The Proposition (8)

74 9 0
                                    

Bab 8

Pada hari Rabu ketika Jungkook melangkah memasuki kantor Taehyung, ia menengadah dari dokumen yang dia baca dan memandang disetiap aspek penampilan Jungkook. Jungkook tahu dia tampak begitu berbeda sejak Taehyung meninggalkannya kemarin pagi – praktis telanjang bulat di bawah selimut dengan rambut pirang panjang yang tergerai di atas bantal. Hari ini dia muncul bagaikan seorang wanita profesional yang berpengalaman dengan rok pensil ketat warna abu-abu, blus berenda warna hitam, dan sepatu bertumit. Dia juga telah mengatur rambutnya menjadi ikatan lepas. Tapi meskipun dia berpakaian rapi, dia merasa sama saja dengan telanjang dari cara Taehyung menatapnya.

Masuk dan keluarlah dengan cepat, dan kau takkan terluka, Jungkook mencoba mengingatkan dirinya sendiri. Dia tersipu saat bertemu dengan mata Taehyung yang seperti sedang memicingkan matanya. "Hai," katanya, malu-malu.

"Halo. Untuk apa aku berhutang kesenangan dengan kunjunganmu ini?"

Ambil napas dalam-dalam, Kook. Kau bisa melakukannya. Yang bisa dilakukan Taehyung hanyalah mengatakan tidak...dan mungkin sekali dia akan mempermalukanmu secara menyeluruh atas usulan itu di siang hari. Belum lagi jika ia mungkin mengajukan tuduhan pelecehan seksual. Jungkook melihat ke sekeliling. "Um, saat ini kau tidak sibuk, kan?"

"Tidak, aku hanya sedang menunggu waktu untuk meeting. Kenapa?"

Jungkook menggigit bibirnya sekali lagi, ia tidak yakin apakah ia benar-benar bisa melakukan pendekatan seperti ini pada Taehyung. Sejak ia melakukan tes ovulasinya di kamar mandi, pikirannya menjerit betapa gilanya dia, bahkan berpikir untuk mengajak Taehyung berhubungan seks saat mereka sedang bekerja. Saat lift meluncur naik keatas, kesadarannya bekerja dan mendorongnya terlalu jauh dengan menyebut dirinya sebagai wanita jalang yang tidak tahu malu atau bahkan mempertimbangkan dia seperti wanita panggilan untuk seks di tengah hari. Dia menantikan suara-suara di kepalanya keluar. "Well, kau tahu, suhu tubuhku naik beberapa waktu yang lalu."

Alis Taehyung berkerut. "Kau datang ke sini untuk memberitahuku bahwa kau sakit?"

Dengan tertawa gugup, Jungkook menjawab, "Tidak, tidak, tidak seperti itu. Hanya saja..." Dia menarik napas, mencoba menenangkan sarafnya. Hal ini sedikit membantu lututnya yang gemetaran. Apalagi ia akan berbicara tentang kata-kata yang tidak perlu disebut lagi lebih dari yang dituduhkan. "Kau tahu, aku telah melakukan tes ini untuk mengetahui kapan aku ovulasi dan kapan aku lagi subur sekali. Dan well...sekarang inilah saatnya."

Taehyung menatap ke arah Jungkook, untuk sesaat ia tak berkedip dan nyaris tak bernapas sebelum sebuah seringaian melengkung di bibirnya. "Oh, jadi kau datang ke sini untuk seks?"

Jungkook meringis. "Apakah kau selalu harus bersikap kasar?"

Taehyung terkekeh. "Maafkan aku. Apakah kau lebih suka jika aku menyebutnya sebagai sebuah kenikmatan di sore hari?" Godanya, seakan menikmati fakta bahwa Jungkook sekarang sedang menggeliat di atas sepatunya.

"Tolong berhentilah," gumamnya. Untuk menguji keberaniannya, dia melangkah mendekati meja Taehyung. Sungguh ajaib, kakinya terasa lentur seperti karet, sebenarnya hal itu sangat mendukungnya. Dengan Taehyung yang bertindak seperti seseorang yang gila seks, Jungkook tidak perlu khawatir karena ia tidak memiliki perasaan sesuatu padanya. Ini adalah tindakan tercela Taehyung yang Jungkook ingat saat pesta Natal, Taehyung bukan seperti orang yang memeluknya dari belakang saat tidur kemarin malam itu. Jungkook menyadari bahwa dia harus menyimpan catatan perilaku Taehyung dibenaknya setiap kali dia mulai tergelincir masuk ke ranjau emosional dari perasaannya yang lebih mendalam pada Taehyung.

Mengandalkan lebih dari kemauan keras membuat Jungkook mengambil langkah satu inci di sekitar sisi meja. Ketika dia bertemu dengan kerlingan mata Taehyung, Jungkook mendesah. "Tolong, bisakah kau bersikap seperti yang kau lakukan kemarin malam?"

The Proposition SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang