"Sejak kapan kau mendapatkannya?"
Seseorang laki laki paruh baya memperhatikan suatu benda di genggamannya. Benda unik dengan simbol aneh ini seperti memiliki keindahan tersendiri. Ia pernah mendengar cerita tentang ini dengan ciri-ciri yang mirip tapi bayangannya tidak menggambarkan benda yang seindah ini. Otaknya mencoba mencerna, cerita itu sepertinya benar dan benda ini nyata. Betapa menakjubkannya liontin yang sekarang berada digenggamannya.
"Ayah kembalikan liontin itu padanya, biarkan mereka pulang."
"Mereka baru saja datang. Kenapa kau malah mengusir mereka?!"
Jisoo, Jennie, Rosé, dan Lisa menyeringai menatap Bobby yang terus menyuruh mereka pulang.
"Benar Bibi, sepertinya dia tidak suka kami datang" Lisa memanaskan suasana.
"YA! Apa maksudmu"
"Ssst! Diamlah Bobby. Kau hanya bisa bikin ribut"
Bobby memanyunkan bibir, sebal mendengar ucapan ayahnya.
Kini mereka berada di rumah Bobby dengan segala perasaan penasaran yang menghantui mereka. Penasaran untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai cerita yang diceritakan Bobby.
Sudah seminggu sejak kejadian mayat yang dilempar ke mobil empat gadis vampire berlalu.
Awalnya sehari setelah itu tidak ada yang terjadi, mereka tetap menjalankan aktivitas seperti biasa di sekolah. Tapi kemudian rentetan kejadian-kejadian aneh lainnya mulai bermunculan tanpa tau siapa dalang dibalik ini semua.
Ketika malam yang cerah datang, bel berbunyi nyaring mengisi seluruh rumah. Hanya sekali, tanpa pengulangan. Sudah pasti keempat gadis vampire mendengarnya. Rosé yang kebetulan baru selesai mandi lantas menuruni tangga dan membuka pintu. Tidak ada siapapun disana. Ia kemudian menutup dan berjalan meninggalkan pintu.
Baru beberapa langkah berjalan, ia mencium sesuatu. Aroma vampire.
Tak lama bel kembali terdengar. Ia kembali berbalik membuka pintu. Tidak seperti tadi, kini ada sesuatu di lantai dengan aroma menyengat.
"Vampire brengsek." gumamnya.
Disana sudah terkapar mayat dengan darah yang membasahi lantai marmer teras. Hal ini tentu menambah pekerjaan dan menyianyiakan waktu hanya untuk menyingkirkannya. Ia jadi kesal karena ada mayat busuk ini di teras rumah nya. Apa vampire ini mencari masalah dengannya?
Rosé memanggil ketiga saudari nya. Ia hendak mengejar vampire gila mana yang berani-beraninya membuang sampah tidak pada tempatnya. Lisa turun dari lantai atas menuju ke arah panggilan Rosé, tapi ia sudah tidak disana.
Sisa-sisa aroma sang vampire masih tercium dan mengarah pada hutan yang tidak jauh dari rumahnya. Lesatan terus ia lakukan dengan cepat, mencari makhluk gila yang sudah mengotori lantai teras. Ditemani oleh semak-semak, pepohonan, dan suara binatang kecil yang mengorek-ngorek tanah, ia terus berusaha mengikuti aroma yang sedari tadi menuntunnya. Tapi semakin lama semakin pudar, hingga ia kehilangan jejak. Aroma vampire gila itu mendadak lenyap.
Kini Rosé menghentikan lesatan, sudah hampir 20 menit ia meninggalkan rumahnya dan ia sudah benar-benar di tengah hutan sendirian. Tentu tidak ada rasa takut bagi seorang vampire sepertinya yang setiap haus darah selalu pergi ke hutan mencari mangsa. Saat hendak melesat kembali pulang, ia melihat ada jalan setapak yang mengarah ke arah timur. Hanya jalan itu, tidak ada jalan lain ditengah hutan ini. Rasa penasarannya seperti menuntun langkah kakinya untuk menyusuri jalan ini. Bagaimana mungkin ada jalan ditengah hutan? Atau jangan-jangan vampire gila itu melewati jalan ini? Ia jadi bersemangat saat memikirkan ini. Pasti ku dapatkan kau!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Vampire
FanfictionJisoo, Jennie, Rosé, dan Lisa merupakan vampire yang tidak pernah tau siapa, dimana, dan seperti apa orang yang sudah memberikan kehidupan kepada mereka. Apakah orang tua mereka itu hidup atau mati, belum ada yang mengetahuinya..