10.

204 34 1
                                    

ctak. bunyi tombol lampu yang dinyalakan terdengar di ruang tamu tersebut, dan pelakunya adalah ditto. dia benar-benar kembali ke rumah sesuai omongannya di rumah sakit kepada sissy.

sepi sekali pikirnya, berjalan sampai ke depan kamar tapi dia juga mihat ke pintu kamar yang lain yaitu milik fara.

apa fara sudah tidur? tanya batinnya.

baru mau melihat tapi diurungkan kemudian memutuskan untuk merapihkan bajunya dulu.

sedangkan fara dia tidur tapi tidak tenang, bahkan keringat dingin sudah bercucuran di sekitar wajahnya. dia hanya memeluk guling itu erat juga tidur dengan posisi meringkuk. di bayangannya terbayang bagaimana sang suami memberikan kasih sayangnya merawat si sahabat, indah untuk dilihat namun sangat sakit untuk dirasa oleh fara.

apa kalo aku yang ada di posisi sissy kamu akan berbuat hal yang sama? batinnya ikut bertanya.

"far.."

sekilas suara berat yang sudah dia hafal menyapa telinganya. terdengar lembut tapi menakutkan sekaligus.

"fara bangun"

lagi suara tersebut berbicara. hati dan pikiran fara berdebat haruskah dia mengikuti suara itu atau tidak.

"fara ini aku ditto"

matanya terbuka dan langsung bangun dari tidurnya seketika, fara terlihat panik sendiri, "oh mas ditto maaf aku ketiduran, kamu mau teh hangat? aku buatin dulu sebentar"

ditto menahan pergerakan fara yang terlihat panik dan mau pergi keluar kamar itu.

"ga perlu, makasih ya"

"gimana keadaan kamu, gapapa kan?" tanya ditto.

ditto tau perempuan ini sedang resah bukan main, walaupun emosinya juga sedang sangat tinggi hari ini tapi sebisa mungkin dia tahan, bahkan tanpa sadar tangan fara masih digenggam olehnya.

"a- aku gapapa mas"

"syukurlah. jadi gimana ceritanya sissy bisa ditabrak mobil?"

fara tau ditto pasti akan bertanya perihal kejadian itu, haruskah dia jujur? apa ditto akam percaya?

letak supermarket yang cukup dekat dari rumah fara membuatnya memutuskan untuk berjalan kaki. tapi kali ini dia tidak sendirian seperti biasanya, melainkan bersama sang sahabat yang sudah cukup lama tidak bertemu.

sudah setengah perjalanan namun masih belum ada yang bersuara, mereka terlalu canggung terlebih dengan status masing-masing sekarang dimana fara adalah istri dari pacarnya sissy.

"far, kamu beruntung ya bisa menikah dengan ditto"

kalimat yang baru saja memecah kesunyian membuat fara menoleh. apa maksudnya berbicara seperti itu.

sebelum menjawab fara tersenyum, "aku dan mas ditto itu dijodohin ssy. kamu pun tau siapa yang ada di hati mas ditto, iya kan? justru aku yang mau minta maaf disini, karena perjodohan ini kamu jadi ga bisa menikah. juga kamu yang lebih beruntung bisa mendapatkan mas ditto yang setia sama kamu"

sissy agak tertegun dengan jawaban fara. sejujurnya dia sama tidak nyamannya menjalin hubungan dengan ditto yang notabene suami orang. tapi cinta membutakan mata dan perasaannya sebagai seorang wanita.

kembali sunyi karena fokus melihat jalan ketika akan menyebrang. jam delapan pagi adalah jamnya kendaraan semua keluar untuk beraktivitas. sekiranya sudah agak sepi mulailah mereka melangkah.

"ssy, nanti kamu boleh bantu aku pilih buah-buahan yaa"

tidak ada jawaban.

"ssy..?" tanyanya lagi dengan mata yang masih fokus ke tasnya mencari dompet.

fara membalikkan badannya ketika sampai di sebrang jalan, dia melihat sissy mau menggendong anak kucing yang mungkin tersesat ke jalan raya.

"far, kucingnya lucuu"

sissy agak berjalan cepat namun fara membelalakkan matanya, dia bingung, ada mobil truk berukuran sedang melaju cukup kencang.

"sissyyy" fara mencoba menggapai sissy tapi sayang hanya anak kucing itu yang selamat sedangkan sissy sudah tergeletak dengan banyak darah  dari pelipisnya.

begitulah cerita sebenarnya. fara yang ragu apa ditto akan percaya atau tidak, memutuskannya untuk bercerita yang lain.

"iya mas, sissy ngedorong aku jadi aku gapapa dan dia yang-"

ditto terlihat membuang nafasnya dan menarik rambutnya yang sudah berantakan tidak karuan ke belakang.

"cukup. aku bakal nemenin sissy di rumah sakit sampe dia bisa pulang. kamu terserah mau tetep disini atau pergi ke korea, ke rumah orang tua kamu. bilang aja aku lagi ngurus cabang perusahaan di luar kota"

"tapi mas-"

"aku pergi"

penyesalan yang selalu datang diakhir dan disertai dengan tangisan, itu lah kebiasaan fara. fara yang sebenarnya terlalu baik mau mengorbankan kebahagiaannya bahkan hidupnya untuk membahagiakan orang lain.

- to be continued -

it was you; kmgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang