35- Rayuan

8.5K 1.4K 545
                                    

"Sarapan dulu."

Regil tersenyum saat melihat Aneska yang kini tengah menata makanan di atas meja, berjalan menghampiri Aneska dengan dasi menggantung. Aneska segera mengelap tangannya dan segera meraih dasi itu dan mengikatnya.

Hal yang sudah biasa ia lakukan setiap pagi, sebelum suaminya pergi ke kantor.

Setelah rapi, Aneska menepuk sisi kiri-kanan dada Regil merapikan kemeja licin itu agar tak kusut.

"Aku buatin teh, ayo."

Dengan semangat hati, Regil duduk di kursi meja makan dan segera menikmati sarapannya.

Demi apapun, kalau saja ia tahu jika menikah seenak ini. Kenapa tidak dari dulu saja ya? Baju di siapkan, makan di siapkan, apa-apa di perhatikan. Aaaah, bunda nya juga begitu. Tapi kadang suka dengan Omelan yang memusingkan, tidak seperti istrinya yang lembut dan perhatian.

Setelah sarapan, Aneska mengantar Regil kedepan pintu pantehouse mereka.

"Aku makan siang di luar ya, jangan masak banyak."

"Tapi makam malam di rumah kan?"

Regil mengangguk semangat, "iya dong. Mau makan di mana emang?"

Aneska terkekeh, hingga kekehannya terhenti saat Regil berjongkok di depannya. Mengusap perut yang suami mulai membesar, dengan tatapan yang selalu berbinar.

"Ayah kerja ya, bayi jaga Ibu." Kecupan halus mendarat di atas perut Aneska, dan kemudian Regil berdiri dan bergantian mengecup kedua pipi istrinya dan kening Aneska.

"Aku berangkat sayang, dadaaaaah."

Seperti biasa, lambayan tangan riang selalu mengakhiri manisnya acara perpisahan pagi itu.

"Dadaaah Anes, dadah bayiii."

Dan Regil menghilang di belokan lorong menuju lift, tersenyum. Aneska pikir, sikap Regil akan terus kekanakan. Tapi jauh dari itu semua, Regil bisa menjadi lelaki yang bertanggung jawab.

Aneska pikir, pernikahan mereka tak akan berjalan bahagia. Tapi ternyata, sejauh ini Aneska selalu di perlukan spesial dan selalu bahagia dari mulai membuka mata hingga menutup mata.

*****

"Ada rapat pukul sembilan pak."

"Okeh," jawab Regil sambil membuka pintu ruangannya dan memasuki ruangannya diikuti seseorang yang berjalan di belakangnya.

"Pukul dua belas-"

"Kosongkan," sambar Regil yang kemudian duduk di kursi kebesarannya.

Perempuan dengan memakai stelan kantor dengan tangan membawa sebuah map dan tab itupun mendengus. berjalan mendekati meja perempuan itu menyimpan map yang ia bawa di atas meja di hadapan Regil.

"Berkas yang harus di pelajari, Pak."

Regil segera mengambil dan membukanya, membaca sekilas kemudian menatap perempuan yang berdiri di hadapannya yang menjabat sebagai sekertarisnya.

"Heh Putri, saya ganteng enggak?"

Putri, nama dari sekertaris Regil itu menatap atasnya. Memicingkan matanya mengamati, kemudian tersenyum.

"Ganteng, Pak. Kalo bapak gak punya istri juga saya mau jadi istri bapak."

"Heh! Bilangin bapak kamu ya!"

Putri mengatupkan bibirnya, kemudian tersenyum konyol.

"Ya maaf, pak. Lagian canda pak, mana berani saya rebut bapak dari bidadari kayak Bu Anes yang cantik plus baik itu."

REGILa love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang