Bab 7
Sinar matahari masuk melalui tirai yang terbuka, menghangatkan wajah Jungkook. Dia berguling, menutupi wajahnya dengan tangannya. Untuk sesaat, dia lupa bahwa dia tidak berada di kasurnya yang nyaman. Kemudian kebenaran itu muncul serasa menampar dirinya. Jungkook sedang berada di ranjang berukuran king-size di Honeymoon Suite di Grand Hyatt.
Ketika dia berbalik, Jungkook menemukan Taehyung sudah pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Sebersit kesedihan seketika menjalar kedadanya, tapi Jungkook mencoba memberi alasan untuk dirinya sendiri,merupakan suatu keajaiban Taehyung mau bermalam.
Jungkook tidak terlalu berharap untuk seseorang seperti Taehyung akan membangunkannya dan memberinya ciuman selamat tinggal. Itulah jalan keluar dari wilayah pemahaman seseorang seperti Taehyung.
Jungkook melirik ke arah jam dan melihat bahwa sekarang sudah jam tujuh lewat. Jika dia ingin sampai ke tempat kerja tepat waktu,dia tahu ia harus segera pulang. Mengenakan gaun yang dipakainya semalam, dia mengeluh karena tidak berpikir kedepan untuk membawa baju ganti yang akan dia kenakan ke kantor.
Dengan usia hampir tiga puluh tahun, Jungkook tidak pernah mengalami hal yang memalukan sebelumnya dan sekarang dia akan mengalaminya. Lagi pula, siapa di dunia ini yang menggunakan kain sutera tipis pada jam tujuh pagi?
Syukurlah, lorong terlihat sepi saat Jungkook bergegas menyusuri karpet bermotif bunga menuju lift. Ketika sampai di lantai bawah, hanya ada staf hotel di sekitar lobi. Dia mencoba menegakkan kepalanya saat melewati mereka. Dia berhasil menjaga martabatnya sampai dia keluar dan memberikan tiketnya ke petugas valet. Dia menatap pakaian dan rambut Jungkook yang terlihat kusut dan sebuah senyum memaklumi terukir di wajahnya. "Satu menit, Ma'am."
Jungkook mengerang dalam hati dan menekankan pada dirinya untuk tidak lupa membawa perlengkapan bermalam lagi. Jungkook hampir masuk ke dalam kantornya sebelum Chaeyoung menghambur ke dalam dan membanting pintu. "Aku tidak percaya kau tidak meneleponku!"
Sambil mengangkat tangannya, Jungkook mengingatkan, "Aku bahkan belum minum kopi. Aku sudah menunda peluncuran inkuisisi setidaknya tiga puluh menit."
"Hmm, aku orang yang tidak sabaran. Apa kau kurang tidur semalam?" Chaeyoung bertanya sambil menaikkan alisnya.
"Tidak. Hmm maksudku ya aku kurang tidur."
Chaeyoung menjerit dan menjatuhkan dirinya ke kursi. "Detil, Kook! Aku sangat ingin tahu secara detilnya!"
"Kalau begitu jadilah sahabat yang baik dan buatkan aku kopi." Jungkook mengerang.
Sambil mendongkol, Chaeyoung bangkit dari kursinya. "Baiklah. Tapi kau harus menjelaskan semuanya padaku setiap rincinya, setiap detail erotis ketika aku kembali!"
Ketika Chaeyoung keluar ruangan, Jungkook duduk di kursinya dan menyalakan komputernya. Saat sedang membaca janji pertemuannya untuk hari ini, ponselnya berbunyi dari dalam tasnya. Jungkook mengambilnya dan mengecek pesan singkat di ponselnya. Jungkook melihat satu pesan dari Taehyung yang menyebabkan jantungnya seakan melompat ke tenggorokannya.
Maaf, aku tidak mengucapkan selamat tinggal tadi. Kau terlihat sangat nyenyak untuk dibangunkan. Sampai ketemu hari Rabu.
–-T.
Jungkook tidak bisa menahan keinginannya untuk tersenyum konyol yang menghiasi wajahnya. Bagaimanapun juga, dia tidak seperti seorang yang benar-benar bajingan. Taehyung sebenarnya cukup peduli dengan mengirimi Jungkook sebuah pesan untuk mengecek keadaan Jungkook. Dengan cepat, jari-jari Jungkook melayang di atas keyboard ponselnya.
Terima kasih. Aku tidur nyenyak semalam... well, setelah semuanya itu. Sampai ketemu hari Rabu, juga.
Chaeyoung muncul dengan membawa segelas kopi yang masih mengepul dan memberikannya pada Jungkook. Saat Jungkook meniup kopinya ada sedikit gelombang diatas cairan gelap itu, bibir Chaeyoung cemberut. "Kook, aku benar-benar sakit hati kau tidak menghubungiku pagi ini. Maksudku, aku sudah hampir mati karena penasaran sepanjang malam dan pagi ini menunggu kabar darimu! Aku membuat Nate hampir gila semalam karena terus bertanya-tanya apa yang kau lakukan."
Jungkook melompat dari kursinya hingga menumpahkan kopinya ke lantai. "Kau serius mengatakan kepada Nate mengenai aku tidur dengan Taehyung?"
Chaeyoung memutar matanya, "Tentu saja ya. Apa kau tidak berpikir Nate akan bertanya-tanya karena kau tiba-tiba hamil?"
"Aku rasa kau benar juga."
"Aku pikir sampai malam berakhir, dia sepertigelisah menunggu kabar darimu juga. Menurutku, perhatiannya lebih dari sekedar ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja dan Taehyung tidak mengikat kamu menjadi subyek seks kinky sialan atau sesuatu yang lainnya."
Sambil mengelap tangannya ke pinggulnya, Jungkook menatap jengkel kearah Chaeyoung. "Dan apa yang kau harapkan? Aku mengirim SMS kepadamu mengenai setiap detail apa yang terjadi?"
"Itu pasti sangat menarik. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana erangan dan desahan dikirimkan ke pesan teks."
"Tidak mungkin aku melakukan itu." Jungkook menggerutu kemudian meneguk kopinya. Cairan hangat kafein mengalir menyambut ke tenggorokan hingga ke perutnya.
"Jadi, bagaimana ceritanya?"
Kilas balik peristiwa semalam menyala di dalam benak Jungkook seperti sebuah film X-rated dan Jungkook tidak bisa menahan pipinya merona. "Menakjubkan."
"Jadi, itu semua yang kau pikirkan saat bersamanya?"
Jungkook mengangguk. "Dan kami melakukan lagi."
Chaeyoung begitu menikmati setiap detilnya, mencondongkan tubuhnya ke depan sejauh mungkin dari kursinya sehingga wajahnya hampir menyentuh lantai."Jadi, berapa kali kau klimaks?"
"Chaeyoung!" Teriak Jungkook.
"Oh ayolah, Kook! Aku sudah mengalaminya sendiri, mempraktekkannya sampai gila-gilaan dengan Nate," desak Chaeyoung.
Kehangatan membanjiri pipi Jungkook. "Oke, kalau begitu. Empat... Tidak, tunggu, lima kali. Salah satunya saat di kamar mandi, juga."
Mata gelap Chaeyoung melebar dan bertepuk tangan dengan gembira. "Kook, itu sangat fantastis!!"
"Hanya kau satu-satunya orang yang bertepuk tangan untuk hal semacam orgasme!"
"Aku hanya tidak bisa menahannya. Aku sangat berbahagia untukmu."
Tanpa sadar sebuah desahan lolos dari bibir Jungkook lalu dia menceritakan pada Chaeyoung beberapa detail yang tidak terlalu memalukan. Ketika Jungkook sampai pada bagian dimana Taehyung ikut bermalam, alis Chaeyoung berkerut. "Apa salahnya? Apa kau tidak berpikir bahwa itu perlakuan yang sangat manis?" Tanya Jungkook.
"Yaa, tapi itu..."
Jungkook memutar tangannya dengan kalut. "Teruskan, katakan saja?"
"Aku hanya ingin kau berhati-hati, Kook. Kau baru sekali tidur dengannya, dan kau sudah terlalu banyak melibatkan perasaanmu."
"Tidak!" Protes Jungkook.
"Ya! Kau melakukannya. Kau panik ketika dia meninggalkanmu semalam dan kau sudah limbung hanya karena dia mengirimimu SMS pagi ini. Aku hanya tidak ingin melihatmu terluka, oke?"
Jungkook membiarkan kepalanya jatuh ke belakang ke sandaran kursi dan mendesah. "Kau benar. Aku membuat perasaanku terlalu mendalam." Jungkook meniup helaian rambut yang jatuh diwajahnya dan menatap ke arah Chaeyoung. "Mengapa semuanya harus menjadi begitu rumit untukku? Wanita lain bisa melepaskan celana dalam mereka dan melakukan seks tanpa membawa perasaaan tapi tidak denganku. Aku melibatkan perasaanku kepada seorang douchenozzle (julukan orang yang suka seks bebas), satu-satunya orang yang bersedia menghamiliku untuk kepuasannya sendiri!"
Chaeyoung tertawa. "Jangan menyalahkan pada dirimu sendiri. Walaupun aku harus mengakui bahwa douchenozzle, seperti yang kau sebut tadi, memang benar-benar memiliki permainan yang menggairahkan. Sial, aku bahkan mungkin pernah tergoda untuk merasakan sedikit lebih dari kenyataan bahwa dia akan mengajakku makan malam, memberiku lingerie, dan menghabiskan malam bersamaku."
"Aku perlu strategi baru. Aku harus menahan diri dan benar-benar hanya melakukannya secara fisik semata mulai sekarang. Aku akan masuk ke kamar, melakukan seks, dan segera keluar dari sana tanpa banyak berpikir."
"Itu baru gadisku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Proposition Series
FanfictionThe Party *0.5 The Propositon *1 The Proposal *2 REMAKE VER.