48- Semua ada Akhirnya

8.1K 1.2K 111
                                    

Aneska menatap aneh lelaki di hadapannya, pasalnya sudah hampir dua minggu semenjak Ciko datang menemui lelaki itu. sikapnya berubah, seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya. Regil sudah mau turun makan, duduk menonton televisi berdua juga mau mengantar Aneska berbelanja kebutuhan rumah dan dapur.

Meski jarang bicara dan mengoceh, setidaknya Aneska tidak khawatir lagi. Tapi terkadang Aneska juga bingung, apa yang Ciko lakukan sampai-sampai Regil bisa bersikap seperti ini. Padahal kemarin-kemarin, jangankan duduk berdua melihat Aneska pun rasanya enggan.

"Mau susu."

Aneska terkesiap saat tiba-tiba Regil bicara, menatap Regil yang duduk di sebrang meja. Aneska buru-buru bangun dari duduknya dan bergegas menyiapkan segelas susu pesanan Regil, ingatkan jika Regil wajib minum susu pagi dan malam. Persis seperti bayi.

Mengaduk susu dalam gelas, setelah siap Aneska segera membawa gelas itu dan menyimpannya di atas meja tepat di depan Regil. Tak banyak bicara, Aneska hendak kembali ke kursinya.

Belum juga melangkah, tangan Aneska di cekal oleh Regil membuat Aneska menengok kearah lelaki itu. Tatapan kedunya bertemu, entah kenapa debaran jantung Aneska berpacu kencang.

"Makasih," Satu kata yang Regil ucapkan. Setelahnya Regil segera melepas cekalan tangannya dan meneguk susu itu hingga tandas.

Aneska membuang tatapannya, menghela napas. Ia tak boleh seperti ini, ya sebentar lagi persidangan hukuman Fina akan dilaksanakan. Dan sesuai ucapan Regil, Mereka akan berpisah. Aneska tak boleh begini, kalau tidak ia tak akan bisa melepas Regil untuk selamanya.

"Aku ke kantor," Regil beranjak dari duduknya dan mengambil tas kerja yang ia simpan di kursi lain. Kemudian berjalan meninggalkan Aneska begitu saja.

Aneska menatap punggung tegap Regil yang berjalan menjauh, rasanya ada yang hilang. Entah kenapa ia begitu rindu dengan Regil yang biasanya, Berisik, jahil, tukang mengangguk. Tapi banyak hal manis yang tanpa sadar Regil lakukan membuat Aneska bahagia, tapi sekarang.

Ya, Aneska harus terbiasa. Mungkin sekarang ia masih bisa melihat wajah tampan itu dari dekat, tapi setelah berpisah nanti. Aneska tak yakin bisa melihat kembali wajah itu.

Memilih merapikan meja makan, mulai detik ini sepertinya ia harus terbiasa.

*****

"Annyeong chingu deul..."

Suara ricuh di ruangan itu tiba-tiba berhenti, Regil yang berdiri di depan pintu hanya tersenyum lebar menampilkan giginya.

Airys, dan dua putra kembarnya hanya mengerutkan keningnya bingung. Menatap makhluk aneh di depan pintu rumah mereka, satu orang lain berlari cepat menggiring bola dan menendangnya keras hingga bola melayang dan...

Bugh...

"Akh..." Regil memekik kencang saat bola itu mengenai aset berharganya.

"Aduh-"

"Gil, Lo gak papa?" Panik Airys yang segera menghampiri Regil dan membantu Regil berjalan menuju sofa dan mendudukannya.

"Anjing, Airys. Anak Lo di kasih makan apa, kenapa kayak anak setan- aduh." Regil memekik keras lagi saat Airys dengan tidak sopannya menabok bibir Regil.

"Banyak anak-anak Regil, gak boleh ngomong kasar."

Regil masih meringis, sedang si pembuat ulah hanya menggedikkan bahunya kemudian mengambil bola yang tadi ia tendang dan berlari ke halaman belakang.

Melihat kakak mereka bermain, si kembar mengikuti si Kakak.

"Ken, adik-adik ikut itu. Awas jagain!" Teriak Airys pada si sulung yang di sahuti kemudian.

REGILa love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang