"Kau sudah dengar? Seorang siswa perempuan pingsan karena melihat seseorang memangsa kucing dengan brutal di lapangan sekolah. Teman sekelasnya yang disuruh mengambil bola juga melihat bangkai kucing itu dan tidak datang ke sekolah hari ini,"
"Iya, iya, aku sudah mendengarnya. Rumornya bangkai kucing itu sudah tidak berbentuk lagi dan darahnya ada dimana-mana. Ugh, sangat mengerikan. Tapi aku tidak percaya jika seseorang itu benar-benar memangsa kucing, bisa jadi dia hanya halu dan mencari perha--"
"Hei,, hei diam. Ada dia,"
Percakapan itu berhenti ketika seorang gadis dengan rambut panjang berponi melewati dua orang yang sedang bergosip ria itu. Sejak ia bangun dari pingsannya, semua orang mendekatinya dan bertanya banyak hal tentang kejadian itu, dan rumor telah menyebar ke seluruh sekolah. Sebagian besar menganggapnya gila, halusinasi, bahkan mencari perhatian. Bahkan sekarang kejadian itu masih terus membayangi nya. Ia berjalan tanpa memerhatikan orang-orang yang sedang berbisik-bisik pelan disekitarnya.
"Hei Yerin," kata salah satu dari dua orang itu.
"Kau memanggilku?" merasa namanya disebut, dia berhenti berjalan.
"Hanya kau satu-satunya bernama Yerin disini." timpal yang lainnya.
"Aku hanya ingin bertanya apa benar kau melihat seseorang memangsa kucing itu? Bagaimana ciri-ciri fisiknya? Apa manusia? Apa kau tidak menghayal?"
Terasa sesak dihatinya saat mendengar kata-kata itu kembali. Ia sudah berulang kali menjelaskan bahwa dengan mata kepalanya sendiri melihat orang itu, makhluk itu, tapi tidak satupun orang yang percaya. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi dia meneguhkan hati untuk tidak menangis walaupun hal itu sangat menyakitkan.
"Bukankah kau sudah mendengar rumor-rumor yang sudah tersebar? Kenapa masih ingin tau?" ucap Yerin berusaha tegar.
Tidak terima jawaban dingin dari Yerin, salah satu dari mereka mendorong bahu Yerin dengan kasar.
"Kami bertanya baik-baik padamu, jangan merasa hebat kau. Ah, benar. Sekarang kau merasa hebat karena sudah berhasil menjadi trending nomor satu disekolah akibat cerita khayalan mu itu, benar? Menyedihkan." mereka berdua berjalan meninggalkan Yerin yang hanya diam ditempat.
Ucapan yang berulang kali membuatnya hatinya sesak.
Yerin berjalan dengan langkah yang tidak semangat, tidak akan ada yang percaya apa yang dia ucapkan.
Untuk kesekian kalinya seseorang menjulurkan kakinya dan membuatnya terjatuh di atas dinginnya lantai.
"Ups, maaf." ucap pelaku yang membuatnya terjatuh tanpa membantu.
Yerin kembali berdiri kemudian berjalan menuju kelas yang tidak jauh lagi.
Dan, lagi.
Seseorang menabrak bahunya dan membuatnya jatuh karena semua tenaganya sudah menghilang. Ia sudah tidak tahan. Air matanya mulai keluar dari kedua sudut matanya. Dia menangis terisak dengan kedua tangan yang menutupi wajah dan terduduk diatas lantai.
"Eonni apa yang kau lakukan? Kau membuatnya menangis," Lisa menatap gadis yang sedang duduk dilantai sambil menangis itu.
"Harusnya aku yang marah bukan? Dia menabrakku tanpa minta maaf. Kenapa malah dia yang menangis?" Jennie berusaha membela diri.
Yerin tiba-tiba merasa ada yang memegang kedua bahunya, ia melepaskan kedua tangannya yang basah itu untuk melihat siapa yang melakukannya.
"Kau tidak apa-apa Yerin?"
Jisoo kemudian membantu gadis itu berdiri. Air matanya masih mengalir saat Rosé memberikan tisu padanya.
"Te-terimakasih," ucapnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Vampire
FanficJisoo, Jennie, Rosé, dan Lisa merupakan vampire yang tidak pernah tau siapa, dimana, dan seperti apa orang yang sudah memberikan kehidupan kepada mereka. Apakah orang tua mereka itu hidup atau mati, belum ada yang mengetahuinya..