The Proposition (18)

71 8 0
                                    

Bab 18

Seperti mimpi Jungkook merasakan sesuatu yang lembab menjelajahi punggungnya yang telanjang hingga kearah leher. Saat Taehyung menekan ereksinya dipagi hari kepunggung Jungkook, matanya langsung terbuka. Jungkook menengok untuk menatap Taehyung dari atas bahunya. "Selamat pagi juga. Atau harus aku katakan selamat pagi untuk kalian berdua," katanya, suaranya terdengar bahagia.

Taehyung menyenandungkan sebuah tawa di telinganya. "Maaf, aku membangunkanmu. Aku tidak bisa tidak bergairah jika terbangun di samping seorang dewi yang menggairahkan dan telanjang."

"Apa kau berpikir dengan menyanjungku kau bisa mendapatkan aku lagi?"

"Aku sangat mengharapkan hal itu."

"Hmm, aku pikir aku sudah memberimu hadiah seks yang menyenangkan tadi malam. Aku tidak ingat kalau pagi ini juga termasuk dari kesepakatan kita."

"Jadi, kau ingin menggodaku dengan pura-pura sulit untukku dapatkan?" Taehyung meletakkan tangannya diantara perut dan kedua kaki Jungkook. Jungkook menghirup napas."Apakah itu berarti ya?" Tanya Taehyung, jari-jarinya mempercepat tempo mereka.

"Ini jelas bukan tidak," gumam Jungkook, menyandarkan kepalanya pada bahu Taehyung.

Pada saat orgasme mulai terbangun, tiba-tiba rasa mual melandanya. "Tidak, tidak, hentikan!" Jungkook berteriak.

Taehyung menatap ke bawah dengan heran. "Apa yang salah?"

"Aku—"Jungkook menutup mulutnya dengan tangan, berharap tidak

memuntahi Taehyung.Dia melangkahi kaki Taehyung langsung melesat ke kamar mandi. Dia nyaris memuntahkan isi perutnya sebelum berhasil mencapai kamar mandi. Jungkook mencengkeram sisi dudukan closet lalu mulai muntah dengan hebat. Secara terus menerus, perutnya mendorong keluar semua yang ada di dalamnya. Merasa lelah, Jungkook berlutut. Ketika ia mengangkat kepalanya, ia melihat Taehyung berdiri di ambang pintu. Dia hanya memakai celana dalamnya, Jungkook melihat kejadian ini telah memadamkan libido Taehyung.

"Mual di pagi hari?"

"Umm, hmm," keluhnya.

"Mau aku ambilkan sesuatu?"

"Tidak, aku—"Jungkook muntah lagi, lalu membawa lengannya ke mulut. Dia tidak berani menatap Taehyung. Rasanya memalukan,

Taehyung melihatnya seperti ini. Sambil menatap lantai, dia berkata, "Aku baik-baik saja. Kembalilah ke tempat tidur."

Tanpa bicara, Taehyung meninggalkan kamar mandi. Jungkook tak dapat menyalahkannya. Ia dapat mengerti bahwa aspek kehamilan yang tidak menarik ini hanya akan membuat Taehyung semakin menjauhinya. Apa yang membuat Taehyung menginginkannya jika dia bisa mendapatkan wanita manapun yang ia inginkan?

Jungkook menempelkan pipi pada tutup closet, ia merasa cairan pahit naik ketenggorokan lagi. Diam-diam berharap untuk tidak muntah lagi. Kemudian Taehyung muncul di ambang pintu. Jungkook melihatnya membawa segelas air dan sekantong biskuit asin.

Jungkook menatapnya heran, sementara Taehyung tersenyum malu."Aku kira ini dapat membantu."

Dia tidak melarikan diri. Malah sebaliknya, ia berusaha mendapatkan sesuatu yang bisa membuat Jungkook merasa lebih baik. Tindakannya membuat perasaan Jungkook jungkir balik seperti berada dalam sebuah permainan roda putar yang lepas kendali. "Terima kasih," bisiknya.

Bukannya meninggalkan keduanya di meja lalu berbalik keluar pintu, Taehyung malah meraih handuk lalu membasahinya dengan air dingin. Kemudian berjongkok di samping Jungkook, meraih wajahnya."Taehyung, kau tidak—" protesnya.

"Shh, biarkan aku merawatmu." Dengan pelan Taehyung mengusapkan handuk basah pada pipi dan dahi Jungkook. Tindakannya menghangatkan hati Jungkook, membuat rasa cintanya yang begitubesar terpancar dari dalam dada. Seluruh keraguan tentang kedalaman perasaannya terhadap Taehyung lenyap. Jungkook menutup mata sehingga Taehyung tidak akan melihat air matanya. "Apa rasanya enak?"

Tanpa mampu berbicara, Jungkook menganggukkan kepala. "Aku sangat menyesal membuatmu muntah," kata Taehyung.

Matanya langsung terbuka. "Ini bukan salahmu."

Dia menyeringai. "Well, sepertinya aku membuatmu bekerja keras."

Dia tersenyum lemah. "Tapi aku yang memintamu. Jika ini kesalahan seseorang, maka ini adalah salahku."

"Apakah selalu seburuk ini?"

Jungkook mengangguk."Setiap pagi...terkadang di sore hari." Dia bergidik. "Juga karena bau tertentu."

Taehyung meremas handuk di tangannya. "Aku harap aku bisa membantumu.Aku merasa tak berdaya melihatmu menderita."

Kata-katanya membuat dada Jungkook terasa sesak."Aku sudah merasa cukup dengan kau ada di sini—menenangkan ku seperti ini." Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Taehyung. "Kau memiliki hati yang baik dan memberi begitu banyak cinta. Kau akan menjadi ayah yang baik."

Taehyung menatapnya tak percaya—dadanya naik turun dengan cepat.Jungkook bisa melihat seluruh emosi Taehyung lenyap tepat dihadapannya. Taehyung menggeleng."Kau memberiku terlalu banyak nilai positif. Selain itu, aku benar-benar brengsek jika meninggalkanmu sendirian ketika kau sakit." Jungkook bangkit dari lantai lalu melemparkan handuk ke meja.

Jungkook menggigit bibirnya,sadar bahwa mungkin ini hal terbaik yang pernah ia dapatkan dari Taehyung—hanya rasa peduli dan perhatian yang cukup dari hati nuraninya. Hal ini tidak akan pernah cukup untuk membuat Taehyung mencintainya. Dia hanya perlu menerima fakta itu lalu menjaga perasaannya. Dia hanya dapat memberikan dirinya secara fisik—meskipun dia sangat berharap bahwa keintiman fisik akan membuat Taehyung merasakan sebuah perasaan emosional yang kuat. Jadi Jungkook menarik napas dalam-dalam lalu bangkit dari lantai. "Aku akan mandi."

Taehyung berbalik dengan kaget."Kau sudah baikan?"

"Mual dan muntah tidak pernah berlangsung lama. Aku merasa lebih baik sekarang." Dia tersenyum. "Kau ingin bergabung denganku?"

"Apa kau yakin?"

"Aku tidak bisa menjanjikan apapun." Dia menarik tirai kamar mandi lalu menyalakan air. "Selain itu, kita berdua harus siap dalam beberapa menit karena aku berharap kau membelikanku sarapan. Kau mengerti, karena telah membuatku kelelahan dan semuanya."

Dia menyeringai. "Aku rasa aku bisa melakukannya."

The Proposition SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang