10- Katahuan

12.7K 1.7K 400
                                    

Suara pintu terbuka terdengar, tapi tak mengusik sama sekali seseorang yang tertidur layaknya mayat di atas sofa apartemen itu.

Mahendra, yang baru saja selesai bertugas membuka sepatunya dan menyimpannya di rak. Berjalan kearah sofa dan menyimpan jas putih juga tas kerjanya di atas sofa yang kosong, yang kemudian melirik Regil sekilas yang. Menggelengkan kepalanya tak saat melihat ceceran kemasan bekas makanan dan minuman ada di mana-mana, memilih pergi ke dapur untuk mengambil minum.

Bruk...

Mahendra hampir saja melempar gelas yang ada di tangannya saat suara gedebuk keras terdengar, segera menyimpan gelas yang baru setengah ia minum keatas meja makan dan segera berlari kearah ruang tv di mana Regil tertidur di sofa. Dan Regil menghilang!

"Regil? Gil gila Lo kemana?"

Panik, Regil hilang. Padahal tadi lelaki itu tidur di sofa, lalu? Dan suara apa tadi?

"Jangan-jangan Regil di culik vampir terus tadi itu suara vampir yang-"

"Lah malah ngehalu! Bantuing bego, aing jatoh!"

Mahendra menengok kearah bawah, menghela napas Lega melihat Regil yang terlentang dengan sebelah tangan menutupi matanya.

Menaiki sofa, dan duduk bersila di sana. Mahendra menatap ke bawah dimana Regil tengah terlentang.

"Ngapain tidur di bawah Gil? Gerah?"

"Tolol, aing bilang aing jatuh. Masih nanya."

Parau, suara Regil parau. Mahendra mengulurkan tangannya, terjengkang saat tangannya bersentuhan dengan kulit tangan Regil.

"MASYA ALLAH REGIL, Lo sakit?" Mahendra memajukan tubuhnya, hampir terjungkal jika saja ia tak segera berpegang.

"Eeeh.. bangun hayu, pindah ke kamar."

Dengan segera Mahendra menuruni sofa, dan mencoba menarik tangan Regil untuk bangun. Tapi sepertinya tubuh Regil terlalu lemas untuk sekedar berdiri.

"Lemes, Mahen. Ade gak kuat."

Mahendra memutar bola matanya malas, mulai dah. Regil tak beda jauh dengan Regal, kalau sakit sama-sama manja da bikin repot. Nah ini?

"Gil, jangan ngadi-ngadi ya kau ini. Di sini cuma kita berdua, si Roy lagi ke Dieng."

"Terus aing mau ngapain Lo hah? Perkosa? Aing normal ya Mahendra anak Mami Naira!"

Mahendra menarik paksa Regil, yang segera ia lingkarkan tangan Regil ke lehernya dan dengan susah payah Mahendra memapah Regil menuju kamar.

"Bacot ya ente! Udah sakit, mau nyusahin pake sebutin nama mami gue. Sialan! Aing kan jadi kangen hiks." Oceh Mahendra dramatis yang kemudian melempar tubuh Regil keatas tempat tidur.

"Masya Allah, banyak dosa Lo. Berat bat dah."

Tak sanggup menanggapi ocehan Mahendra, Regil hanya bisa memejamkan matanya. Kepalanya terasa berputar, matanya perih tubuhnya juga lunglai. Ya ampun, apakah ini namanya sakit?

Mahendra yang tadi menghilang kini kembali dengan tas kerjanya, menyimpan tas itu di atas tempat tidur kemudian menyeret Regil ke tengah tempat tidur yang kemudian segera mengeksekusi eh bukan tapi segera memeriksa Regil.

Membuka tasnya, Mahendra segera engeluarkan termometer, membuka tempat termometer itu menyalakan alat itu kemudian Mahendra menyusupkan tangannya ke baju Regil dan menyimpan alat itu di ketiak Regil.

Mengambil stetoskop dan memakainya, kemudian menyimpan alat itu di dada Regil. Sesekali memeriksa perut Regil dengan mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di atas telapak tangannya yang ia simpan di atas perut Regil.

REGILa love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang