"Sini gue bantu."
Hyeji dengan cepat melihat orang di sampingnya. Orang itu Soobin, Hyeji menggeleng pelan seraya mengambil alih tumpukan buku di tangannya.
Soobin merenggut kesal. "Cewek nggak baik bawa buku banyak-banyak. Sini biar gue aja yang bawa. Sekalian ke kelas, Ji." ujar Soobin mengambil alih lagi buku-buku di tangan Hyeji.
Hyeji tersenyum kecil. "Nggak ngerepotin?"
"Sama sekali enggak ngerepotin kok. Kan gue yang mau," balas Soobin seraya tersenyum manis menampilkan dua lesung pipinya.
Hyeji mengangguk mengerti lantas mereka berdua pun berjalan beriringan ke kelas psikolog. Hari ini Haruto berangkat duluan karena bagian dia piket kelas, jadi tadi Hyeji di antar oleh Hyunjin dan juga kedua sahabatnya, Jisung dan Felix.
"Makasih, Soobin." ucap Hyeji.
"Sama-sama. Kalo ada apa-apa jangan sungkan minta bantuan ke gue ya?"
Hyeji diam lalu tersenyum kikuk. Tidak tau harus merespon apa. Semenjak kepindahan Soobin di sini, apalagi ia mengambil jurusan yang sama dengan Hyeji. Hyeji merasa kalau berdekatan dengan Soobin membuatnya mengingatkan pada seseorang yang kini berada di negara Korea. Ha Yoonbin Prakulin.
Entah kenapa, tapi sering kali Soobin membantunya bahkan tersenyum sampai kedua matanya menyipit. Kepindahan Soobin sudah 3 hari di Indonesia. Dan karena itu lah terkadang Haruto benar-benar muak saat Soobin ingin berusaha mengusap kepala Hyeji.
Setelah Hyeji mengatakan kalau ia akan membuka hatinya untuk Haruto. Haruto senang bahkan sempat memeluk Hyeji, tapi di sisi lain Haruto juga benci, benci akan kedatangan Choi Soobin. Cowok asal Korea itu.
"Ekhem!" deheman kencang membuka Soobin terkejut. Tapi buru-buru ia menormalkan ekspresinya.
Hyeji melirik ke belakang Soobin, sudah ada Haruto dan juga Junkyu di sampingnya. Tapi sebentar. Tumben sekali Junkyu mau ke kelas psikolog?
"Bisa minggir nggak?" tanya Junkyu ketus.
Soobin tersenyum kecil. "Kan lewat sebelah gue bisa." jawab Soobin masih dengan senyuman manisnya.
Haruto menatap sinis ke arah Soobin, mendorong tubuhnya agar menyingkir dari pandangannya. Junkyu menjulurkan lidahnya pada Soobin, membuat Soobin tertawa sembari menggelengkan kepalanya.
"Udah piketnya?" tanya Hyeji.
"Udah. Kamu udah sarapan?" tanya Haruto. Ya, Haruto memberanikan diri untuk memulainya duluan dengan mengganti lo-gue menjadi aku-kamu.
"Udah kok."
"Nanti istirahat temenin aku makan, ya. Lupa sarapan laper banget tau." ujar Haruto memajukan bibir bawahnya, imut, batin Hyeji.
Junkyu berdecak sebal. "Dunia serasa milik berdua ya? Yang laen mah ngontrak dah!" sindir Junkyu berteriak kencang. Kebetulan sekali di kelas psikolog sudah ada beberapa mahasiswa yang datang.
Ada Heejin dan Jaehyuk juga. Dua anak itu sedang berebut pensil dan yang artinya mereka berdua terlibat cekcok.
Haruto menjitak kepala Junkyu. "Sirik aja jomblo!"
"Heh! Enak aja maen ngata-ngatain jomblo. Emang situ berdua udah pacaran?" tanya Junkyu sinis.
Hyeji dan Haruto sama-sama terdiam. Mereka bingung mau menjawab apa, ada benarnya juga sih hubungan mereka kan belum sampai di tahap pacaran. Masih pendekatan.
Junkyu merutuki kebodohannya. Ia memukul-mukul mulutnya sendiri karena ucapannya tadi. Pasti nanti Haruto bakalan ceramah panjang kalo Junkyu nggak buru-buru keluar dari kelas psikolog.
KAMU SEDANG MEMBACA
This My Boyfriend ; Haruto Watanabe
CasualeSequel Dia ; Ha Yoonbin [ JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN DAN JANGAN SIDERS ] Hyeji harus di hadapkan dengan dua pilihan sekaligus. Dia bingung dan bimbang harus memilih siapa, karna pada dasarnya ia mencintai dua cowok yang selama ini menjagany...