32-Licik

11.5K 1.7K 578
                                    

Acara pernikahan di lanjut resepsi di sore sampai malam hari, kursi-kursi sudah kembali di tata dengan menyisakan tengah-tengah ball room kosong untuk pesta dansa dan acara pengisi lainnya.

Seolah tak henti-hentinya berdatangan, para tamu yang semula mengenakan kebaya kini berdatangan menggunakan gaun dengan berbagai warna dan model.

Aneska dan Regil pun sudah berganti pakaian, dengan Regil mengenakan setelan tuksedo hitam dan Aneska mengenakan gaun yang kemarin di pilihkan oleh Regil. Berdiri di pelaminan bak raja dan ratu, tak henti menyunggingkan senyuman pada para tamu yang kini berjejer menyalami mereka.

Suara alunan musik romantis mengalun membuat suasana menjadi sangat syahdu di tambah gemerlap lampu dan taburan bunga yang semerbak di sekeliling ruangan, tak lupa makanan sebagai pelengkap.

Regil, sesekali melirik Aneska yang terus tersenyum. Meringis menyadari wajah lelah itu,membuat Regil ingin sekali acara itu cepat selesai. Bukan apa-apa, ia kasihan pada Aneska yang pasti lelah juga ia sudah tak kuat terus tersenyum. Rasanya giginya menjadi kering dan sudut bibirnya pegal, ck benar-benar.

"Pegel gak?" Bisik Regil di sela salaman pada tamu-tamunya.

Aneska menengok ke arah Regil, kemudian menggelengkan kepalanya dengan bibirnya masih menyunggingkan senyum membuat Regil salah tingkah di buatnya. Aneska malam ini cantik sekali pikirnya.

Hingga tiba-tiba Regil terlonjak saat bahunya di tepuk kencang, membuat Regil hampir saja mengumpat kalau saja tak ingat banyak tamu undangan yang datang. Menatap galak si pembuat ulah.

"Nikah juga lo, Ngil. Gue pikir lo mau jadi perjaka lapuk."

Sontoloyo emang teman abangnya yang satu ini.

"Bodo ya Adendra yang terhormat, gue blacklist dari antrian makanan baru tahu rasa!" Omel Regil pada seseorang itu yang tidak lain adalah Adendra, Salah satu sahabat Regal.

"Lo kapan nyusul, tanah udah lega selega jidat lo masa masih pacaran aja."

Adendra meringis, kemudian melirik kearah belakangnya di mana perempuan bergaun biru berdiri di belakangnya.

Memajukan kepalanya hendak berbisik pada Regil, "Si Hany nya masih belom siap. Katanya gue harus punya pabrik dulu baru bisa nikahin dia."

"Pabrik apa?"

"Pabrik duit."

"Anjing!" Pekik Regil yang mendapat sikutan di pinggangnya oleh Aneska.

Sedang Adendra mengaduh saat si pacar yang berdiri di belakangnya memukul punggungnya tak main-main.

"Malah ngerumpi, ayo maju." Hany- pacar Adendra sekaligus sahabat Airys dari Zaman SMA pun mendorong pacarnya kuat-kuat membuat Adendra mau tak mau berjalan maju.

"Hai, Gil. Ya ampun, selamat ya. Semoga samawa sampai nenek kakek, jangan tengil mulu lo. Kasihan nanti istri lo."

Regil mendengus, Hany sebelum ke sini makan cabe berapa kilo sih? pedes amat mulutnya!

"Dah maju sana ngantri tuh di belakang!" Ucap Regil yang membuat Hany merengut.

"Sukur-sukur gue datang, dasar tengil. Ayo sayang kita bungkus makanannya aja, terus pulang."

Dan Regil hanya terkekeh saat melihat wajah merengut Hany, tahu kok Hany hanya bercanda. Terbukti saat menyalami Aneska, Perempuan itu kembali dan tersenyum sambil memeluk Aneska.

Beralih pada tamu selanjutnya, dokter tampan yang beberapa hari lalu melayangkan bogeman di wajahnya. Tersenyum tampan dengan stelan jas rapi.

"Mau nyaingin gue lo?" ketus Regil.

REGILa love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang