The Proposition (19)

67 7 0
                                    

Bab 19

Satu jam kemudian, Jungkook menekuk tubuhnya sementara Taehyung menurunkan atap convertible-nya. "Apa yang terdengar enak?" tanyanya sambil keluar dari jalan raya.

"Hmm, *IHOP? Aku masih menginginkan pancake."

"Kalau begitu, IHOP." Sambil memindah-mindah saluran radio, telepon Taehyung berdering. Dia melirik ID pemanggil dan meringis.

"Ayahku."

"Kau belum bicara dengannya semenjak kembali?"

"Belum."

Jungkook menggeleng. "Aku tidak bisa percaya kau tidak memberitahu dia kalau kau pulang dengan selamat. Aku yakin dia sangat khawatir."

"Terima kasih telah membuatku merasa bersalah," gumam Taehyung.

Jungkook menjulurkan lidahnya mengejek pada Taehyung ketika dia menjawab telepon. "Hei Pop...yeah, aku sampai tadi malam. Maaf aku tidak meneleponmu. Aku sedikit capek."

Jungkook mendengus pada kebohongan Taehyung. Dia tidak terlalu capek untuk pergi dengannya. Ketika pandangan mereka saling bertemu, Taehyung menjulurkan lidah padanya, dan Jungkook tertawa.

"Aku berencana untuk menemuimu." Dia berhenti sejenak. "Aku tahu kau benar-benar telah bekerja keras di kebun mawar, tapi sekarang benar-benar waktu yang tidak tepat."

Jungkook berdeham, dan Taehyung melirik padanya. "Antar aku pulang dan pergi temui ayahmu," gumamnya.

Taehyung menggeleng. "Ya, dia merindukanmu dan–"

"Ayah, aku akan sangat senang untuk datang selama ayah tidak keberatan kalau aku membawa teman."

Tunggu, apa? Taehyung benar-benar akan membawa Jungkook untuk bertemu ayahnya? Itu merupakan tingkatan komitmen yang tidak pernah Jungkook bayangkan darinya. Taehyung sepertinya mengerti keterkejutan Jungkook karena dia berbisik, "Kau tidak keberatan?"

Jungkook menggeleng, dan Taehyung tersenyum. "Baiklah. Kami akan datang sekitar sepuluh menit lagi. "Setelah menutup telepon, dia berpaling ke arah Jungkook. "Apa kau yakin tidak keberatan dengan semua ini?"

"Kenapa aku harus keberatan?"

Taehyung mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu. Ayahku seorang... ya... dia seorang buruh, mantan marinir Katolik Irlandia yang sangat suka bekerja di sekitar kebun mawarnya dan bermain dengan cucu-cucunya."

Jungkook tersenyum mendengar penjelasannya "Mengingat sebagian besar keluarga ibuku adalah kaum buruh, kupikir aku akan baik-baik saja. Selain itu, dia kakek dari anakku."

"Aku cuma tidak mau menyia-nyiakan hari Sabtumu untuk mendengarkan celotehan ayahku yang terus menerus bercerita tentang macam-macam spesies mawarnya atau cerita perangnya."

"Sepertinya menyenangkan."

"Kau harus lebih sering keluar, sayang."

Jungkook merasakan cengkraman yang tak asing di dalam dadanya pada sikap sembrono Taehyung. Senyumnya memudar. "Kupikir sebenarnya kau tidak mau memperkenalkanku padanya"

Taehyung memalingkan pandangannya dari jalan untuk menatapnya. "Apa? Kenapa?"

"Kau tidak mau harus menjelaskan apa pun padanya tentang kita atau apa yang bukan tentang kita. Belum lagi kau tak mau harus berpura-pura bahwa aku adalah pacarmu."

"Yah, aku sebenarnya tidak berencana memperkenalkanmu sebagai pacarku. Aku mau bohong dan bilang kalau kita bekerja untuk sebuah proyek bersama di kantor."

"Oh," gumam Jungkook.

"Kau tidak berpikir aku akan berdansa waltz di sana dan menjatuhkan bom padanya soal bayi itu, kan? Kupikir itu akan membuatnya sedikit panik."

The Proposition SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang