Di hari yang sudah tak bisa di katakan pagi itu, dua orang masih bergelung di balik selimut tebal mereka. Dengan dengkuran halus terdengar dari keduanya, hingga salah satu dari mereka merasa terusik saat cahaya sinar matahari yang hampir panas itu memasuki gorden kamar.
Mengerjakan matanya, mata dengan bulu mata lentik itu terbuka perlahan. Hingga menyadari jika hari sudah siang, hendak bangun dari berbaringnya. Tubuhnya tertahan sebuah lengan yang melingkari pinggangnya.
Aneska, tersenyum saat melihat wajah polos Regil berbaring di sampingnya. Jangan lupakan mulut yang memonyong dengan sesekali bergerak seperti bayi.
Terkekeh, tangan Aneska terangkat mengusap rambut yang menutupi kening Regil. Hingga kemudian Regil merasa terusik dan dengan perlahan membuka matanya.
"Aaah, Anes. Jan ganggu!" Rengek nya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Siapa yang ganggu, ayo bangun. Ini udah siang Regil, lihat jam."
Regil memutar pangannya kearah jam dinding, dengan mata tertutup- "enggak kelihatan, gelap."
Terbahak, Aneska meraup wajah Regil dengan tangannya.
"Ya iya lah gak kelihatan, buka dulu matanya Regil!"
"Aaaaa, nggak bisa gelap. Udah ah, tidur lagi."
"Yaudah, Awas. Aku mau turun."
Melepaskan pelukannya, Regil berbalik memeluk guling dan kembali terlelap. Membiarkan Aneska beranjak dari tempat tidurnya.
*****
Menggeliat lelah, sepertinya bayi besar Dirgama ini sudah pegal hampir setengah hari tidur.
Memilih mendudukkan tubuhnya, Regil melihat tempat tidur Aneska sudah kosong. Memilih segera beranjak dari tempat tidur, Regil berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan sikat gigi.
Omong-omong, hari ini ia tak berencana pergi ke mana pun. Jadi, ia memutuskan untuk tidak mandi.
Dengan hanya mengenakan boxer dan kaus oblong tanpa lengan, Regil keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah yang kini sedang ia sisir ke arah belakang.
Memutuskan untuk mencari sang istri, Regil pergi keluar kamar.
Tempat tinggalnya kali ini terasa sangat sepi, mengingat hanya mereka berdua saja lah yang tinggal di sana. Tapi tak usah khawatir, dalam jangka enam atau lima bulan lagi. Tempatnya akan ramai dengan tangisan bayi, mengingat itu Regil jadi membayangkan bagaimana ia bisa hidup tengah seteleh ini.
"Bang Regal aja bisa, kenapa gue enggak." Gumamnya setelah menggelengkan kepalanya, mengenyahkan semua pemikiran di otaknya.
Lagian, anaknya tidak akan seperti si bule itu kan? Nakal dan tak bisa diam, ya semoga tak seperti itu. Karena kalau sampai iya, matilah Regil di kerjai terus. Makannya, selagi anaknya bayi nanti. Regil akan sering menjahili selagi anaknya belum bisa menjahili duluan, balas dendam lebih awal kan mengasyikan.
Berjalan menuju dapur, Regil sayup-sayup mendengar suara mesin cuci baju yang menyala. Sudah di pastikan jika Aneska sedang mencuci.
"Sayang, yuhuuu!" Regil berteriak mencari atensi istrinya, tak ada sahutan.
"Sayang..."
"ANESKA SAYAAAAANG, YUHUU!"
"Berisik Regil!"
Berbalik, Regil melihat Aneska tengah sibuk membawa keranjang pakaian kosong dan berjalan melewatinya menuju mesin cuci.
"Heheehe, abis di panggil gak nyahut."
KAMU SEDANG MEMBACA
REGILa love [SUDAH TERBIT]
Romansa⚠️ Sudah Terbit!!! 📱Pemesanan lewat shopee dan Instagram penerbit Gentebook ~Part masih lengkap, Extra Part hanya di novel~ Kisah asmara Regil Denova Dirgama yang tertunda, mengisahkan bagaimana perjuangan Regil menemukan sosok yang cocok untuknya...