Nineteen

242 17 0
                                    

Tubuh ku oleng saat bahu ku membentur sesuatu yang terasa keras. Sesaat sebelum terjatuh menyentuh aspal, ada tangan yang telah menahan tubuhku. Mustahil aku menabrak manusia, mataku tidak mungkin salah ketika aku melakukan lesatan. Mati aku. Semua otakku terus menampilkan bayangan pertanyaan-pertanyaan yang orang ini akan layangkan padaku. Apa yang baru saja terjadi? Bagaimana kau bisa begitu cepat? Siapa kau? Apa kau manusia?

Astagaa apa yang harus ku jawabb?!

Aku masih mengejamkan kedua mataku, tak berani menatap orang yang masih menahan tubuhku walaupun bahu ku terasa sangat nyeri sekarang, sangat amat. Oh ayolah, lepaskan peganganmu, jatuhkan saja aku sekarang dan kemudian pergi, itu lebih baik kumohon...

"Hei nona,,,"

Aku dapat mendengar suaranya.

"Nona,,"

Bagaimana ini dia mulai menepuk-nepuk pipiku?!!

Baiklah, ku pikir aku harus menghadapinya dengan berani. Bahkan jika ia mengetahui aku bukan seorang manusia, aku dapat langsung menghabisinya.

Ku buka mataku satu persatu dengan pelan, menintip seperti apa orang yang aku tabrak. 

Taehyung!!

Aku melebarkan mata setelah mengingat apa yang harus dilakukan. Tujuan dan misiku adalah membuntuti Taehyung, bukan memperdulikan seseorang yang telah menyita waktuku sekarang. Jika dia hilang, ini semua akan sia-sia, tentu saja tak bisa dibiarkan.

"Nona kau baik-baik saja?" kata orang ini setelah melihatku yang melebarkan mata seperti orang kerasukan. Ia membantu ku berdiri tegak. Ku tebak umurnya 20-an, masih sangat muda. Orang ini perawakannya tinggi, besar, dan juga-sedikit tampan.

Tidak Jennie, stay cool!

"Aku minta maaf karena tidak melihat sekeliling saat berjalan," Ia sedikit membungkukkan badannya. Aku refleks ikut membungkuk.

"Ku lihat kau berlari tergesa-gesa dari balik bangunan ini, kau mau kemana?" sambungnya kemudian.

"Ah aku ingin me--"

Sebentar. Dia melihatku berlari? Yang benar saja??

Waktu terus berjalan, obrolan ini tidak akan selesai jika aku menjawabnya. Hiruk-piruk suara orang-orang dijalanan sana seperti menambah beban pikiran di otak ku. Aku harus cepat sebelum kehilangan jejaknya.

"Aku juga minta maaf. Tapi aku harus pergi sekarang, dan terimakasih telah membantuku." Aku memasang ekspresi ku seperti biasa. Angin bertiup pelan membantu lariku tampak normal, tentu aku tidak bisa melesat di depan orang ini.

Setelah berlari selayaknya manusia dan sudah tidak melihat orang itu lagi, aku kembali mencari tempat aman untuk melesat. Taehyung sudah tak terlihat. Aku melesat lebih cepat mencari jejaknya menyusuri jalanan besar lurus. Sampai akhirnya melihat motor yang berwarna hitam dengan selingan hijau itu akan belok ke arah jalan kiri yang diapit oleh bangunan pencakar langit yang tingginya hampir mencapai 150 meter dengan cepat.

Aku mulai merasa lelah karena terus melakukan lesatan tanpa henti, tapi motornya terus melaju cepat membelah keramaian yang ada. Aku harus bertahan, semua ini tidak boleh sia-sia. Aku harus mengetahui tentang pelaku yang membunuh siswa-siswa itu. Lima menit kemudian berlalu, peluh keringat membahasi tubuhku, baju seragamku pun terkena imbasnya. Akhirnya sebelum aku hampir menyerah, ia telah masuk melalui gerbang besar yang terbuka lebar.

Aku berhasil masuk tanpa diketahui ketika dua satpam itu hampir menutup gerbang. 

Di dalam sini sangat luas. Pepohonan hijau tertata rapi mengelilingi dinding yang menjadi pembatas dan ada satu rumah besar di dalam sini yang aku yakin itu pasti rumahnya. Taehyung berhenti di garasi yang berada tepat disamping kanan bangunan rumahnya, ia berjalan masuk melalui pintu depan. Rumah ini sangat besar dan dapatku pastikan memiliki tiga lantai. Aku tentu tidak bisa masuk kedalam, aku tidak mau dikira penguntit atau pencuri jadi kuputuskan untuk mencari tempat aman untuk bersembunyi tapi tetap bisa mendengar suara-suara dari dalam.

Pretty VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang