8.

179 34 0
                                    

pukul 21.30. ditto masih duduk di ruang keluarga. sedangkan sissy sudah tertidur di kamarnya, ya sissy akan menginap di rumahnya untuk malam ini.

brooomm. suara deru mobil yang memelan di depan rumah mengambil perhatian ditto dari tv untuk segera melihat ke jendela.

"ayok far aku anter kamu sampe depan pintu ya"

"eh ga usah, al, gapapa kok paling ditto udah tidur"

"jangan. seenggaknya aku tanggungjawab bawa anaknya ibu gita" timpal al tersenyum.

sedangkan ditto berpindah posisi, berdiri di depan pintu rumah, menunggu pintu tersebut terbuka.

cklek. "ya ampun!" hampir saja fara terjungkal kalau tidak ada al di belakangnya. dia kaget begitu melihat ditto dengan tampang menyeramkannya berdiri tegap di depannya pada saat membuka pintu.

"perempuan mana yang pulang semalam ini?" tanya ditto bernada dingin.

"sorry bro, fara tadi ke rumah-" omongan al dipotong oleh ditto, "gua ga nanya sama lu, gua tanyanya ke fara"

sedangkan fara yang sekarang jantungnya sudah berdetak cepat menoleh ke al dan berusaha berbicara, "kamu pulang ya, al. makasih udah anter aku pulang"

"tapi far-"

"lu ngerti bahasa indonesia kan, danial?" tanya ditto sarkas yang kembali memotong omongan al.

al yang tidak mau kalah juga masih tetap berdiam di posisinya lalu melihat ditto seperti musuh bebuyutannya.

tanpa al duga, ditto menarik lengan fara cepat, "udah. ayok masuk, far"

blam! tinggal lah al sendirian di depan rumah tersebut. tangannya terkepal sempurna, kalau tidak ada fara sudah pasti ditto babak belur.

"aaw sakit mas" rintih fara ketika tangannya dihempas begitu saja oleh sang suami.

"kamu ga tau sekarang jam berapa?!"

fara hanya bisa menunduk tanpa ada niatan melihat ditto, "jam sepuluh kurang.."

"kenapa kamu pulang semalam ini, hah?!"

"aku cuma pergi ke rumah keluarganya al aja mas. aku kangen ketemu adik dan mamanya al" jawab fara.

"halah bohong aja kamu! coba kalo di luar tadi ada yang liat kamu berduaan sama laki-laki itu. kamu kayaknya emang mau ya pernikahan palsu ini ketauan orang-orang"

pernikahan palsu, mendengarnya fara otomatis mengangkat kepalanya. dua mata indah tersebut sudah menampung air mata yang siap jatuh.

"pernikahan palsu?" tanya fara memastikan.

"iya, palsu. apa susahnya tunggu sampe pernikahan ini berumur setahun. setelahnya kamu bebas mau ngapain aja"

fara tau maksud omongan ditto tapi dia juga merasa harus ada yang diluruskan, "maaf mas, buat aku pernikahan itu ga ada yang palsu. lagi pula apa salahnya aku pergi sama al, dia sahabatku, aku juga pergi ke rumah keluarganya bukan jalan-jalan di luar"

ditto tertawa meremehkan, "oh sahabat kamu si al al itu yang berpenampilan berantakan bahkan bertato"

"stop! stop ya mas kamu ngejelek-jelekin orang yang kamu ga kenal sama sekali. seenggaknya dia ga egois cuma untuk berpura-pura jadi baik, dan satu hal lagi, apa kamu lupa dengan omonganku untuk jangan pernah bawa pacar kamu ke rumah? aku tetep membiarkan kamu berhubungan bukan berarti bisa seenaknya" setelah cukup membalas semua omongan ditto, fara langsung pergi dari ruang tamu tersebut.

***
paginya kembali suram. susah memang bagi fara bisa menikmati kehidupannya setidaknya untuk seminggu seolah mustahil terwujud. ditambah kehadiran sissy yang ternyata semalam tidak pulang. fara juga sudah tidak peduli jika pertengkarannya semalam terdengar oleh sissy.

semarah apapun fara, dia tidak akan pernah lupa kewajibannya menjadi seorang istri.

istri palsu menurut ditto tapi tidak menurut fara. walaupun pernikahan tidak berlandaskan cinta, sekali mereka mengucap janji suci itu maka tidaklah palsu pernikahannya.

setelah meletakkan makanan terakhir untuk sarapan, fara memutar balik badannya dengan maksud mau meninggalkan meja makan tersebut yang mana sudah ada ditto dan sissy.

"far, kamu ga makan bareng kita?" pertanyaan sissy membuat langkahnya terhenti.

"ah aku udah makan duluan kok tadi. aku mau ke swalayan dulu, mau beli beberapa keperluan rumah yang habis" jawabnya.

"oohh yaudah nanti aku ikut kamu ya? terus kamu juga duduk dulu dong disini, kita ngobrol"

fara tidak tau maksud sissy memintanya seperti itu untuk apa. apa dia betul-betul tidak mendengar pertengkarannya semalam dengan ditto?

"iya far. duduk dulu disini. ke swalayan biar sissy yang temenin kamu, jadi kamu juga ada temennya" sahut ditto.

mau tidak mau daripada ditto marah lagi seperti semalam akhirnya fara menuruti untuk ikut duduk di meja makan bersama mereka.

selama sarapan hanya ditto dan sissy yang berbicara, sesekali sissy akan menanyai fara.

"kamu masih pake gelang itu, far?" sissy bertanya sambil menunjuk ke pergelangan tangan kiri fara dimana terpasang gelang emas tipis dengan gantungan kupu-kupu.

"oh ini-" fara angkat tangan yang ditunjuk oleh sissy, "ini gelang peninggalan dari nenekku dimana akan langsung turun ke cucunya"

ditto mengikuti arah pandang sissy, dia diam memandangi gelang tersebut.

"jadi nanti kalo kamu jadi seorang nenek, kamu juga bakal warisin gelang itu ke cucu kamu?"

fara mengangguk semangat, "iya betul. tapi kalo nanti cucunya laki-laki akan aku suruh untuk dia kasih gelang ini ke pasangannya"

"itu.." suara ditto tertahan seiring dengan kesadarannya kembali.

"itu kenapa, dit?"

"hm? oh enggak, itu aku udah selesai makan. aku berangkat ke kantor dulu ya sayang" mengecup kening sebelum beranjak, bukan kening fara, tidak mungkin ditto akan selembut itu pada fara. karena fara justru membuang pandangannya ke arah lain, terlalu sakit untuknya melihat bagaimana sissy tersenyum ketika dicium manis suaminya.

siapa yang istri kamu disini, mas? tanya hati fara.

-to be continued-

it was you; kmgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang