3.

202 35 3
                                    

pagi ini adalah hari sabtu. kebetulan suaminya juga tidak pulang, sepertinya tidak apa-apa kalau fara memanfaatkannya untuk me time.

berjalan ke taman di belakang rumah dengan satu cangkir teh dan sepiring cookies yang beberapa hari lalu dia buat, diletakan di meja yang ada kemudian melanjutkan kegiatannya menyirami tanaman. setelah itu baru fara menikmani kudapan tersebut.

"ga ada yang bisa kalahin ketenangan bau tanaman disirami air, nenangin banget.."

kegiatan merawat tanaman selesai, sekarang fara memasak makan siang. walaupun fara tau ditto jarang sekali mau memakan masakannya tapi dia selalu menyiapkan lebih, jaga-jaga. kalau nanti tidak dimakan, biasanya fara akan berikan ke satpam komplek.

"padahal aku selalu masak makanan kesukaan kamu loh mas" ucapnya sendirian.

sambil menunggu rebusan sayuran di kuah sup mendidih, fara lanjutkan dengan menyapu rumah. sedang menikmati kegiatannya bunyi hp menginterupsi fara. buru-buru dia pergi ke kamar, tempat diletakan hpnya tersebut.

ternyata ibu gita yang menelepon.

"halo ibu"

"fara, anak kesayangannya ibu lagi apa nak?"

fara yang ditanya melihat ke barang yang sedang dipegang yaitu sapu, "lagi nyapu aja bu hehe"

"ohh ibu ganggu kamu ya?"

"enggak kok bu, masa iya ibu telepon ganggu fara"

"oh yaudah kalo gitu, ibu kirain ganggu far. ditto, dia lagi apa far? udah kamu siapin makanannya kan?"

begitu mendengar nama suaminya disebut, fara diam sebentar, tangan yang memegang sapu agak mengencang, "hm bu-"

apa aku harus bilang sama ibu? tanya hatinya.

"kenapa fara?" suara ibu gita berubah menjadi lebih serius, sebagai ibu dia bisa merasakan seperti ada yang tidak beres dengan anaknya.

menggelengkan kepalanya, "ah iya bu itu mas ditto lagi ada survei ke luar kota, jadi aku di rumah sendirian"

"kamu gapapa kan, nak? aduh ayahmu itu masih banyak kerjaan jadi belum bisa pulang ke jakarta jenguk kamu"

kedua orang tua fara memang tidak di indonesia, mereka berdua di korea mengurus pembukaan cabang usaha disana.

"gapapa ibuu. fara baik-baik aja kok, nanti deh kalo fara sama mas ditto udah ada waktu luang kesana jenguk ayah, ibu"

"far.."

"iya ibuku yang cantik"

ibu gita ketawa pelan digoda putrinya, "nanti kalo kesini bawa kabar bahagia juga yaa"

"kabar apa bu?"

"ayah kamu udah kepengen banget punya cucu"

sekali lagi fara dibuat bingung bagaimana harus menjawab omongan ibunya. perlahan tangan fara menuju ke perutnya lalu dielus pelan.

"iya bu, doain aja ya" akhirnya fara membalas. "bu, fara lanjut bersihin rumah dulu ya. kayaknya mas ditto sore udah sampe rumah lagi" tambahnya sebelum ibu gita kembali bicara.

pip.

diletakan kembali hp fara di tempat sebelumnya, lalu dia membuka laci nakas di samping tempat tidur, diambil sebuah figura kecil. foto pernikahannya dengan ditto yang selalu fara simpan dengan rapih, takut kalau ditto lihat akan marah.

sebenci itu kamu sama pernikahan ini, mas. kebencian kamu berhasil bikin aku takut. takut kalo ada perbuatan aku yang bisa buat kamu pergi selamanya. suara hati fara.

baru aja fara meletakkan mangkuk terakhir berisi sup ayam di meja, "aku pulang"

suara itu otomatis membuat fara membalikkan tubuhnya, "mas, udah pulang?" tanyanya antusias.

"iya. pertanyaan kamu ga ada yang lebih berbobot ya far"

fara sudah biasa dibilang seperti itu oleh suaminya, dia paling hanya bisa menulikan telinganya.

"hmm aku udah siapin teh manis hangat sama sup ayam. kalo kamu mau makan, mangkuknya juga udah aku siapin. aku mandi dulu ya"

"terserah" balas ditto yang disambut senyum fara.

dari tempatnya berdiri dia bisa melihat sang istri masuk ke dalam kamarnya. sesungguhnya ditto lelah, dia lelah harus benci ke perempuan yang sudah dikenalnya sejak kuliah. fara terlalu baik untuk diperlakukan buruk olehnya. tapi ditto juga bingung kenapa masih terus merasa kesal jika berhubungan dengan fara.

maafin aku, far. kenapa kamu masih disini setelah aku sakitin berkali-kali? ucap hati ditto.

diputuskan oleh ditto untuk mengganti bajunya yang lebih rumahan kemudian keluar lagi ke ruang makan, dia sudah berdiri di depan meja makan sambil sesekali melihat hidangan yang ada.

perlahan ditto ambil secangkir teh manis hangat tersebut. sampai hari ini ditto masih bertanya-tanya bagaimana fara bisa membuat teh manis yang sangat mirip dengan buatan ibunya. seperti bisa merasakan ketenangan disetiap tegukannya.

ga ada salahnya kalo sekali ini makan masakannya fara. tambah hati ditto yang mulai mengambil mangkuk dan menyendoki sup ayam lalu disuap satu sendok penuh sup tersebut ke dalam mulutnya.

"uhuk uhuuuk-" ditto tersedak dan langsung meminum tehnya, "i- ini? enak ba-"

tanpa ditto sadar fara yang sudah selesai mandi, dia berdiri di belakang suaminya, air mata itu menetes sekali lalu dihapus segera. memberanikan dirinya, fara ikut duduk di hadapan ditto.

"makasih mas, aku ikut makan boleh ya?"

kalimat fara yang tibatiba terdengar hampir membuat ditto kembali tersedak.

"ya ampun, ini mas minum air putih" ucap fara lagi yang menyodorkan satu gelas air putih.

ditto melambaikan tangannya dengan maksud tidak perlu. dilap bibirnya dengan tissue, "kamu makasih buat apa?"

"makasih udah mau makan masakan aku akhirnya" jawab fara tulus.

mata mereka bertemu untuk beberapa saat, mencari ketulusan dari masing-masing diri.

kamu pasti seneng juga ya, nak. hati fara berbisik.

jangan terlalu baik ke aku, far. tolong. pinta hati ditto.

to be continued.

eh fara hamil??? please kindly wait for the next part yaa.

it was you; kmgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang