2. Kesialan Jihoon

627 100 3
                                    

Pasti kalian tau bagaimana cara menghargai karya seseorang, bukan?

***

"Ini Universitasnya?" tanya Hyeji menatap gedung besar dihadapannya saat ini. Gedungnya benar-benar besar dan sangat mewah. Junkyu mengangguk mengiyakan setuju. "Iya, bagus kan?" tanya Junkyu.

"Bagus," jawab Hyeji.

"Mau langsung masuk dulu atau mau liat-liat sekitarnya dulu?" tanya Junkyu melirik satu persatu teman-temannya.

"Daftar dulu baru liat-liat." Hyunsuk menimpali.

"Si Jeongwoo sih kaga ada, pasti seru kalo itu anak ada." ujar Jihoon lirih. Pasalnya Jihoon merasa kesepian tidak memiliki teman untuk bergosip, soalnya Jeongwoo pindah keluar negeri yaitu Amerika bersama keluarga besarnya.

Yeonjun menepuk pundak Jihoon pelan. "Sabar Hoon. Jangan nangis dulu, nanti ingus lo keluar kan nggak asik gitu."

"Bangsat." umpat Jihoon.

"Berisik lo pada, mendingan masuk terus daftar. Habis itu keliling liat-liat kampus ini." ujar Hyunsuk diangguki mereka semua.

Selama mereka mendaftarkan diri di Universitas Derios, Haruto berjalan berdampingan dengan Hyeji. Menggenggam erat tangannya takut Hyeji lepas, padahal Hyeji juga nggak bakalan kemana-mana kok.

Singkat cerita, setelah mereka semua sudah mendaftarkan diri. Junkyu menginterupsi kalau ia ingin mampir ke cafe di sebrang Universitas, mereka semua mengangguk mengiyakan. Toh hari ini memang melelahkan.

"Semoga pas nanti tes selesai, kita semua di terima." ujar Jihoon mengadahkan tangannya ke atas. Semuanya ikut meng-aminkan. Hyeji tersenyum tipis melihatnya, Hyeji bodoh memang. Disaat masih ada teman-temannya yang perduli terhadapnya, kenapa Hyeji merasa putus asa hanya karena di tinggalkan Yoonbin?

Haruto melirik Hyeji. "Ji, kenapa?" tanyanya pelan. Hyeji menoleh lantas menggeleng. "Nggak apa-apa, cuma kepikiran nanti bang Hyunjin masuk rumah gimana." jawab Hyeji.

"Emang kenapa?"

"Kunci rumahnya di bawa Juno."

"Kok gitu? Nggak sama lo emang?" tanya Haruto serius.

Hyeji berasa ngomong sama om-om, suara Haruto kalau lagi berbisik gini kedengeran serem banget. "Enggak. Dia bilang kalo gue yang bawa, suka balik malem. Kalo sama bang Hyunjin, sama aja. Suka nggak tau waktu kalo maen." ujar Hyeji menjelaskan.

"Terus kenapa lo mikirin bang Hyunjin? Toh dia kalo pulang sering malem terus kan? Bang Juno kalo pulang maen palingan sore balik, bisa kali,"

"Bukan gitu, Haruto. Masalahnya Juno tadi chat gue katanya dia balik besok. Terus gue sama bang Hyunjin masuk rumah gimana?" kata Hyeji dengan raut wajah cemberut.

Sial, Haruto gemas.

"Y-ya.. Di rumah gue aja dulu dah. Bang Juno kampret banget!" umpat Haruto sembari menepuk-nepuk pucuk kepala Hyeji.

Sementara itu Yeonjun memicingkan matanya melihat kelakuan sok manis Haruto pada Hyeji. Enak banget daritadi bisa berdekatan terus dengan Hyeji, Yeonjun juga kan mau. Apalagi Yeonjun ini sahabat masa kecil Hyeji, seharusnya Yeonjun yang ada di posisi Haruto.

"Ekhem! Yang onoh jangan anuan mulu dong!" sindir Yeonjun melirik ke arah Haruto sinis. Haruto mengerti maksud Yeonjun, bukannya mengindar. Ia lebih memilih merangkul Hyeji.

Yeonjun naik pitam. "Heh suripto! Lepaskan tangan anda dari calon istri saya!" ujar Yeonjun menunjuk Haruto.

Semuanya menatap datar kearah mereka berdua, sudah tidak heran lagi memang. Junkyu dan Hyunsuk gugur dalam bucin, kini Yeonjun bangkit. Hyeji berasa seperti perempuan murahan banget kalau kayak gini.

This My Boyfriend ; Haruto WatanabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang