14.

193 32 3
                                    

entah kenapa hari ini badan fara terasa tidak enak. terlebih pada bagian perutnya, seperti diremas. bahkan sampai agak pusing.

fara yang masih memasak mencoba menggelengkan kepalanya. "duh perasaan tadi aku udah sarapan"

"nak, ibu masak dulu ya sebentar aja" ucapnya lagi pada calon bayinya.

"far, aku bantu lagi ya" suara sissy membuat fara menurunkan tangan dari perutnya.

bagus lah kondisi fara sekarang malah menjadi lebih segar setelah ditegur. "eh ssy udah gapapa. kamu jadi bantuin aku terus"

kini sissy yang menggelengkan kepala, "enggak fara. aku udah numpang tinggal disini, kalo aku cuma nungguin kamu selesai masak doang kesannya aku ga tau diri. aku pinjem pisaunya ya, aku potongin sayurannya"

"tapi beneran gapa-"

"aaw" rintihan sissy mengisi ruangan dapur tersebut. sedangkan fara mulai panik karena melihat jari sahabatnya teriris.

kondisinya adalah sissy yang sudah mengambil alih kegiatan mengiris. lalu sayang dipotongan pertama jarinya sudah terluka.

"ya ampun bentar ya aku ambilin kotak p3k"

sissy mendecak pelan ternyata lumayan perih. "ck. gapapa far, cuma kegores dikit"

buru-buru fara mengambil tissue dan mencoba melilitkannya ke jari sissy. "a- aw aduh"

siapa sangka di belakang sudah berdiri seorang ditto. dia yang semula di ruang tv langsung ke dapur begitu mendengar suara rintihan.

"fara!" tanpa sadar ditto mendorong istrinya agak kencang hingga limbung mengenai lemari kitchen set itu.

"kamu apain sissy, hah?"

fara yang diteriaki masih di posisi membelakangi dengan agak membungkuk. bibir bawahnya dia gigit untuk menahan rasa nyeri yang langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. karena tadi ketika didorong seolah tepat sasaran mengenai pinggir perutnya.

"dit, aku cuma kena pisau sedikit. udah ya.." timpal sissy yang melihat tidak tega ke fara.

sekuat tenaga fara coba untuk membenarkan posisinya. lalu membalikan badan untuk menghadap ke ditto. "maaf mas aku ga sengaja"

tidak direspon, ditto sedang sibuk mengobati luka sissy. mengetahui hal itu, fara memilih untuk kembali ke kamar. dinding menjadi tumpuannya untuk berjalan. ketika berhasil masuk ke kamar, segera dia buka laci naskasnya, dicari obat pereda rasa sakit yang selalu disimpan.

"semoga bisa awhh"

tangisan fara terus mengalir. selain seluruh badannya yang nyeri, hatinya juga sangat sakit.

ayah, ibu, al aku butuh kalian, tolong aku..

***

jam menujukkan jarum panjang di angka delapan. langit sudah bewarna legam yang menandakan hari sudah malam. sekali lagi ditto melihat ke kamar yang sejak sore tertutup rapat yaitu kamar milik fara.

sekarang ditto sudah berdiri di depan pintu kamar tersebut. pikirannya terus berdebat dengan hatinya. haruskah diketuk atau tidak.

siapa yang menduga ketika tangan ditto sudah terangkat, justru pintunya lebih dulu terbuka. menampilkan fara dengan tampang terkejut bahkan mundur beberapa langkah. jujur dia takut, tanpa sadar fara memeluk perutnya.

"a- ada apa mas?"

ditto terlihat bingung sendiri. bibirnya seolah kelu menanyakan keadaan fara. "kamu udah makan?" tanya ditto akhirnya.

"udah" jawab fara seadanya. diapun juga tidak tau harus bereaksi seperti apa saking jarangnya ditto memberikan perhatian.

ting tong ting tong
suara bel membuat fara bergegas keluar, "maaf mas permisi"

ditto melihat punggung fara yang mulai hilang menuruni tangga. sedangkan sissy menghampiri sang pacar. "fara udah keluar dit?"

anggukan menjawab pertanyaan sissy, kemudian ikut turun ke lantai bawah.

"far, kamu gapapa kan? masih sakit? kita ke dokter ya?" beberapa pertanyaan langsung keluar begitu saja dari mulut al ketika fara membuka pintu.

fara segera menenangkan al, "al aku udah mendingan, kamu jangan kayak gini nanti mas ditto tau"

"tau apa?"

maju lima langkah lagi menghampiri fara dan al yang sedang berdiri di ruang tamu. "tau kalian punya hubungan lebih dari teman, hm?"

mudah sekali emosi al tersulut jika sudah berhubungan dengan ditto. "kalo iya emang kenapa? kan lu juga ada hubungan sama sissy" balas al yang mengarahkan pandangannya ke sosok perempuan yang berdiri di belakang ditto.

namanya disebut sissy kaget. dia melihat ditto dan al bergantian. kenapa bisa dua orang ini sama sekali memandang dalam tatapan musuh.

"al.."

"jangan ngalah terus fara! kamu harus pentingin hal yang lain!"

ditto tersenyum sinis, "kalian seharusnya bisa sabar sedikit, bulan depan genap setahun pernikahan gua sama fara sekaligus jadi perpisahan kita"

tiga ekspresi berbeda menjadi respon atas omongan ditto, sissy yang semakin kaget, al menggelengkan kepala dan fara yang kembali merasakan nyeri di bagian perutnya.

"al please udah, jangan dijawab lagi ya"

setelah tadi bisa dibilang mengurung diri di kamar, sepertinya memang sudah saatnya fara membuka semua yang selama ini dia pendam sendiri.

"ditto" yang dipanggil menoleh.

"kalo itu mau kamu, aku minta kita pisah sekarang"

"fara!? kamu yang bener aja!" sissy berteriak kepada sang sahabat.

senyuman keluar di tengah dirinya menahan sakit luar biasa. harus cepat diselesaikan. "aku serius. untuk apa aku bertahan dan memperjuangkan pernikahan ini kalo ditto ga akan pernah liat aku disini? selama ini aku menerima perjodohan kita karena aku memang menginginkannya, aku mencintai kamu sebagaimana yang seharusnya dit"

"ngomong apa sih kamu fara, ga usah ngaco!"

kini yang terdengar adalah suara tawa pelan, "awalnya aku marah kamu melanggar perjanjian kita untuk ga bawa sissy ke rumah ini. seenggaknya aku ga perlu sakit hati dua kali, tapi aku bisa apa, kamu bahagia ditto. aku ga mungkin menghalangi kebahagian kamu"

tangisan fara dengan bebasnya keluar begitu pun sissy. sekuat tenaga fara bertahan dengan berpegangan pada lengan al.

sedangkan ditto merasakan rasa baru setelah mendengar penuturan fara. degupan jantungnya menjadi cepat dengan mata yang tidak bisa pindah dari sosok perempuan yang sampai saat ini masih menjadi istrinya. tapi sayang yang keluar dari pita suaranya berbeda, "omong kosong. silahkan kamu pergi sama pacar kamu itu, ga perlu tunggu sampe bulan depan. aku urus perpisahan kita secepatnya"

"dit, kamu jangan asal"

"asal gimana sissy, ini juga kan yang kamu mau?"

kalimat ditto semakin berpengaruh ke kandungan fara, "aw a- aw al, sakiiit"

"far, fara kamu kenapa?"

"al, sakiiiit" tangisan fara pecah. sakit yang dirasakan sudah tidak bisa ditahan lagi dia terus memegang perutnya.

"fara!-" teriakan sissy tercekat ketika melihat darah segar mengalir di kaki jenjang fara.

"darah dit!"

"far, kamu kenapa?" tanya ditto masih dalam kondisi mematung.

sedangkan al langsung menggendong tubuh fara yang semakin lemas. "kalo sampe fara dan bayinya ada apa-apa,  tanggung jawab dit"

"tahan ya far" lanjut al kemudian pergi.

tbc

it was you; kmgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang