Nana menuju ke kelas untuk mengambil uangnya setelah dari ruangan Wanbot, meski sambil mencak-mencak karena tangannya yang pegal setelah memijit si guru botak selama lima belas menit.
Saat di depan mading, Nana tertegun. Berita kematian Mona sangat cepat trending di sekolah. Tentu saja banyak murid dan guru yang bersedih. Mona termasuk idola di sekolah dan kesayangan guru. Karena selain cantik ia juga friendly dan pintar, peraih peringkat pertama kelas dua belas. Mona sendiri juga cukup dekat dengan Mei. Mona sungguh sangat jauh berbeda dengan adiknya, Alaska yang selalu membuat orang-orang geleng kepala dengan ulahnya disekolah.
Sampai dikelas, Nana melihat Tiara masih duduk sendirian.
"Kenapa lo diem aja?" Nana membereskan bukunya yang masih tergeletak dimeja.
Tiara hanya sedikit menoleh. Mengambil kotak bekalnya.
"Lo bawa bekel? nggak jajan di kantin? Tenang aja,makanan disini dijamin kebersihannya kok." Jelas Nana.
Tiara menggeleng. "Aku cuma bawa uang sepuluh ribu."
Nana tersenyum. "Gue traktir deh. Nanti kita makan bareng sama temen-temen gue."
Lagi-lagi Tiara menggeleng. "Enggak. Makasih."
Nana berdiri. "Lo diapain sama Pita?"
Tiba-tiba raut muka Tiara berubah. "Enggak diapa-apain."
"Lo beneran enggak mau kekantin?" Tanya Nana sekali lagi. Nana tahu, mungkin saja didalam hati Tiara menyeletuk karena ia sangat bawel.
"Enggak."
Nana mengerutkan bibir. "Yahh yaudah deh."
Nana pergi menuju kantin dan duduk dimeja yang biasa mereka berlima pakai.
"Lama bener lo! Modol dulu ya!" Cetus Kelya asal. Anak ini memang jorok banget, untung saja Nana nggak sedang makan.
"Enggak. Ada anak beasiswa baru dikelas gue.Terus tadi gue juga mesti mijitin Wanbot dulu karena telat."
Kelya tertawa terbahak-bahak. "Dasar guru enggak tau diri! Nyusahin aja."
"Anak baru? Siapa namanya?" Tanya Mei.
"Tiara. Gue curiga kalo dia bakal jadi target bully-nya Garlic Girl." Papar Nana.
"Kalo lo liat cabe girl bully dia bilang aja ke kita." Jawab Kelya.
Nana mengangguk.
"Mau sampai kapan lo sembunyiin status lo disekolahan ini Na?" Tanya Dyra.
Nana mengangkat bahu. "Tenang ajalah. Gue masih kelas sepuluh."
"Abisnya bokap lo jarang ke sekolahan sih. Kan enggak bisa pamer." Celetuk Kelya.
Kelya terkekeh sendiri. Yang lainnya diam.
Mei memutar bola mata jengah. "Kira-kira gimana ya kalo entar malem ada korban lagi? Serius gue masih ikutan sedih gara-gara kejadian Mona kemaren." Papar Mei.
"Gimana kalo kita ngintip-ngintip aja liat siapa pelakunya!" Usul Kelya.
"Kel plis deh otak lo tuh pinter tapi jangan dipake buat hal-hal konyol gitu deh!" Cetus Dyra.
"Ya kan cuman bercanda."
"Inget! Petugas keamanan yang lagi jaga aja ilang, apalagi kita." Papar Nana.
"Tumben bener lo pinter." Dyra tepuk tangan.
Nana hanya berdecak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK WOLF ✔
WerewolfPerselisihan,saling membenci,bukti mengerikan Tak hanya ingin mengandalkan polisi,kelima remaja dengan jiwa penasaran yang tinggi ikut serta menyelidiki kasus janggal dan siapa dalang sebenarnya dibalik kasus besar ini. Semangat mereka dalam menjala...