakilan bagian keuangan perusahaan.

danial mengangguk dan bangun dari duduknya, menyalami tamunya satu per satu bahkan dengan ditto pun dia tidak lewati, profesionalisme tetap harus dikedepankan. setelahnya dia langsung keluar ruangan.

"dil, gua mau ke toilet dulu. minta ke wisnu tunggu sebentar"

fadil sempat menahan ditto sebentar karena dari awal dia udah mencium ada sesuatu yang aneh ketika sepupunya itu bersalaman dengan bos dari kliennya tersebut. tapi kemudian dia hilangkan pemikirannya, "iya jangan lama-lama dit, gua mau tidur, capek"

"iya, enggak" balas ditto yang segera keluar dari ruang rapat.

sebenarnya ditto tidak ingin ke toilet tetapi ada niatan lain yaitu mengikuti danial. beruntungnya target yang akan diikuti baru aja kembali berjalan setelah sebelumnya berbicara dengan seseorang. terus mengikuti sampai di depan ruangan berpintu kaca yang terdapat papan nama dari besi bertuliskan, vice director.

diintip keadaan di dalam ruang kerja danial melalui selah kaca yang tidak tertutup stiker. dia bisa melihat kalau danial sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon. tangan danial yang menutupi sebagian wajahnya membuat dia sulit menangkap kata-kata dari gerakan bibirnya.

"ergh" keluhnya sendiri dan kembali berdiri ke posisi normal.

cklek.

"apa yang anda lakukan di depan ruangan saya? menguping?" suara danial membuat ditto agak terkejut dan langsung membalikkan badan.

sepertinya baru pertama kali ditto diam sulit membalas begini.

"gimana kehidupan baru lu?" tanya danial lagi.

mendengar pertanyaannya, ditto menyerngitkan dahi, "dimana fara?"

"kita baru ketemu udah nanya hal begini. sayangnya gua ga tau, dit" jawab danial dengan wajah yang dibuat-buat biasa aja.

"ga tau gimana? jelas-jelas gua nemuin ini di rumah keluarga lu" diambil cincin nikah fara dari kantongnya lalu ditunjukan ke depan wajah danial. walaupun cukup kaget danial mencoba kembali tenang, "iya tapi setelah itu gua ga tau fara kemana, dia pergi" balasnya.

sungguh ditto hanya bisa menggelengkan kepala, ingin sekali dia tinju orang di depannya tersebut. tapi sepertinya tidak bisa, dia harus diingatkan kembali dimana dirinya berada dan apa tugas sebenarnya. bagaimana bisa ayahnya kenal dengan ayah danial.

"lagi pula bukannya lu udah ada sissy? ini juga kan yang lu mau, pisah dari fara dan menikah dengan pacar lu itu"

ditto masih diam. "jangan bermain seolah-olah lu adalah korbannya sedangkan gua si penjahat disini, nikmatin aja hidup lu yang sekarang. you can't own all things, bapak ditto yang terhormat"

dari jauh fadil memperhatikan apa yang terjadi, tidak, lebih tepatnya dia tidak sengaja mendengar dan diteruskan yang akhirnya dia paham apa yang terjadi antara sepupunya dan bos kliennya tersebut. takut terjadi sesuatu hal di luar keinginan, fadil putuskan untuk menarik ditto.

"dit- maaf pak danial" sapa fadil yang membuat dua orang itu terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba. "sepertinya bapak-bapak sekalian sudah mengenal satu lain" tambahnya pura-pura tidak tau.

"kalo udah di luar jam kerja gini, panggil gua al aja gapapa kok. gua yakin kita semua seumuran" balas danial yang pintar bermain ekspresi seperti tidak ada apa-apa.

"oh iya al, ini gua mau ajak ditto balik ke hotel"

danial mengangguk, "oh gitu, ah ngejawab pertanyaan lu tadi. iya gua kenal sama ditto, dia suami dari temen gua. iya ga dit?"

"iya" jawab ditto sekenanya.

"tapi kayaknya rumah tangga mereka lagi yaaa wajar aja lah dit kan ga mungkin bahagia terus" lagi danial bersuara sambil menepuk bahu ditto sekali.

di dalam kantung celananya, tangan ditto mengepal kencang berusaha menahan semua emosi yang udah menumpuk di dalam dadanya. 

"iya dit, semuanya bakal kembali baik seperti semula lagi kok. lu tenang aja gua tau lu sama dia itu destiny, iya kan al?" disini fadil sengaja mengatakan hal seperti demikian dan dapat terlihat bagaimana ekspresi dari al yang hanya mengangguk.

"yaudah kuy lah, asli ngantuk nih gua. duluan ya al, see you in two days-" giliran fadil yang menepuk bahu al sekali, "-yok"

"hati-hati kalian" balas al, sedangkan ditto yang masih diam mengikuti tarikan fadil.

di perjalanan menuju parkiran fadil kembali bersuara bahkan tertawa, "hahaha tampangnya al minta dipukul emang, gua denger tadi kalian ngomongin fara. believe me bro, she'll be back to you yang penting sekarang kita atur strateginya serapih mungkin"

"lu mau bantuin gua?"

"hadeh iya lah, biar lu ga uring-uringan, biar hidup lu lebih jelas tujuannya ga kayak mayat hidup" jawab fadil yang mengeratkan rangkulannya pada ditto lalu tersenyum.

al kembali ke dalam ruangannya, menarik rambutnya ke belakang lalu menghela nafas kasar. bagaimana dia bisa lupa kalau mitra auditnya adalah perusahaan keluarga ditto. mengambil tasnya yang kemudian dia putuskan untuk kembali ke rumah melihat keadaan perempuan tadi jadi objek pembicaraannya dengan ditto dan fadil.

jarak antara kantor dan rumahnya tidak terlalu jauh. menggunakan mobil, al membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit. di perjalanan dia terus berpikir bagaimana menjauhkan fara dan ditto karena pasti ditto akan mencari cara untuk bisa bertemu dengan istrinya yang ternyata belum diceraikan.

"ga mungkin kalo harus dipindahin lagi, fara bakal curiga" ucapnya sendiri.

akhirnya mobil suv hitam bermerek hyundae itu sampai di tujuan. ketika masuk ke dalam rumah al langsung memanggil, "fara kamu dimana?"

rumah yang mereka tempati memang tidak sebesar yang ada di kota, hanya ada tiga kamar yang ketiganya berada di lantai dua sedangkan di bawah ada dapur, ruang keluarga beserta ruang tamu. baru aja mau naik ke atas sosok yang dia cari muncul dari arah dapur sambil mengelus perut buncitnya, "eh dit tumben kamu udah pulang" sapa fara.

kadang al berpikir laki-laki mana yang tidak akan luluh terhadap senyuman manis nan tulus dari seorang fara. fara menghampiri al, "sini tasnya, aku bantu ya buka jas kamu" setelah menerima tas dari al, fara berjalan ke belakang sahabatnya tersebut dan memberikan bantuannya.

sungguh jika orang awam yang melihat mereka pasti udah mengira kalau dua orang berbeda gender itu adalah sepasang suami-istri. "untung aku lagi inisiatif masak lebih cepet eh kamu pulangnya juga lebih awal, makan yuk" tambah fara.

ketika fara kembali berjalan mendahuluinya untuk menyiapkan makanan, "kamu ga akan balik lagi ke ditto kan far?"

pertanyaan al menghentikan langkahnya, "kayaknya enggak, al" entah apa karena baru sekali ini lagi dia mendengar nama ditto setelah beberapa bulan atau memang degupan jantungnya mengisyaratkan sebuah rasa rindu sehingga jawaban seperti itu lah yang keluar dari bibirnya.



tbc

it was you; kmgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang